Kebiasaan menggonti-ganti kurikulum 
pendidikan kembali terjadi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
 (Kemendikbud) menjadwalkan akan menarik kurikulum tingkat satuan 
pendidikan (KTSP) tahun depan. Kurikulum tinggalan kabinet lama ini 
dinilai sudah usang.
 Ditemui usai meresmikan sayembara 
pemilihan pendidikan dan tenaga kependidikan (PTK) berprestasi dan 
berdedikasi tingkat nasional di Jakarta kemarin (4/9), Mendikbud M Nuh 
menuturkan, kurikulum yang baru ini paling lama harus sudah dijalankan
 2014. “Syukur-syukur tahun depan (2013, red) sudah selesai dibahas 
sekaligus bisa dijalankan,” katanya.
Mantan rektor ITS itu mengatakan, 
penggantian kurikulum dari KTSP ke kurikulum yang baru itu bukan berarti
 ada yang salah dengan KTSP. Nuh mengatakan, pergantian ini bukan 
berarti KTSP jelek. Dia tetap menegaskan jika KTSP itu baik. “Tentu baik
 pada masanya. Dan sudah tidak relevan dengan masa kini, zaman sudah 
berubah,” paparnya.
Nuh menjelaskan, jika KTSP yang sudah 
berumur lebih dari satu dasawarsa itu memang layak diganti. Pasalnya, 
dari pandangannya arus perubahan zaman sudah cepat. Di antara bentuk 
perubahan zaman yang cepat dan menyalip KTSP adalah lingkungan belajar 
siswa.
Pada saat KTSP disusun dulu, Nuh 
mengatakan, sumber belajar para siswa hanya dari guru. Tetapi untuk saat
 ini, banyak sekali media yang berkembang dan bisa menjadi sumber 
belajar. Di antaranya adalah jaringan internet yang mulai menjamur.
Mantan Menkominfo itu juga mengatakan, kurikulum yang baru nanti harus bisa memberi semacam ciri khas pada sebuah pembelajaran.
 “Ciri khas yang saya maksud adalah, 
kuatnya budaya ilmu pengetahuan dalam pembelajaran,” ucapnya. Ciri 
khas ini diharapkan bisa mengimbangi mobilitas ilmu, barang, dan manusia
 yang saat ini semakin cepat.
Untuk urusan nama sendiri, Nuh masih 
belum menyiapkannya. Dia mengatakan, yang penting adalah isi kurikulum
 itu dituntaskan dulu. Baru kemudian membahas soal nama atau istilah 
yang baru.
Nuh menambahkan, kurikulum yang baru 
ini tidak akan melepaskan program pengembangan guru. Dia mengatakan, 
percuma kurikulum bagus tetapi kemampuan gurunya tidak ditingkatkan. 
Salah satu upaya menggenjot peningkatan kualitas guru ini adalah dengan
 ujian kompetensi guru (UKG).
Di bagian lain, Kepala Pusat Pembinaan 
dan Pemasyarakat Bahasa, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 
Kemendikbud Muhajir menjelaskan, penciptaan kurikulum baru harus 
mengakomodasi nuansa keindonesiaan. Dia mengatakan, saat ini kondisi 
kebahasaan Indonesia di sekolah-sekolah perlu ditingkatkan.
“Posisi bahasa Indonesia saat ini kalah 
bergengsi dibanding bahasa Inggris,” ucap Muhajir dalam forum 
keberagaman bahasa kemarin. Kondisi ini muncul karena dengan menguasi 
bahasa Inggris bisa menghasilkan uang lebih banyak, dibandingkan hanya
 menguasai bahasa Indonesia. Tetapi jika tidak dibentengi, Muhajir 
khawatir semangat nasionalisme bisa pudar.
Dana Abadi Pendidikan Rp 10 T
Di sisi lain, skema baru dalam dunia 
pendidikan di Indonesia akan mulai bergulir. Ini terkait dengan 
keberadaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) di bawah 
Kementerian Keuangan.
Direktur Utama LPDP Eko Prasetyo 
mengatakan, saat ini pemerintah sudah menyiapkan dana hingga Rp 10,61 
triliun dalam bentuk dana abadi pendidikan (DAP) yang akan dikelola 
oleh LPDP. “Dana ini akan digunakan untuk memberikan beasiswa pada 
jenjang perguruan tinggi, baik S-1, S-2, dan S-3,” ujarnya saat rapat 
dengan Komisi XI DPR, kemarin (4/9).
Inisiatif untuk membentuk lembaga 
pengelola DAP sebenarnya sudah ada sejak 2009 lalu. Tujuannya untuk 
melengkapi program beasiswa yang sudah dijalankan oleh Kementerian 
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta Kementerian Agama 
(Kemenag).
Karena itu, dana pun sudah mulai 
dialokasikan pada 2010 sebesar Rp 1 triliun, pada 2011 sebesar Rp 2,6 
triliun, dan pada tahun ini pemerintah tinggal menunggu persetujuan DPR 
untuk alokasi dana sebesar Rp 7 triliun, sehingga total dana mencapai 
Rp 10,6 triliun.
Eko mengatakan, dana itu disebut dana 
abadi karena dana pokoknya tidak akan berkurang. Sebab, dana tersebut 
akan diinvestasikan ke instrumen investasi rendah risiko seperti 
deposito maupun surat berharga negara (SBN). “Hasil investasi itulah 
yang digunakan untuk membiayai beasiswa. Kalau dana aslinya tidak 
diutak-atik,” katanya.
Seberapa besar hasil investasinya? 
Rupanya sangat besar. Eko mengatakan, hasil investasi yang 
pengelolaannya dititipkan pada Pusat Investasi Pemerintah (PIP) tersebut
 pada 2011 mencapai Rp 75,15 miliar. Tahun ini, hasil investasi periode
 Januari-Agustus saja sudah mencapai Rp 134,53 miliar, sehingga total 
hasil investasi sudah mencapai Rp 209,69 miliar. “Dana inilah yang akan 
kami salurkan untuk beasiswa,” ucapnya.
Menurut Eko, saat ini pihaknya tinggal 
menunggu persetujuan dari tiga menteri selaku dewan pengawas, yakni 
Menteri Keuangan, Menteri Agama, dan Menteri Pendidikan dan 
Kebudayaan. Jika persetujuan didapat, maka LPDP akan langsung membuka 
aplikasi pendaftaran beasiswa secara online, sehingga bisa diakses oleh publik.
“Tahun ini, target kami memberikan beasiswa untuk 3.346 orang dan tahun depan naik menjadi 13.934 orang,” ujarnya.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar 
Aziz mengatakan, DPR berharap agar beasiswa tersebut tidak hanya 
diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), tapi juga bisa dinikmati 
oleh masyarakat umum. “Selain itu, untuk orang yang sudah mampu 
secara finansial, misalnya anak orang kaya, jangan diberikan beasiswa, 
tapi semacam pinjaman, sehingga nanti mereka harus kembalikan setelah 
bekerja,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Eko menyatakan,
 beasiswa LPDP memang bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, baik PNS 
maupun masyarakat umum. Syaratnya, tentu saja berprestasi dan bersedia 
untuk kembali ke Indonesia usai menyelesaikan pendidikannya.
“Untuk tahap awal, beasiswa memang 
khusus S-2 dan S-3 di luar negeri. Ini supaya tidak tumpang tindih, 
karena kalau beasiswa S-1 sudah banyak diberikan oleh Kemendikbud dan
 Kemenag. Tapi, ke depan, kalau koordinasi sudah lebih rapi, kami juga 
akan memberikan beasiswa untuk S-1,” ujarnya.
Adapun terkait pinjaman untuk pendidikan atau student loan,
 kini LPDP tengah mempelajari mekanisme pemberian pinjaman kepada 
mahasiswa yang sudah dilakukan oleh lembaga lain di banyak negara. 
“Jadi, modelnya pinjaman lunak, mereka mengembalikan pinjaman dalam 
jangka panjang setelah bekerja,” ucapnya. (wan/owi/jpnn)
Berita Ini di ambil dari Harian Padang Ekpres terbitan Rabu/05-09-2012.