Saat bersilaturahmi ke rumah orang tua, ketika ngobrol2 santai, tiba2 ibu berkata, “Hen , hari ini ulang tahun kamu, kan ?”. “Oh , ya bu, terima kasih diingatkan”. kata saya.
saya memang tak pernah merayakan ulang tahun, sehingga seringkali suka kelewat, sempat ingat juga sih sebelumnya, tapi tak begitu dihiraukan.
tapi ternyata ibu, walau telah berumur, tetap selalu ingat dg tanggal tersebut Ya, seorang ibu, pasti akan selalu teringat akan kenangan, saat melahirkan anak2 nya,
akhirnya saya pun meminta ibu bercerita kembali tentang kenangan nya tersebut ibu terdiam sejenak, kemudian mulailah ia bercerita mulai dari saat saat kehamilan, betapa repotnya bekerja dan bepergian , seperti bepergian dari kampung ibu yg terpencil di dusun kecil di pinggir hutan sampai ke kota bukittinggi yg berjarak sekitar 40 Km di mana ayah dan ibu tinggal dan bekerja.
ibu dan ayah, tinggal di rumah kecil di daerah kampuang cino, bukittinggi. Kota Bukittinggi, berada di pebukitan yg sejuk. Sebagian perkampungan berada di pebukitan,dimana gang antar rumah dihubungkan oleh jalan berjenjang. Tak jauh dari daerah tersebut, ada pasar yg berada di ketinggian berbeda atas bukit, pasar atas dan pasar bawah, dimana jalan penghubungnya dikenal dg jenjang 40, karena perlu naik 40 tangga, untuk sampai ke pasar atas.
Bayangkan betapa repot nya saat2 akan melahirkan, melewati tangga2 tersebut. Rumah bidan terdekat, adalah bidan Aksari Yasin, istri penyair minang AA Navis, yang terkenal dg buku “Robohnya Surau kami”. Disanalah ibu melahirkan dengan peralatan yang sederhana. Ibu bercerita betapa beratnya perjuangan saat melahirkan, yg bagi sebagian wanita adalah juga pertaruhan nyawa, namun semua keperihan tersebut sirna, bahagia saat melihat anaknya lahir…
Lancar beliau bercerita sampai kemudian suaranya, mulai melambat , beliau terdiam dengan wajah tertunduk, ia pun memandangku, dari raut wajahnya terpancar rasa haru, tampak dari kulit putih wajahnya yg berkeriput, mengalir air mata. Aku pun, terharu karenanya dan tak kuat menahan tangis
tiba2 terngiang kembali, lagu saat TK dulu..
kasih ibu, kepada beta, tak terkira, sepanjang masa
selalu memberi, tak harap kembali
bagaikan sang surya, menerangi dunia …
Marilah kita selalu mengingat ibu kita. Ibu yg melahirkan kita dg perjuangan dan kasih sayang nya. Berbuat baiklah pada mereka, bahagiakanlah mereka, walaupun tak kan bisa kita membalas jasa mereka
setidaknya sampaikanlah doa kebaikan utk beliau, doa anak yg soleh, akan tersampai sepanjang masa…
By:Hendramessa
saya memang tak pernah merayakan ulang tahun, sehingga seringkali suka kelewat, sempat ingat juga sih sebelumnya, tapi tak begitu dihiraukan.
tapi ternyata ibu, walau telah berumur, tetap selalu ingat dg tanggal tersebut Ya, seorang ibu, pasti akan selalu teringat akan kenangan, saat melahirkan anak2 nya,
akhirnya saya pun meminta ibu bercerita kembali tentang kenangan nya tersebut ibu terdiam sejenak, kemudian mulailah ia bercerita mulai dari saat saat kehamilan, betapa repotnya bekerja dan bepergian , seperti bepergian dari kampung ibu yg terpencil di dusun kecil di pinggir hutan sampai ke kota bukittinggi yg berjarak sekitar 40 Km di mana ayah dan ibu tinggal dan bekerja.
ibu dan ayah, tinggal di rumah kecil di daerah kampuang cino, bukittinggi. Kota Bukittinggi, berada di pebukitan yg sejuk. Sebagian perkampungan berada di pebukitan,dimana gang antar rumah dihubungkan oleh jalan berjenjang. Tak jauh dari daerah tersebut, ada pasar yg berada di ketinggian berbeda atas bukit, pasar atas dan pasar bawah, dimana jalan penghubungnya dikenal dg jenjang 40, karena perlu naik 40 tangga, untuk sampai ke pasar atas.
Bayangkan betapa repot nya saat2 akan melahirkan, melewati tangga2 tersebut. Rumah bidan terdekat, adalah bidan Aksari Yasin, istri penyair minang AA Navis, yang terkenal dg buku “Robohnya Surau kami”. Disanalah ibu melahirkan dengan peralatan yang sederhana. Ibu bercerita betapa beratnya perjuangan saat melahirkan, yg bagi sebagian wanita adalah juga pertaruhan nyawa, namun semua keperihan tersebut sirna, bahagia saat melihat anaknya lahir…
Lancar beliau bercerita sampai kemudian suaranya, mulai melambat , beliau terdiam dengan wajah tertunduk, ia pun memandangku, dari raut wajahnya terpancar rasa haru, tampak dari kulit putih wajahnya yg berkeriput, mengalir air mata. Aku pun, terharu karenanya dan tak kuat menahan tangis
tiba2 terngiang kembali, lagu saat TK dulu..
kasih ibu, kepada beta, tak terkira, sepanjang masa
selalu memberi, tak harap kembali
bagaikan sang surya, menerangi dunia …
Marilah kita selalu mengingat ibu kita. Ibu yg melahirkan kita dg perjuangan dan kasih sayang nya. Berbuat baiklah pada mereka, bahagiakanlah mereka, walaupun tak kan bisa kita membalas jasa mereka
setidaknya sampaikanlah doa kebaikan utk beliau, doa anak yg soleh, akan tersampai sepanjang masa…
By:Hendramessa
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.