Natural, Informative And Educative

Natural, Informative And Educative
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 75, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA, MARHABAN YA MUHARRAM. SELAMAT MEMASUKI TAHUN BARU ISLAM 1442 H" Mohon maaf lahir batin

Selasa, 26 Oktober 2010

MENGHADAPI KEMATIAN

Share


Hiiii !!! Judulnya pasti ngeri ya ??? Kematian !! ??? Suatu kebenaran yang tak terbantahkan ,namun mengapa masih banyak yang Takut akan kematian ???
Jika ditanya secara jujur “apakah engkau Takut mati? Apakah engkau benci kematian ? Jujur saya jawab bahwa sampai saat ini saya juga takut mati dan masih berusaha menghindari kematian
Mungkinkah karena zaman sekarang sudah merupakan jaman yang diramalkan Rasulullah bahwa akan ada zaman yang disebut Al Wahan (benar nggak ya bahasa arabnya ?? dimana orang-orangnya “Cinta Dunia dan takut mati” …semoga aja belum tiba tapi kayaknya sudah ya??
Dari baca-baca dan sedikit renungan ala Chokey ,bahwa penyebab kita takut akan kematian adalah:
KITA TIDAK SIAP UNTUK MATI
Kenapa kita tidak siap untuk mati ??? , mungkin diantaranya adalah :
1. Cinta yang berlebihan terhadap harta ,sehingga seolah olah hartanya akan ikut dibawa ke Akhirat, padahal waktu masuk kubur Cuma bawa kain kafan doing. Jadi rajin rajin lah ikut penguburan orang mati
2. Cinta yang berlebihan terhadap Keluarga ,seolah olah merasa dialah yang memiliki sanak keluarga tersebut,nggak sadar bahwa kita hanya tempat nitip dan sekedar chanel aja
3. Merasa banyak Dosa dan kurang amal .Jika demikian >>> kurangi dosa dan perbanyak amal mulai Dari sekarang dong !
Ada istilah : Tak ada dosa yang kecil jika engkau melihat dengan siapa engkau berdosa , dan tidak ada Dosa Besar Jika Engkau melihat betapa besar AmpunanNYA. Atau hadist nabi yang mengatakan “ Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah amal yang konsisten/stabil walupun itu kecil dan ringan,ketimbang amal yang besar namun hanya sekali
So tunggu apa lagi ??? kurangi dosa perbanyak amal
Hanya itu yang chokey bisa share Semoga kisah berikut bisa menjadi motivasi bagi sahabat

Seorang pria mendatangi Sang Guru, “Guru, saya sudah bosan hidup Sudah jenuh betul, Rumah tangga saya berantakan, Usaha saya kacau, Apa pun saya lakukan selalu berantakan Saya ingin mati saja”
Sang Guru tersenyum, “Oh, kamu sakit ?”
“Tidak Guru, saya tidak sakit Saya sehat,Hanya jenuh dengan kehidupanItu sebabnya saya ingin mati.”
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, “Kamu sakit. Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup.” Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan.
Kemudian tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan. Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit.
Kita mengundang penyakit. Resistensi kita,penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit.Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga,bentrokan-bentrokan kecil itu lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang langgeng, yang abadi dalam hidup ini?
Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita. “Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku,” kata Sang Guru.
“Tidak Guru, tidak! Saya sudah betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup,” pria itu menolak tawaran sang guru. “Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?” “Ya,memang saya sudah bosan hidup.”
”Baiklah, kalau begitu maumu. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang.Besok malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu,ia menerimanya dengan senang hati.
Sesampai di rumah, ia langsung menenggak setengah botol “obat” dari Sang Guru. Dan… ia merasakan ketenangan yang dak pernah ia rasakan sebelumnya… Begitu santai! Tinggal 1 malam,1 hari,dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur,ia mencium istrinya dan berbisik, “Sayang, aku mencintaimu.”
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan Angin pagi menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur.Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali.Selama ini, mungkin aku salah, “Maafkan aku,sayang.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini,Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah.Mereka menjadilembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah.Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat.Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang ke rumah petang itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda.Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang,sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anakpun tidak ingin ketinggalan, “Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress karena perilaku kami.
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum?
Ia mendatangi Sang Guru lagi.Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok.” “Kau sudah sembuh!Jika kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan egomu, keangkuhanmu.
Jadilah lembut,selembut air,dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan.Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan.Itulah kunci kebahagiaan.”
Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu bahagia!
Tunggu!!!. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA?

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.