Begitu         banyak orang yang merasa cemas dalam mengahadapi hidup ini. Tidak hanya         di kota-kota besar seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan Padang dan di         kota-kota besar lainnya. Di desa-desa terpencil, di pelosok         perkampungan-perkampungan yang dikenal tenang pun tidak terlepas dari         penyakit cemas ini.
Tidak         hanya mereka yang sulit mencari rupiah, kepada yang sudah mapan pun         cemas menghinggapi dengan sangat leluasanya. Cemas memang akan menjalar         ke mana-mana. Juga kepada yang kaya-miskin, pintar-bodoh, atasan-bawahan,         kelompok terhormat dan yang ter- singkir dalam kelompok sosial yang         paling marginal, kelompok yang paling rendah dan terpinggirkan.
Pendeknya,         cemas memang sewaktu-waktu datang dan menyerang siapa saja dan kapan         saja. Ia tidak pilih kasih. Hampir sebagian besar manusia turut         merasakannya. Sumber kecemasan sebenarnya tidaklah jauh. Ia ada di dalam         diri manusia itu sendiri.
Sumber         cemas ada di hati.Dalam nur'aninya. Rasulullah SAW. bersabda:"         Ingatlah bahwa sesunguuhnya dalam diri manusia ada segumpal darah.         Apabila segumpal darah itu baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh itu.         Dan bila segumpal darah itu rusak, maka rusaklah seluruh anggota tubuh.         Dan ketahuilah segum- pal darah itu adalah hati."
          Itulah         sebabnya menyangkut masalah hati, sebenarnya bukanlah masalah yang         sederhana. Masalah hati adalah masalah yang besar, masalah         akbar.Sangatlah banyak orang yang lupa dengan kedir- iannya. Manusia         sering dibuat lupa akan kemanusiaannya sendiri karena hatinya. Karena         nuraninya.
Badannya         berjalan, akan tetapi hatinya mampet dan berhenti. Fisiknya bergerak,         tetapi hatinya tidak lagi berfungsi. Begitu banyaknya kerusakan yang         terjadi di muka bumi, karena desakan rasio yang dinomorsaatukan.         Persoalan-persoalan yang muncul tidaklah dikembalikan kepada control         kehidupan yang sebe- narnya bersumber di hati.
Orang         bisa saja mengamuk, tetapi bila bisikan hati didengarkan dengan seksama,         akan jadi lain ceritanya. Bersitegang urat saraf, luapan keinginan untuk         menyingkirkan lain, yang sudah sampai di ubun-ubun, suka-suka muncul         dalam pergaulan hidup bermasyarakat. Tapi bila himbauan-himbauan hati         didengar dan diresapi, keputusan yang diambil tidak akan berakibat         fatal. Akan ada jalan tengah yang justru malah menguntungkan kedua belah         pihak.
      Hati,         dasarnya memang menjadi penyejuk dan menyeimbang dari gejo lak         rasionalitas (akal) yang sering gampang panas itu. Ini mestinya         diefektifkan.
Bila         hati manusia tidak normal maka pada saat itu fungsi kemanusiaan manusia         telah terganggu. Manusia menjadi sangat mudah hilang kendali. Tingkah         lakunya menjadi kasar dan keras. Ide dan keputu- san yang diambilnya         bukan saja sangat mementingkan egonya, meno- morsatukan kepentingannya,         tapi juga mengancam keamanan dan keselamatan orang lain.
"Dan Jnganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah         menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah         orang-orngyang fasik."(QS.Al-Hasyr:19)
      CEMAS         DAN HIDAYAH. Pada         awal-awal tahun ajaran baru seperti sekarang ini, cemas biasanya         menjangkit di kalangan pelajar dan mahasiswa. Mereka yang sangat ingin         sekali diterima di sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan, tapi         kemudian gugur, pikiran mendadak sontak menjadi kacau. Lebih-lebih untuk         mereka yang sudah bebera- pa kali mencobanya dan selalu tidak berhasil.         Seolah dunia ini menjadi gelap, tidak ada lagi jalan di depan untuk bisa         dilewati. Semuanya buntu. Tidak ada alternatif lain yang bisa ditempuh         untuk bisa hidup lebih baik selain melalui jalur itu.
      Semestinya         disadari, bahwa hidup ini tidak sebatas pada bangku kuliah semata. Masih         ribuan jalan lain yang bisa ditempuh untuk suksesnya menghadapi         perjalanan hidup. Para pemuda muslim, khu- susnya, sudah selayaknya         memegang aqidah yang kuat untuk membe- dakan dengan yang lain.
"Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari         Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik         perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?"         (QS.Muhammad:14)
     Bila         kita bisa mengambil hikmahnya, justru bimbingan Allah-lah yang akan kita         peroleh. Saat-saat seperti itu justru sangat subur untuk terkabulnya doa.         Kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, kebim- bangan dan rasa hati yang         tidak menentu adalah jeritan ruhani yang sedang haus.Kondisi seperti ini         akan sangat baik bila diha- dapkan pada Sang Khalik untuk meminta         bimbinganNya. Laporkan segala ketidakberdayaan itu kepadaNya di kala         ruku, sujud dan tegak berdiri. Kalau tidak waspada, masa krisis seperti         itu akan dimanfaatkan syetan untuk mengusik keimanan. Ini adalah salah         satu titik lemah pertahanan iman kita yang suka dimanfaatkan oleh syetan.
      Karenanya         kontrol diri memegang peranan sangat penting sekali. Sering kita dengar         tingkah laku mereka yang dilanda cemas ini mengambil jalan pintas. Untuk         tingkatan yang sederhana mereka bisa bergadang semalam suntuk. Rasa         cemas yang berlebihan bahkan mengantar mereka pada tindakan-tindakan         maksiat, minum-munuman keras. Pil-pil keras seperti ectasy, koplo, dsb         menjadi tempat pelarian. Bahkan tidak sedikit yang mengambil jalan         pintas dengan bunuh diri. Sungguh sangat memperihatinkan.
        Padahal         boleh jadi kegagalan itu adalah jalan yang terbaik untuk kita. Mungkin         bila kita mulus dan sukses di jalur yang kita inginkan itu hanya akan         mengantar kita untuk tambah banyak ber- buat maksiat. Yang kita         bayangkan pada saat itu melulu keberhasi- lan. Sedikitpun kita tidak         mengetahui malapeteka apa dibalik keberhasilan, kesuksesan, kelancaran         jalan yang kita tempuh itu. Jadi sesungguhnya kegaagalan merupakan rem         pengendali. Tanda bahwa kita masih disayang oleh Allah. Agar kita tidak         terseret jauh ke dalam siksanya.
       GODAAN         DAN LAPANG DADA. Ajakan         menghilangkan rasa cemas dengan kembali ke hati nurani, juga mendapatkan         godaan. Mereka yang masuk dalam kelompok penggoda ini menganggap Sang         Penyeru adalah orang-orang yang sok suci. Atau terkadang himbauan itu         dianggap sebagai orang yang selalu bermain perasaan saja. Padahal         masalahnya bukan masalah perasaan atau bukan. Akan tetapi dimensi hati         nurani selama ini hampir selalu tertinggal dari berbagai sektor         kehidupan manusia. Keputusan yang keluar sebagai firasat dianggapnya         sesuatu yang terlalu dibuat-buat saja. Padahal sesungguhnya dalam hati         yang suci, di sana tersimpan cahaya Ilahi.
Rasulullah         SAW bersabda, "Takutlah terhadap firasat orang beriman, karena         sesungguhnya ia melihat dengan cahaya Allah."
       Segelap         apapun kabut yang ada di depan mata, bila kegundahan dikembalikan kepada         Allah, akan berubah menjadi cahaya. Masalah yang begitu nampak mencekam         di depan akan perlahan berkurang dari beban-beban yang menyempitkannya.
Kita         tidak perlu mengutuk siapapun perihal apa ayang telah menimpa kita.         Sebagaimana pesan yang disamaikan oleh Nabiullah SAW." Bahwasanya         seorang hamba apabila mengutuk sesuatu, naiklah kutukan itu ke langit,         lalu dikunci pintu langin-langit itu dibuatnya. Kemudian turunlah         kutukan itu ke bumi, lalu dikunci pula pintu-pintu bumi itu baginya.         Kemudian berkeliaran ia ke kanan dan ke kiti. Maka apabila tidak         mendapat tempat batu, ia pergi kepada yang dilaknat, bila layak(artinya         kalau benar ia berhak mendapat laknat) tetapi apabila tidak layak, maka         kembali kepada orang yang mengutuk(kembali ke alamat si pengutuk)."(HR.Abu         Dawud)
Alangkah         indahnya bila kita mampu menghilangkan cemas dengan mengembalikan kepada         kesucian hati. Hati yang suci dan bersih akan membuat kita mampu         menjalani hidup ini dengan cara yang suci dan bersih pula.
Firman         Allah, "Sesungguhnya beruntunglan orang yang mensucikan diri. Dan dia ingat nama         Tuhannya, lalu dia sembahyang."(QS.Al- A'laa:14-15)Sumber:Tausiyah A.A. Gym 
 
 17.35.00
17.35.00
 ERIYAN TONI
ERIYAN TONI 

 
 
 
 
 
 

0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.