PEKAN Olahraga
 Provinsi (Porprov) Sumbar XII/2012 di Kabupaten Limapuluh Kota, telah 
usai dua hari lalu. Seiring dengan itu, obor api Porprov yang disulut 
Nil Maizar, pesepakbola nasional kebanggaan masyarakat Sumbar umumnya, 
dan kebanggaan Luhak nan Bungsu khususnya, pun dipadamkan dari kaldron 
di Gelanggang Olahraga (GOR) Singo Harau, Limapuluh Kota.
Ya, hinggar binggar alek olahraga 
terakbar Ranah Minang yang disebut-sebut kwartet 12; karena merupakan 
Porprov ke 12, ditabuh pada tanggal 12, bulan 12, dan tahun 2012 telah 
usai. Tidak ada lagi sorak-sorai penonton di pinggir lapangan. Tidak ada
 lagi tetesan keringat para atlet dari dalam arena. Tidak ada lagi, 
senyum sumringah atlet dan anggota kontingen yang menang, dan sebaliknya
 tak ada lagi raut kekecewaan bagi mereka yang kalah.
Kendati Ketua Umum Porprov Asyirwan 
Yunus mengaku terdapat kekurangan, tapi apresiasi layak  diberikan 
kepada Limapuluh Kota. Mereka mampu menyelenggarakan Porprov sesuai 
waktu yang direncanakan. Tidak terjadi pengunduran seperti yang terjadi 
pada pelaksanaan beberapa Porprov sebelumnya.
Lalu, puaskah kita? Jawabannya, jelas 
belum. Bukan  bermaksud mencari-cari kesalahan, Porprov kali ini jauh 
dari kata memuaskan. Tiga pilar penting yang mendorong lahirnya prestasi
 olahraga, seperti diharapkan Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim saat 
penutupan Porprov, Kamis (20/12) lalu, yakni  pembinaan atlet secara 
konsisten dan berjenjang, kompetisi yang sehat dan teratur serta 
sinergisitas antar instansi terkait masih jauh dari harapan.
Di antara faktanya adalah, demi mengejar
 prestise, sebagian daerah masih banyak menurunkan atlet yang bukan 
binaan mereka. Bahkan naifnya, atlet tersebut dicatut dari luar Sumbar. 
 Kalau sudah begini, pembinaan atlet secara konsisten dan berjenjang 
yang diharapkan masih jauh panggang dari api. Jangan berharap Porprov 
bisa melahirkan atlet yang muncul dari daerah untuk bisa berprestasi di 
kancah regional, nasional, apalagi internasional.
Masalah lainnya adalah, ada sejumlah 
Pengurus Provinsi (Pengprov) cabang olahraga  (cabor) yang tidak 
menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Setidaknya hal itu tergambar 
dari desakan sejumlah pengurus KONI se-Sumbar yang meminta Pelaksanaan 
Porprov di Limapuluh Kota harus dievaluasi sedemikian rupa. 
Ketidakberesan Pengprov beberapa cabang dalam mengurus pertandingan, 
menjadi catatan tersendiri bagi pengurus KONI se-Sumbar. Bahkan ada yang
 menyebutkan, ada cabang yang setiap Porprov selalu bermuara pada 
masalah yang lebih dari sekadar protes.
Di antara persoalan tersebut, Pengprov 
tidak konsisten pada regulasi pertandingan, adanya “kepedulian” untuk 
menjaga marwah ibukota provinsi dan tuan rumah, adanya kecenderungan 
mengabaikan usia produktif pada cabang yang dipertandingkan, serta 
sejumlah persoalan lainnya.
Persoalan ini jelas membikin kita risau.
 Ke depan, perlu langkah-langkah konkret untuk menetapkan cabang-cabang 
yang akan dipertandingkan. Tegasnya, terhadap cabang yang bermasalah, 
patut dipertimbangkan untuk tidak dipertandingan di kemudian hari. Tak 
ada gunanya banyak cabang, jika cabang tersebut bermasalah dan tak bisa 
dimenej secara baik oleh Pengprov. Jika dibiarkan terus, maka 
kejadiannya akan terulang pada iven-iven berikutnya.
Kita berharap, segala kelemahan ini 
tidak terulang pada pelaksanaan Porprov berikutnya. Kabupaten 
Dharmasraya yang menjadi tuan rumah Porprov XIII/2014 bisa memetik 
pelajaran dari semua ini. Waktu dua tahun, jelas tidak lama untuk 
mempersiapkan alek sebesar Porprov. Apalagi, sebagai kabupaten 
baru, Dharmasraya membutuhkan persiapan khusus. Selain persoalan yang 
muncul saat pelaksanaan, Dharmasraya juga membutuhkan tenaga dan 
pemikiran ekstra, menyiapkan venue. (*)
Tulisan ini di Share dari Tajuk Rencana Harian Padang Ekspres • Sabtu, 22/12/2012 
 
 19.50.00
19.50.00
 ERIYAN TONI
ERIYAN TONI 

 
 
 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.