This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Senin, 27 Juni 2011
RASUL PANUTAN UMMAT
11.01.00
ERIYAN TONI
Share
Tulisan ini di ambil dari KUMPULAN TAUSYIAH K.H. Abdullah Gymnastiar
Salam sejahtera kepada penghulu segenap makhluk yang paling mulia, rakhmat bagi semesta alam, manusia paling sempurna, paling suci, dan penyempurna revolusi zaman, dialah Muhammad SAW. Dialah nabi paling pemurah, paling peramah, penuh kharisma dan kewibawaan, kesantunan, serta bergelar khatamul anbiya. Dialah jalan terang bagi gelapnya kehidupan dengan kesemarakan akhlaknya yang mulia, itulah puncak dari kebesaran dan kesempurnaannya sehingga beroleh gelar Al Amin (yang dipercaya).
Berkaitan dengan keagungan nabi ini, Sayyid Hussein Nasr seorang cendekiawan muslim terkemuka menulis, "Makhluk yang paling mulai ini (Muhammad SAW) juga dinamakan Ahmad, Musthafa, Abdullah, Abul-Qasim, dan juga bergelar Al Amin—yang terpercaya. Setiap nama dan gelar yang dimilikinya mengungkapkan suatu aspek wujud yang penuh berkah. Ia adalah, sebagaimana makna etimologis yang dikandung dalam kata Muhammad dan Ahmad, yang diagungkan dan dipuji; ia adalah musthafa (yang terpilih), abdullah (hamba ALLOH yang sempurna) dan terakhir, sebagai ayah Qasim. Ia bukan hanya Nabi dan utusan (rasul) ALLOH, tetapi juga kekasih ALLOH dan rahmat yang dikirimkan ke muka bumi, sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran, "Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam." (Q.S. Al Anbia [21]:107).
Ungkapan keagungan ini tidaklah berlebihan karena ALLOH Azza wa Jalla pun memuji beliau, bahkan senantiasa bershalawat kepadanya, firman-Nya, "Sesungguhnya ALLOH dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, sampaikanlah shalawat dan salam kepadanya." (Q.S. Al Ahzab [33]:56). Demikianlah ALLOH dan para malaikat bershalawat kepadanya, seharusnya apatah lagi kita sebagai makhluk kecil yang tiada berdaya ini.
Disamping bershalawat ternyata penghormatan kepada Rasulullah SAW memiliki etika tersendiri. Tidak cukup hanya bershalawat saja, karena yang terpenting adalah kita harus yakin benar bahwa Rasulullah adalah suri tauladan sepanjang zaman. Jikalau kita ikut dalam tuntunan beliau insya ALLOH akan selamat dunia dan akhirat.
ALLOH SWT menjelaskan dalam firman-Nya, "Dan sesungguhnya Rasul ALLOH itu menjadi ikutan (tauladan) yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui ALLOH di hari kemudian dan yang mengingati ALLOH sebanyak-banyaknya." (Q.S. Al Ahzab [33]: 21). Seakan ayat ini menyatakan bahwa tidak usah kita melakukan apapun kecuali ada contohnya dari Rasulullah.
Ketika misalnya, rumah tangga keluarga kita berantakan, maka solusi terbaiknya adalah dengan mencontoh Rasul dalam mengemudikan bahtera rumah tangganya. Subhanallah, siapapun yang mampunyai referensi Rasulullah dalam perilaku sehari-harinya, maka hidupnya seperti seorang yang punya katalog yang sangat mudah di akses, segalanya serba tertuntun.
Begitu pentingnya tauladan ini. Itulah sebabnya mengapa P4 gagal di Indonesia? Padahal dimana-mana dilakukan penataran, berbagai metode dan pola digunakan, biaya pun keluar miliaran rupiah, tapi mengapa tidak berhasil merubah pola pikir masyarakat? Jawabannya mudah saja, menurut yang saya pahami dari Dr. Ruslan Abdul Ghani yang menyatakan bahwa salah satu penyebab utamanya adalah karena tidak ada contohnya. Siapa sekarang orang Indonesia yang paling Pancasilais sehingga layak ditauladani perilakunya? Belum ada!
Karenanya berbahagialah umat Islam yang mempunyai tauladan Rasulullah SAW, dalam dirinya semua aspek kehidupan telah ada reperensinya. Mau duduk, bertemu dengan kawan, bertemu dengan orang kaya, bercakap dengan orang papa, berhubungan dengan pejabat, semua telah ada contohnya, termasuk bagaimana teknik menghadapi penjahat. Semuanya sudah jelas, bahkan sampai hal yang paling sederhana seperti di kamar kecil yang paling tersembunyi sekalipun, semua ada tuntunannya.
Sayangnya kita jarang menyempatkan diri untuk mempelajari bagaimana perilaku Rasulullah SAW yang sebenarnya. Karenanya jikalau Pesantren Daarut Tauhiid saat ini dianggap sedang "naik daun", maka sama sekali bukan karena ide cemerlang seseorang, hakikatnya karena pertolongan ALLOH Azza wa Jalla dengan syariat mengamalkan sebagian dari tuntunan Rasulullah SAW yang diaktualisasikan dan dikemas sedemikian rupa. Jadi, apatah lagi bagi orang-orang yang mampu mengaplikasikan semua yang telah Rasul tuntunkan, hasilnya tentu akan jauh lebih luar biasa lagi.
Oleh karena itu, bagi sahabat yang dikaruniai kesempatan menjadi guru dan mengharapkan dicintai dan dihormati muridnya, tidak membosankan murid ketika mengajar dikelas, proses belajar-mengajar menjadi efektif, serta para muridnya menjadi cerdas dan berpikiran maju, maka contohlah Rasul dalam mengajar. Bagaimana cara Rasul mengajar? Ternyata Rasulullah mengajar dengan penuh kelembutan, kasih-sayang, dan sangat ingin para sahabatnya menjadi maju.
Jikalau anda seorang manager perusahaan atau pejabat di sebuah instansi pemerintahan, maka yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar bisa sukses dengan tetap mengikuti tuntunan Rasulullah? Ternyata Rasulullah SAW dalam berorganisasi itu rendah hati, lembut perangainya, senang bertukar pikiran, selalu meminta ide, saran, dan koreksi dalam bermusyawarah.
Adapun bagi pemuda yang ingin dicintai, disukai, penuh pesona, melimpah kharismanya, maka pelajari bagaimana pribadi Rasul. Para sahabat seperti halnya Imam Ali ternyata juga meneladani Rasulullah SAW. Nampaknya jikalau kita berat menghadapi hidup ini, maka pertanyaannya adalah sampai sejauh mana kita mampu meluangkan waktu untuk mempelajari pribadi Rasulullah SAW?
Demikian penting arti sebuah tauladan atau penuntun bagi kehidupan seseorang. Karenanya siapapun akan sengsara atau bahkan tersesat jikalau tidak pernah meluangkan waktu untuk mempelajari pribadi Rasulullah SAW. Dialah penuntun kita dari kesesatan dan gelapnya kehidupan.
Seperti halnya sebuah kejadian yang semoga dengan diungkapkannya di forum ini ada hikmah yang bisa diambil. Kejadiannya adalah dari penuturan seorang mubaligh asal Bandung. Ketika itu ia diundang bertabligh di suatu tempat di Tasikmalaya. Berangkatlah ia naik mobil bersama penjemputnya. Penjemput sebagai penunjuk arah di depan satu mobil dan sang mubaligh mengikuti di belakang dengan mobil lain.
Beberapa jam perjalanan lancar-lancar saja, sayangnya setelah beberapa saat sampai di wilayah Tasik, penunjuk arah memacu kendaraannya lebih cepat sehingga mobil sang mubaligh tertinggal jauh di belakang. Cerita selanjutnya mudah ditebak, sang mubaligh pun tersesat. Belok kiri tidak ketemu, belok kanan masuk pasar, waktu pun berlalu sia-sia, hatinya bahkan sudah mulai gelisah tidak menentu.
Nampaklah betapa sengsaranya orang yang tersesat, waktu dan tenaganya terbuang percuma, tujuan tidak menentu, perasaan pun tidak enak, bahkan sebentar-sebentar harus tanya sana-tanya sini, sungguh merepotkan. Demikianlah kegelisahan akan makin akrab dengan orang-orang yang kehilangan penuntun dalam hidupnya.
Bayangkan saja andaikata kita tidak punya penuntun, tidak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat yang belum diketahui sebelumnya, pastilah tidak akan menentramkan perjalanan tersebut. Tapi jikalau penuntun, arah, dan tujuannnya jelas, maka langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa disaputi ketentraman. Dan Rasulullah SAW adalah penuntun dan panutan kita sepanjang zaman.***
Merah-Putih untuk TdS
10.51.00
ERIYAN TONI
Share
Apa pun bentuknya, sesederhana apa pun wujudnya, inilah sebuah partisipasi dari masyarakat yang patut dihargai dan diacungi jempol. Apa pun yang akan dilakukan untuk memajukan daerah ini butuh dukungan dan partisipasi masyarakat, termasuk iven TdS. Makin banyak dan makin besar partisipasi masyarakat, bisa dipastikan makin meriah dan makin sukses sebuah iven.
TdS memang sangat butuh dukungan dan partisipasi masyarakat. TdS adalah helat untuk mempromosikan Sumatera Barat ke segala penjuru dunia. Melalui TdS ingin ditunjukkan kepada dunia bahwa Sumatera Barat adalah daerah yang indah, memiliki panorama alam tropis yang elok, tak ada tandingnya di belahan bumi manapun. Kuliner Minang juga merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Melalui TdS juga ingin diinformasikan bahwa Minangkabau memiliki budaya yang tinggi, masyarakatnya ramah, berbudi bahasa tinggi dan santun.
Pada saat yang sama, tentu juga ingin ditunjukkan kepada dunia bahwa Sumatera Barat memiliki pemerintah yang bersih dan profesional. Juga ingin dibuktikan bahwa Sumatera Barat memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan TdS adalah bukti dari semua itu. Kepuasan para peserta lomba, kesan positif, kontingen serta tamu lainnya yang datang adalah parameter bahwa Sumbar memiliki SDM yang berkualitas dan berbudaya tinggi.
Lalu, apa manfaatnya bagi masyarakat? Seperti diungkapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada acara pembukaan TdS, ”TdS bisa dikatakan berhasil jika telah berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, itulah muara pelaksanaan TdS.
Melalui TdS diharapkan, Sumatera Barat dengan segala potensi dan keunikannya dikenal dan dikenang oleh masyarakat dunia. Iven ini, tentu saja didukung oleh partisipasi, antusiasme dan keramahan masyarakat, diharapkan mampu membangun imej dunia bahwa Sumbar adalah daerah yang cocok untuk dikunjungi, juga berinvestasi.
Meski di sana-sini masih terlihat sejumlah kelemahan, namun kita bertekad kelemahan itu akan terus diperbaiki dan dibenahi. Ke depan, pelaksanaan TdS harus lebih baik dan lebih baik lagi. Jika tahun ini TdS dibuka oleh Menbudpar, tahun depan kita persiapan lebih baik, sehingga bisa dibuka oleh Presiden RI. Jika tahun ini diikuti oleh 17 negara, tahun depan mestinya diikuti oleh lebih banyak negara.
Jika pelaksanaan TdS makin baik dan kesan yang diberikan kepada masyarakat dunia makin baik, insya Allah peluang masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan makin meningkat. Jika kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara ke Sumatera Barat dalam rangka TdS meningkat, tentu peluang ekonomi masyarakat Sumatera Barat meningkat pula. Apalagi, jika diikuti pula oleh adanya investasi.
Selamat mengikuti acara TdS, mari kita tunjukkan bahwa kita bisa berbuat lebih baik. Terima kasih atas partisipasi semua masyarakat serta semua pihak. (*)
Apa yang dilakukan masyarakat sepanjang rute Tour de Singkarak (TdS) etape Bukittinggi–Harau (50 Kota), sekilas terlihat sederhana. Namun nilainya sangat luar biasa. Sepanjang jalan Bukitinggi–Harau, di kiri-kanan jalan, masyarakat berbaris rapi menyambut dan menyaksikan lomba balap sepeda TdS. Dengan senyum dan wajah antusias mereka menyambut kedatangan ratusan atlet balap sepeda dari 17 negara tersebut.
Mereka juga memberikan semangat dengan bertepuk tangan serta melambai-lambaikan bendera kecil berwarma Merah-Putih.
Sekilas, aksi dan sambutan masyarakat itu terlihat sederhana saja, namun dampaknya luar biasa.
Kita tentu sering melihat berbagai pertandingan sepakbola atau pertandingan olahraga lainnya. Telah banyak terbukti bahwa dukungan penonton/suporter itu menentukan kerhasilan pertandingan. Begitu juga dalam pementasan kesenian, sambutan penonton ikut menentukan keberhasilan pertunjukan.
Apa pun bentuknya, sesederhana apa pun wujudnya, inilah sebuah partisipasi dari masyarakat yang patut dihargai dan diacungi jempol. Apa pun yang akan dilakukan untuk memajukan daerah ini butuh dukungan dan partisipasi masyarakat, termasuk iven TdS. Makin banyak dan makin besar partisipasi masyarakat, bisa dipastikan makin meriah dan makin sukses sebuah iven.
TdS memang sangat butuh dukungan dan partisipasi masyarakat. TdS adalah helat untuk mempromosikan Sumatera Barat ke segala penjuru dunia. Melalui TdS ingin ditunjukkan kepada dunia bahwa Sumatera Barat adalah daerah yang indah, memiliki panorama alam tropis yang elok, tak ada tandingnya di belahan bumi manapun. Kuliner Minang juga merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Melalui TdS juga ingin diinformasikan bahwa Minangkabau memiliki budaya yang tinggi, masyarakatnya ramah, berbudi bahasa tinggi dan santun.
Pada saat yang sama, tentu juga ingin ditunjukkan kepada dunia bahwa Sumatera Barat memiliki pemerintah yang bersih dan profesional. Juga ingin dibuktikan bahwa Sumatera Barat memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan TdS adalah bukti dari semua itu. Kepuasan para peserta lomba, kesan positif, kontingen serta tamu lainnya yang datang adalah parameter bahwa Sumbar memiliki SDM yang berkualitas dan berbudaya tinggi.
Lalu, apa manfaatnya bagi masyarakat? Seperti diungkapkan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada acara pembukaan TdS, ”TdS bisa dikatakan berhasil jika telah berdampak meningkatkan kesejahteraan masyarakat.” Meningkatkan kesejahteraan masyarakat, itulah muara pelaksanaan TdS.
Melalui TdS diharapkan, Sumatera Barat dengan segala potensi dan keunikannya dikenal dan dikenang oleh masyarakat dunia. Iven ini, tentu saja didukung oleh partisipasi, antusiasme dan keramahan masyarakat, diharapkan mampu membangun imej dunia bahwa Sumbar adalah daerah yang cocok untuk dikunjungi, juga berinvestasi.
Meski di sana-sini masih terlihat sejumlah kelemahan, namun kita bertekad kelemahan itu akan terus diperbaiki dan dibenahi. Ke depan, pelaksanaan TdS harus lebih baik dan lebih baik lagi. Jika tahun ini TdS dibuka oleh Menbudpar, tahun depan kita persiapan lebih baik, sehingga bisa dibuka oleh Presiden RI. Jika tahun ini diikuti oleh 17 negara, tahun depan mestinya diikuti oleh lebih banyak negara.
Jika pelaksanaan TdS makin baik dan kesan yang diberikan kepada masyarakat dunia makin baik, insya Allah peluang masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan makin meningkat. Jika kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara ke Sumatera Barat dalam rangka TdS meningkat, tentu peluang ekonomi masyarakat Sumatera Barat meningkat pula. Apalagi, jika diikuti pula oleh adanya investasi.
Selamat mengikuti acara TdS, mari kita tunjukkan bahwa kita bisa berbuat lebih baik. Terima kasih atas partisipasi semua masyarakat serta semua pihak. (*)
(Penulis adalah Irwan Prayitno yang juga Gubernur Sumatera Barat)
Di alihkan dari http://www.padang-today.com/?mod=artikel
Pelajaran Berharga dari Garuda di Dada
10.39.00
ERIYAN TONI
Share
Sudahlah! Ya, sudahlah! Kegagalan menjadi juara Piala AFF 2010, sekali pun menyesakkan dada, tak perlu-lah diratapi. Usah ditangisi. Jangan disesali. Tetaplah busungkan, perlihatkan bahwa garuda tetap di dada. Inilah kebanggaan baru kita. Kebanggaan anak bangsa yang selama ini seakan berlayar tak bertepi.
Benar, Firman Utina dkk gagal merengkuh gelar juara. Ya, inilah kegagalan yang masih menghadirkan eforia bahwa anak-anak negeri ini tidak gagal. Timnas masih dipuja dan dipuji telah menghadirkan sebuah sukses yang membuka mata, sebab negeri ini sudah lama tertidur dari hingar-bingar sepakbola.
Ketika support diberikan kepada Timnas sepakbola Indonesia, sebenarnya saat itu pula cibiran itu ditujukan kepada pembinaan olahraga. Selama ini tak banyak yang tahu dengan proses tim tersebut, tiba-tiba semua orang di negeri ini menginginkan prestasi gemilang. Inilah ironi. Mungkinkah menuai tanpa menanam? Bisakah berbuah tanpa berputik?
Dalam kurun waktu yang sangat panjang, harapan agar prestasi didulang dalam setiap laga, adalah impian banyak orang. Harapan yang didambakan semua masyarakat di republik, namun tak banyak yang bisa dan mau menghargai sebuah proses.
Selama ini, sebuah proses seakan menjadi kewajiban atlet dan keluarganya. Tidak banyak yang mau peduli dengan kebutuhan yang harus dipenuhi atlet dan keluarganya untuk berprestasi.. Asumsi yang ditonjolkan, pembinaan dan pengembangan olahraga diharapkan datang dari masyarakat, hanya saja, ketika pengembangan itu sudah mulai tumbuh, ternyata justru dipolitisir oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Berbagai pihak pun kemudian masuk ke “arena” dengan mengkedepankan kepedulian. Berbuat sedikit, eksposnya sebukit. Kepedulian yang dihadirkan pun tak lebih dari sekadar menaikkan rating popularitas. Namun hal itu pun sebenarnya tidak masalah, malah ditunggu-tunggu, mudah-mudahan hal serupa terus berlanjut, kita harus berpikir positif, mungkin selama ini beliau-beliau tersebut terlena dengan kesibukannya dan hal-hal lain yang dianggap lebih penting dari olahraga, yang disangkakan hanya menghabis-habiskan uang. Dan ternyata diakui atau tidak olahraga merupakan salah satu alat memecahkan berbagai masalah,yang paling penting yaitu menjadikan seperti yang disampaikan kementator top olahraga, bahwa olahraga ternyata memang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa, Kita semua bangga jadi “Indonesia”. Sampai-sampai kaos berlambang merah putih dan garuda dicari-cari untuk dipakai. Luar Biasa!
Realita yang terbentang di depan mata, selama ini bibit atlet yang potensial untuk menjadi atlet handal diantaranya sering terbentur dengan berbagai masalah, sehingga mereka membenam jauh-jauh keinginan mereka menjadi atlet apabila dibenturkan dengan sistem pendidikan formal yang belum mendukung pendidikan mereka.
Jika ada yang berprestasi di dunia olahraga, ada kecenderungan mereka gagal di studi. Jika sukses di studi, umumnya mereka tidak memiliki prestasi membanggakan di olahraga. Dunia pendidikan nyaris tak peduli dengan aktivitas olahraga.
Sudah menjadi rahasia umum jika banyak atlet yang terbentur di studi. Mereka sering tidak memperoleh izin, sering diremehkan, dan tak pernah ada upaya untuk membantu mereka yang tertinggal pelajaran karena mengikuti persiapan dan pelaksanaan kejuaraan.
Sejauh ini, tak pernah ada kesepahaman dari dunia pendidikan terhadap olahraga. Akibatnya, atlet yang masih menjalani pendidikan harus menghadapi “arogansi” guru, terutama guru bidang studi non olahraga. Tak jarang di antara para guru mengancam, kalau terus berolahraga maka nilainya dari mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut bisa seperti bola.
Salahkah para guru? Dari satu sisi, guru tak bisa disalahkan. Mereka mengikuti ketentuan baku tanpa ada pengecualian. Jika itu dilanggar dengan memberikan dispensasi atau semacam perlakuan khusus kepada siswanya, bisa saja mereka dianggap salah. Langkah terbaik, harus ada aturan khusus, sehingga kalau pun sang atlet tidak masuk dalam kurun waktu tertentu, ia tetap bisa mengikuti pendidikan seperti yang lain.
Di Singapura, misalnya, ada kewajiban guru untuk terus membimbing pelajarnya yang sedang mempersiapkan diri untuk kejuaraan tertentu. Justru guru yang mendatangi atlet ke camp latihannya. Di Amerika, juga tak jauh berbeda. Makanya tak mengherankan, kalau atlet Amerika juga orang-orang yang sukses di bidang studi.
Psikologisnya, tak ada atlet yang bodoh. Atlet adalah orang-orang pintar, memiliki fisik dan konsentrasi yang baik. Mereka harus mengalahkan lawan dengan kemampuan fisik dan berpikirnya. Atlet dipaksa berpikir dan mengambil keputusan dalam waktu singkat.
Ketika mengiring bola, misalnya. Harus tetap konsentrasi sekali pun di bawah hiruk-pikuk puluhan ribu penonton. Agar bola tetap berada di kakinya sebelum dikirim ke temannya, kekuatan fisiknya sangat menentukan, sebab bisa saja dihadang lawan. Saat mengiring bola, ia juga harus berpikir dan kemudian memutuskan, kepada siapa bola akan diberikan, atau akan menendang langsung ke gawang. Pilihan ini sangat rumit, sebab harus dilakukan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Cabang lain memiliki prinsip yang sama, konsentrasi dan membuat keputusan dalam waktu singkat. Jika mereka bodoh, maka tidak akan pernah bisa melakukannya.
Kalau ternyata banyak atlet yang bermasalah dengan pendidikannya, umumnya hanya terjadi di negeri yang belum mampu mengurus sistem yang mensinergiskan pendidikan bagi olahragawan muda mereka. Di negeri ini, memang ada aktivitas olahraga di sekolah, namun belum mantapnya sistem yang mendukung dalam mempersiapkan siswa menjadi atlet berprestasi. Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang merupakan bagian integral dalam pendidikan secara umum, masih termarjinalkan Malah ada iven olahraga yang diurus Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga secara berjenjang dari Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) ditingkat kota dan kabupaten kemudian berlanjut ke tingkat provinsi, lalu berlanjut ke Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas)..
Dari kenyataan yang terbentang selama ini, yang ada hanya iven berjenjang, sedangkan pembinaan berjenjang dari institusi tersebut nyaris tak pernah ada. Kalau pun ada atlet yang membela kecamatan, kota, kabupaten dan provinsinya ke tingkat Nasional, bukanlah dari pembinaan berjenjang sekolah tersebut.
Fakta sampai saat ini sangat minim pertandingan antar sekolah , yang ada “hanya memakai” atlet yang sudah ada, yang berlatih di klub secara mandiri. Selama iven berlangsung dan selama tenaga atlet itu dibutuhkan demi prestise, selama itu pula atlet dapat dispensasi. Jika iven usai, maka usai pula kepedulian pada mereka. Kalau kemudian atlet mengikuti iven di luar kepentingan institusi tersebut, maka atlet tidak akan pernah mendapatkan dispensasi atau kepedulian seperti sebelumnya. Jarang ada ucapan terimakasih atau penghargaan pada mereka. Rasanya sulit mendapatkan bintang-bintang olahragawan handal, jika minimnya kepedulian kepada bibit-bibit..
Lantas, mungkinkah menuai tanpa menanam? Bisakah berbuah tanpa berputik? Mumpung masih dibalut eforia hasil positif Timnas sepakbola Indonesia di Piala AFF 2010, tak salah kalau realita ini dijadikan sebagai pelatuk untuk menyadari kekeliruan selama ini. Jangan hanya menuntut hasil tanpa memikirkan proses. Selama ini tuntutan untuk menuai prestasi setinggi-tingginya, namun melupakan proses bagaimana prestasi itu bisa dicapai.
Sudahlah! Ya, sudahlah! Jangan terlalu menuntut prestasi jika tak pernah peduli pada prosesnya.*
*Penulis adalah Syahrial Bakhtiar (Ketua Umum Koniprov Sumbar juga Dekan FIK UNP)*
Di alihkan dari http://www.padang-today.com/?mod=artikel
Benar, Firman Utina dkk gagal merengkuh gelar juara. Ya, inilah kegagalan yang masih menghadirkan eforia bahwa anak-anak negeri ini tidak gagal. Timnas masih dipuja dan dipuji telah menghadirkan sebuah sukses yang membuka mata, sebab negeri ini sudah lama tertidur dari hingar-bingar sepakbola.
Ketika support diberikan kepada Timnas sepakbola Indonesia, sebenarnya saat itu pula cibiran itu ditujukan kepada pembinaan olahraga. Selama ini tak banyak yang tahu dengan proses tim tersebut, tiba-tiba semua orang di negeri ini menginginkan prestasi gemilang. Inilah ironi. Mungkinkah menuai tanpa menanam? Bisakah berbuah tanpa berputik?
Dalam kurun waktu yang sangat panjang, harapan agar prestasi didulang dalam setiap laga, adalah impian banyak orang. Harapan yang didambakan semua masyarakat di republik, namun tak banyak yang bisa dan mau menghargai sebuah proses.
Selama ini, sebuah proses seakan menjadi kewajiban atlet dan keluarganya. Tidak banyak yang mau peduli dengan kebutuhan yang harus dipenuhi atlet dan keluarganya untuk berprestasi.. Asumsi yang ditonjolkan, pembinaan dan pengembangan olahraga diharapkan datang dari masyarakat, hanya saja, ketika pengembangan itu sudah mulai tumbuh, ternyata justru dipolitisir oleh kepentingan-kepentingan tertentu.
Berbagai pihak pun kemudian masuk ke “arena” dengan mengkedepankan kepedulian. Berbuat sedikit, eksposnya sebukit. Kepedulian yang dihadirkan pun tak lebih dari sekadar menaikkan rating popularitas. Namun hal itu pun sebenarnya tidak masalah, malah ditunggu-tunggu, mudah-mudahan hal serupa terus berlanjut, kita harus berpikir positif, mungkin selama ini beliau-beliau tersebut terlena dengan kesibukannya dan hal-hal lain yang dianggap lebih penting dari olahraga, yang disangkakan hanya menghabis-habiskan uang. Dan ternyata diakui atau tidak olahraga merupakan salah satu alat memecahkan berbagai masalah,yang paling penting yaitu menjadikan seperti yang disampaikan kementator top olahraga, bahwa olahraga ternyata memang mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa, Kita semua bangga jadi “Indonesia”. Sampai-sampai kaos berlambang merah putih dan garuda dicari-cari untuk dipakai. Luar Biasa!
Realita yang terbentang di depan mata, selama ini bibit atlet yang potensial untuk menjadi atlet handal diantaranya sering terbentur dengan berbagai masalah, sehingga mereka membenam jauh-jauh keinginan mereka menjadi atlet apabila dibenturkan dengan sistem pendidikan formal yang belum mendukung pendidikan mereka.
Jika ada yang berprestasi di dunia olahraga, ada kecenderungan mereka gagal di studi. Jika sukses di studi, umumnya mereka tidak memiliki prestasi membanggakan di olahraga. Dunia pendidikan nyaris tak peduli dengan aktivitas olahraga.
Sudah menjadi rahasia umum jika banyak atlet yang terbentur di studi. Mereka sering tidak memperoleh izin, sering diremehkan, dan tak pernah ada upaya untuk membantu mereka yang tertinggal pelajaran karena mengikuti persiapan dan pelaksanaan kejuaraan.
Sejauh ini, tak pernah ada kesepahaman dari dunia pendidikan terhadap olahraga. Akibatnya, atlet yang masih menjalani pendidikan harus menghadapi “arogansi” guru, terutama guru bidang studi non olahraga. Tak jarang di antara para guru mengancam, kalau terus berolahraga maka nilainya dari mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut bisa seperti bola.
Salahkah para guru? Dari satu sisi, guru tak bisa disalahkan. Mereka mengikuti ketentuan baku tanpa ada pengecualian. Jika itu dilanggar dengan memberikan dispensasi atau semacam perlakuan khusus kepada siswanya, bisa saja mereka dianggap salah. Langkah terbaik, harus ada aturan khusus, sehingga kalau pun sang atlet tidak masuk dalam kurun waktu tertentu, ia tetap bisa mengikuti pendidikan seperti yang lain.
Di Singapura, misalnya, ada kewajiban guru untuk terus membimbing pelajarnya yang sedang mempersiapkan diri untuk kejuaraan tertentu. Justru guru yang mendatangi atlet ke camp latihannya. Di Amerika, juga tak jauh berbeda. Makanya tak mengherankan, kalau atlet Amerika juga orang-orang yang sukses di bidang studi.
Psikologisnya, tak ada atlet yang bodoh. Atlet adalah orang-orang pintar, memiliki fisik dan konsentrasi yang baik. Mereka harus mengalahkan lawan dengan kemampuan fisik dan berpikirnya. Atlet dipaksa berpikir dan mengambil keputusan dalam waktu singkat.
Ketika mengiring bola, misalnya. Harus tetap konsentrasi sekali pun di bawah hiruk-pikuk puluhan ribu penonton. Agar bola tetap berada di kakinya sebelum dikirim ke temannya, kekuatan fisiknya sangat menentukan, sebab bisa saja dihadang lawan. Saat mengiring bola, ia juga harus berpikir dan kemudian memutuskan, kepada siapa bola akan diberikan, atau akan menendang langsung ke gawang. Pilihan ini sangat rumit, sebab harus dilakukan dalam kurun waktu yang sangat singkat. Cabang lain memiliki prinsip yang sama, konsentrasi dan membuat keputusan dalam waktu singkat. Jika mereka bodoh, maka tidak akan pernah bisa melakukannya.
Kalau ternyata banyak atlet yang bermasalah dengan pendidikannya, umumnya hanya terjadi di negeri yang belum mampu mengurus sistem yang mensinergiskan pendidikan bagi olahragawan muda mereka. Di negeri ini, memang ada aktivitas olahraga di sekolah, namun belum mantapnya sistem yang mendukung dalam mempersiapkan siswa menjadi atlet berprestasi. Pembelajaran Pendidikan Jasmani yang merupakan bagian integral dalam pendidikan secara umum, masih termarjinalkan Malah ada iven olahraga yang diurus Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga secara berjenjang dari Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) ditingkat kota dan kabupaten kemudian berlanjut ke tingkat provinsi, lalu berlanjut ke Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas)..
Dari kenyataan yang terbentang selama ini, yang ada hanya iven berjenjang, sedangkan pembinaan berjenjang dari institusi tersebut nyaris tak pernah ada. Kalau pun ada atlet yang membela kecamatan, kota, kabupaten dan provinsinya ke tingkat Nasional, bukanlah dari pembinaan berjenjang sekolah tersebut.
Fakta sampai saat ini sangat minim pertandingan antar sekolah , yang ada “hanya memakai” atlet yang sudah ada, yang berlatih di klub secara mandiri. Selama iven berlangsung dan selama tenaga atlet itu dibutuhkan demi prestise, selama itu pula atlet dapat dispensasi. Jika iven usai, maka usai pula kepedulian pada mereka. Kalau kemudian atlet mengikuti iven di luar kepentingan institusi tersebut, maka atlet tidak akan pernah mendapatkan dispensasi atau kepedulian seperti sebelumnya. Jarang ada ucapan terimakasih atau penghargaan pada mereka. Rasanya sulit mendapatkan bintang-bintang olahragawan handal, jika minimnya kepedulian kepada bibit-bibit..
Lantas, mungkinkah menuai tanpa menanam? Bisakah berbuah tanpa berputik? Mumpung masih dibalut eforia hasil positif Timnas sepakbola Indonesia di Piala AFF 2010, tak salah kalau realita ini dijadikan sebagai pelatuk untuk menyadari kekeliruan selama ini. Jangan hanya menuntut hasil tanpa memikirkan proses. Selama ini tuntutan untuk menuai prestasi setinggi-tingginya, namun melupakan proses bagaimana prestasi itu bisa dicapai.
Sudahlah! Ya, sudahlah! Jangan terlalu menuntut prestasi jika tak pernah peduli pada prosesnya.*
*Penulis adalah Syahrial Bakhtiar (Ketua Umum Koniprov Sumbar juga Dekan FIK UNP)*
Di alihkan dari http://www.padang-today.com/?mod=artikel
Rabu, 22 Juni 2011
PETUNJUK PELATIHAN UNTUK ATLIT MUDA
13.53.00
ERIYAN TONI
Share
Kesuksesan di arena pada umumnya adalah hasil dari perencanaan, kerja keras, dan komitmen, dan tidak kecuali dalam pelatihan atletik. Semua atlit yang sukses maupun individu terlatih dan melampaui aktivitas phisik tertentu pada umumnya sudah mengikuti suatu program pelatihan jangka panjang yang dirancang dengan baik di atas beberapa tahun. Dalam bidang olahraga, pelatihan adalah proses dari latihan progresif berulang atau pekerjaan guna meningkatkan potensi untuk pencapaian jumlah maksimum. Untuk atlit, program pelatihan jangka panjang ini yang kondisi jiwa raga kepada pokok-pokok kompetisi dan mendorong kearah di dalam pencapaian keunggulan.
Walaupun banyak pelatih dan instruktur yang berkompeten pada perancangan program pelatihan musiman, adalah penting untuk dilihat di luar pendekatan jangka pendek ini dan rencana untuk pengembangan atlit jangka panjang. Sesuai Pelatihan, Atletik harus dimulai pada masa kanak-kanak, sehingga atlit semakin dapat dan secara sistematis mengembangkan jiwa raga untuk mencapai keunggulan jangka panjang dibanding jangka pendek/singkat.
Terlalu sering, program olahraga anak-anak meniru program atlit elit yang mereka kenal, baik yang prestasi nasional maupun prestasi internasional, yang bagi mereka sudah menarik hati imajinasi dari atlit muda dan pelatih mereka. Program seperti itu adalah sering ditiru secara detil, tanpa mengevaluasi derajat tingkat itu apakah sesuai dengan minat dari atlit muda yang mereka layani. Para pengikut program seperti itu sering mengatakan jika program untuk Michael Jordan atau Pete Sampras, adalah program untuk atlit aku juga! Pelatih yang biasanya mempergunakan program ini dengan bijak, sedikit mempunyai latar belakang pengetahuan biologis tentang anak-anak dan dengan tidak adanya panduan konsep seperti prinsip-prinsip latihan. Anak-anak maupun orang dewasa, mereka mempunyai karakteristik fisiologis berbeda yang harus diperhitungkan. Bab ini membicarakan empat petunjuk pelatihan untuk atlit muda.
Mengembangkan Program Pelatihan Jangka panjang
Dalam waktu jangka panjang, beberapa pelatih mengusulkan melakukan latihan khusus olahraga dari usia dini adalah cara yang terbaik untuk mengembangkan suatu program pelatihan optimal. Beberapa ahli fisiologi olahraga mengambil konsep tua ini, yang mana beberapa pelatih pun masih menggunakannya pada hari ini, dan mengembangkannya ke dalam suatu prinsip pelatihan. Mereka mengusulkan bahwa untuk menghasilkan cara paling cepat adalah harus melakukan suatu program pelatihan berikut:
· Penggunaan sistem energi yang dominan dalam olahraga itu dapat ditentukan. Sebagai contoh, seorang pelari cepat harus menyelesaikan lomba lari jarak pendek, dan atlit lari jarak jauh harus melatih sistem energi aerobic.
· Ikuti keahlian ketrampilan motorik, maksudnya atlit itu harus memilih latihan yang meniru keterampilan dan melibatkan kelompok otot yang mereka gunakan untuk melaksanakan suatu kecakapan teknis.
Fakta bahwa riset laboratorium menunjukkan ketegasan pelatihan itu mengakibatkan adaptasi lebih cepat, mendorong ke arah kenaikan pencapaian lebih cepat, tidak berarti bahwa pelatih dan atlit harus mengikutinya dari awal sampai ahkhir kematangan phisik.
Ini adalah pendekatan yang sempit yang dilakukan untuk atlit muda, di mana satu-satunya lingkup pelatihan adalah menuju keberhasilan dengan hasil cepat, tanpa memikirkan apa yang akan terjadi di masa datang terhadap atlit muda itu. Di dalam usaha mereka untuk mencapai hasil yang cepat, pelatih memforsil atlit dengan pelatihan yang sangat intensive dan spesifik tanpa menggunakan waktu untuk membangun suatu dasar yang baik. Ini adalah seperti berusaha untuk membangun suatu bangunan yang bertingkat namun memiliki dasar pondasi yang lemah. Sungguh, konstruksi seperti itu adalah kesalahan yang akan mengakibatkan bangunan itu roboh. Demikian juga, memberi sedikit harapan kepada atlit untuk memusatkan pengembangan mereka di dalam satu olahraga sebelum mereka siap secara phisik dan secara psikologis adalah sering menimbulkan permasalahan.
· Dapat mendorong kearah pengembangan secara sempit bagian otot dan fungsi organ tubuh.
· Dapat mengganggu keseimbangan biologis dan perkembangan phisik yang harmonis, prasyarat kematangan phisik atlet, dan pengembangan kesehatan seorang atlit.
· Dalam jangka panjang, dapat mengakibatkan kelelahan otot berlebihan, overtraining, dan bahkan cedera.
· Dapat berakibat dampak negatif pada kesehatan mental anak-anak, oleh karena tekanan yang tinggi, jenis pelatihan ini menciptakan dan keikutsertaan kompetisi banyak orang.
· Dapat mengganggu perkembangan hubungan sosial anak, seperti kurang bergaul diluar kegiatan olahraga, karena aktivitas dan waktu pelatihan yang padat.
· Dapat mempengaruhi motivasi anak-anak, sebab program penuh tekanan, membosankan, dan kekurangan waktu untuk bermain. Sering atlit muda berhenti/ meninggalkan olahraga sebelum mengalami pematangan psikologis dan fisiologis. sebagai konsekwensinya, atlet muda dan orang yang berbakat tidak pernah menemukan bakatnya dan bagaimana bisa mengembangkannya.
Pengembangan Multilateral
Adalah penting untuk atlet muda untuk mengembangkan berbagai ketrampilan pokok guna membantu mereka menjadi atlit baik sebelum mereka mulai pelatihan olahraga spesifik. Ini disebut pengembangan multilateral, dan ini adalah salah satu prinsip-prinsip latihan yang paling utama untuk anak-anak dan atlet muda.
Pengembangan Multilateral atau multiskill, di negara-negara eropa timur, di mana ada sekolah olahraga yang menawarkan suatu program latihan dasar. Anak-anak yang mengikuti sekolah dikembangkan ketrampilan dasarnya, seperti lari, melompat, melempar, menangkap, berguling, dan keseimbangan. Anak-anak dikoordinir dengan baik dan memperoleh ketrampilan yang merupakan dasar kesuksesan dalam olahraga individu dan olahraga beregu, seperti nomor lintasan dan nomor lapangan, bolabasket, dan sepakbola. Kebanyakan program juga mempunyai program berenang, seperti berenang membantu anak dalam mengembangkan kapasitas aerobic.
Jika kita mendorong anak-anak untuk mengembangkan berbagai ketrampilan, mereka mungkin mengalami sukses dalam beberapa aktivitas olahraga, dan beberapa akan mempunyai keinginan untuk mengkhususkan dan mengembangkan bakat mereka lebih lanjut. Ketika anak-anak menunjukkan minat dan lebih lanjut mengembangkan bakat mereka, kita harus menyediakan peluang dan bimbingan yang mereka perlukan. Membuat program pelatihan jangka panjang menuju atlit kelas dunia, dan kita harus mempersiapkan atlit muda itu untuk mengejar keunggulan dengan suatu rencana jangka panjang yang sistematis berdasar pada prinsip ilmiah.
Gambar 1.1 menggambarkan contoh bagi pengembangkan bakat atlet dalam beberapa tahun. Walaupun setiap zaman berganti dari olahraga ke olahraga, dan dari individu ke individu, menunjukkan pentingnya pengembangan model progresif. Dasar piramida yang memberikan analogi, kita harus mempertimbangkan pondasi dasar bagi program pelatihan, terdiri dari pengembangan multilateral. Ketika pengembangan menjangkau suatu tingkatan yang bisa diterima, dan masuk tahap pengembangan yang kedua atlit mengkhususkan satu olahraga yang spesifik guna pencapaian hasil yang tinggi.
Tujuan pengembangan multilateral adalah untuk meningkatkan adaptasi keseluruhan. Anak-Anak pada usia muda mengembangkan berbagai ketrampilan dan kemampuan motorik lebih mungkin untuk menyesuaikan tuntutan latihan, tanpa merasakan beban dihubungkan pada spesialisasi. Sebagai contoh, atlit muda yang mengkhususkan lari jarak menengah mungkin lebih mampu mengembangkan kapasitas aerobic mereka dengan lari, tetapi mereka adalah juga lebih peka ke pembebanan berlebihan (overuse). Atlit yang mampu untuk berenang, bersepeda, dan lari dapat melatih sistem cardiorespiratory mereka dalam berbagai jalan dan dengan mantap mengurangi cedera.
Kita perlu mendorong atlit muda untuk mengembangkan kemampuan motorik dan ketrampilan yang mereka perlukan untuk sukses di dalam olahraga yang dipilih mereka dan olahraga lainnya. Sebagai contoh, program olahraga untuk anak-anak dan atlit muda akan meliputi latihan intensitas rendah untuk mengembangkan kapasitas aerobic, kapasitas anaerobic, daya tahan otot, kekuatan, kecepatan, power, ketangkasan, koordinasi, dan fleksibilitas.
Sebuah program pelatihan multilateral yang tertuju pada keseluruhan pengembangan atlet, bersama dengan memperoleh strategi olahraga dan ketrampilan spesifik, akan mendorong kearah pencapaian yang lebih sukses pada suatu langkah pengembangannya. Seperti tabel 1.1 menggambarkan, ada banyak manfaat bagi program multilateral. Jika kita tertarik mengembangkan pencapaian yang tinggi dalam kompetisi, kita harus siap untuk menunda spesialisasi dan mengorbankan hasil jangka pendek. Dua studi berikut menunjukkan: dalam suatu studi selama 14 tahun yang dilakukan negara Jerman Timur ( Harre 1982), suatu kelompok besar anak-anak usia 9 -12 tahun dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama mengambil bagian suatu program pelatihan yang mendekati serupa kepada Amerika Utara. Ini memerlukan awal spesialisasi di dalam olahraga yang ditentukan, latihan ketegasan penggunaan dan metoda pelatihan dikhususkan untuk kebutuhan olahraga itu. Kelompok yang kedua mengikuti suatu program disamaratakan di mana anak-anak mengambil bagian ketrampilan spesifik dan pelatihan phisik, bersama dengan berbagai olaharaga lain, ketrampilan, dan keseluruhan pelatihan phisik. Hasilnya, seperti tabel 1.1 menggambarkan, membuktikan bahwa suatu pondasi yang kuat membawa ke arah atlet yang sukses.
Survei di Soviet ( Nagorni 1978) melaporkan penemuan yang serupa. Kesimpulan nya, studi ini dilaporkan sebagai berikut:
· Mayoritas Atlit Soviet yang terbaik pasti mempunyai suatu pondasi dasar multilateral kuat.
· Kebanyakan atlit memulai kegiatan berolahraga pada usia 7 atau 8 tahun. Sepanjang tahun aktivitas yang awal yang mereka lakukan dalam berbagai kegiatan olahraga, seperti sepakbola, cross country, berlari, meluncur, berenang, dan bersepeda. Dari umur 10 - 13 anak-anak juga melakukan olahraga beregu, olahraga senam, olahraga dayung, dan nomor lintasan dan lapangan.
· Program yang khusus dimulai pada usia 15 - 17 tahun, tanpa melalaikan olahraga dan melakukan aktivitas pada usia lebih muda. Capaian terbaik telah dicapai setelah 5 - 8 tahun dalam olahraga spesialisasi.
· Bagi Atlit yang mengkhususkan pada usia lebih muda telah mencapai prestasi terbaik mereka pada usia yang lebih muda. Capaian ini tidak pernah diulang kembali ketika mereka menjadi senior di atas 18 tahun. telah banyak juga berhenti dari olahraga sebelum mencapai tingkat senior. Hanya sedikit atlit yang mengkhususkan sejak dini bisa meningkatkan pencapaian di usia senior.
· Banyak Atlit Top Soviet yang telah memulai untuk berlatih dalam lingkungan terorganisir di usia yunior (14 sampai 18). Mereka tidak pernah juara yunior atau memegang record nasional. Di usia senior, bagaimanapun banyak pencapaian tingkat nasional dan internasional.
· Kebanyakan atlit yang yang telah mempertimbangkan bahwa kesuksesan mereka adalah mungkin dimudahkan oleh pondasi dasar yang multilateral yang telah mereka bangun di masa kanak-kanak dan usia yunior.
· Studi menyimpulkan bahwa spesialisasi mestinya tidak di mulai sebelum usia 15 atau 16 tahun.
Walaupun pelatihan multilateral adalah paling utama sepanjang perkembangan tahap awal, itu juga menjadi bagian dari kelanjutan cara pelatihan untuk atlit. Gambar 1.2 menggambarkan bahwa perbandingan antara pelatihan khusus dan pengembangan multilateral dan latihan spesialisasi merupakan perubahan terhadap proses latihan jangka panjang. Bagaimanapun, adalah penting bagi atlit untuk memelihara pondasi dasar yang multilateral yang mereka dirikan pada perkembangan awal mereka sepanjang seluruh karier atlet mereka. Mengambil kejadian kasus Jane, usia 12 tahun seorang petenis. Tiap minggu Jane terlibat latihan tenis dalam 10 jam dan selain itu 4 - 5 jam latihan phisik dan pelatihan multilateral seperti fleksibilitas, kekuatan basis dasar (menggunakan bola medicine dan dambel), dan ketangkasan berlatih. Orangtua atau pelatih mungkin merasakan latihan tenis itu lebih akan membuat keterampilan bermain Jane lebih baik. Bagaimanapun, meningkatkan pelatihan tenisnya adalah mungkin hanya atas biaya pelatihan multilateral. Dalam jangka pendek Jane dapat meningkatkan ketrampilan tenisnya, hanyalah kurang di dalam latihan kemampuan phisik dasar seperti kekuatan, ketangkasan, dan fleksibilitas akan merintangi kemampuan bermainnya di dalam waktu lama. Ketika Jane berusia 18 tahun penurunan kualitas phisik yang akan menurunkan potensi bermain tenisnya dengan pergerakan yang lebih lambat, pukulan lebih lemah diatas lapangan, berkurangnya kelincahan dan ketangkasan.
Gambar 1.2 menyarankan suatu perbandingan jangka panjang antara pengembangan multilateral dan spesifik. Yang belakangan pengalaman mendewasakan Jane. Jika pada umur 12 tahun Jane melakukan 4 - 5 jam pelatihan multilateral, pada umur 16 dia mungkin melakukan 3.5 - 4 jam. Pada waktu yang sama latihan tenis spesifiknya dapat meningkatkan beban 14 - 16 jam setiap minggu.
Pengembangan yang Khusus
Spesialisasi berlangsung setelah atlit mengembangkan suatu pondasi multilateral, dan ketika mereka mempunyai keinginan untuk mengkhususkan olahraga tertentu atau mengiginkan olahraga beregu. Spesialisasi adalah diperlukan untuk mencapai tujuan yang tinggi di olahraga, sebab kualitas phisik, teknik, taktik, dan adaptasi psikologis merupakan suatu proses kompleks. Dari pencapaian spesialisasi, atlit harus bersiap-siap menghadapi kenaikan berkelanjutan dalam volume pelatihan dan intensitas. Sekali ketika spesialisasi berlangsung, pelatihan meliputi latihan yang meningkatkan pengembangan untuk olahraga yang spesifik dan berlatih mengembangkan kemampuan motorik umum. Bagaimanapun, perbandingan antara kedua format pelatihan bervariasi dari olahraga ke olahraga. Sebagai contoh, mari kita lihat perbedaan antara pelari jarak jauh dan pelompat tinggi. Volume latihan untuk pelari jarak jauh akan berisi kebanyakan latihan berlari atau aktivitas seperti bersepeda dan berenang, itu adalah peningkatkan daya tahan aerobic. Pelompat tinggi akan mempunyai suatu program terdiri dari kira-kira 40 persen yang spesifik latihan melompat tinggi, dan 60 persen berlatih seperti plyometrics dan mengukur pelatihan untuk megembangkan kemampuan motorik tertentu, sebagai contoh, kekuatan kaki dan daya kekuatan (power) melompat .
Tabel 1.2, pada usia umum atlit mulai mengembangkan ketrampilan dan mengkhususkan cabang olahraga, dengan harapan secepatnya mencapai suatu prestasi tinggi. Adalah penting untuk memahami, bagaimanapun spesialisasi dalam masa yang panjang pengembangan atlit mencapai 60 - 80 persen dari waktu pelatihan total mereka menyelenggarakan latihan dari olahraga khusus. Mereka perlu keseimbangan dari waktu pengembangan multilateral dan meningkakan kemampuan biomotorik spesifik.
Pertama kali ketika atlit sudah memutuskan untuk mengkhususkan, mereka harus siap untuk menggunakan metoda pelatihan spesifik untuk adaptasi phisik dan psikologis olahraga. Pelatihan menuntut peningkatan yang signifikan, pengujian tes, dan pelatih merencanakan jadwal kompetisi pada kalender tahunan.
Spesialisasi berlangsung pada tahap berbeda, tergantung pada olahraga. Di dalam olahraga itu memerlukan seni perlakuan, pengembangan ketrampilan motorik kompleks, dan kemampuan fleksibilitas tinggi, seperti olahraga senam, menyelam, dan cabang selancar, atlit mengkhususkan pada usia muda. Karena olahraga ini menggunakan dominasi kecepatan dan kekuatan seperti sepak bola, baseball, dan bola voli, atlit dapat mulai praktek teknik dasar olahraga pada usia muda. Spesialisasi, berlangsung ketika atlit mampu untuk secara efektif mengatasi kebutuhan intensitas latihan yang tinggi. Dalam kecepatan dan kekuatan olahraga, spesialisasi berlangsung pada akhir pertumbuhan anak remaja. Untuk olahraga lain, seperti lari jarak jauh, lintas alam, ski, dan bersepeda, di mana sukses tergantung pada kemampuan untuk mengatasi usaha daya tahan maksimal, atlit dapat mengkhususkan pada waktu yang sama mereka mengembangkan kecepatan dan kekuatan, atau mereka akan kalah. Beberapa atlit daya tahan mampu untuk menuju kemenangan yang mengagumkan yang diperoleh pada usia 30 tahun atau lebih.
Menambahkan Variasi Pelatihan
Sepanjang proses pengembangan atlit, atlit muda menjalani beribu-ribu jam pelatihan dan menyelesaikan latihan yang komplek dan latihan yang beribu kali untuk mengembangkan kemampuan mereka. Jika program pelatihan tidak diawasi dengan teliti, banyak atlit akan menghadapi kesulitan dalam menghadapi tekanan phisik dan psikologis. Termasuk latihan yang berbeda dan pengembangan ketrampilan dalam program pelatihan pada tiap proses pengembangan yang tidak hanya membantu atlit mengembangkan kemampuan baru, tetapi juga mencegah kerugian dan menghindari kebosanan dan kelelahan.
Kebanyakan cabang olahraga mengenalkan atlit kepada berbagai metoda pelatihan. Untuk mengejar keunggulan di dalam olahraga seperti permainan hoki, baseball, dan bolabasket, atlit harus menjadi berkualitas dengan banyak ketrampilan dan latihan, mereka mengembangkan keterampilan secara efektif melalui pelatihan yang beraneka ragam. Dalam olahraga lain, terutama olahraga individu seperti berenang dan bersepeda, lebih sedikit keragaman latihan. Sebagai contoh, perenang yang jarang mengambil bagian olahraga lain dan sering juga melaksanakan latihan yang sama, unsur-unsur teknis, dan memperbanyak latihan 2 sampai 3 jam dalam sehari, 4 sampai 7 hari dalam seminggu, 45 sampai 50 minggu dalam satu tahun, selama 20 tahun. Jenis pelatihan yang sering dilakukan dapat mendorong kearah kelelahan yang mengakibatkan cedera dan permasalahan psikologis, terutama sekali berbagai kesulitan yang berhubungan dengan emosional dengan sifat kegiatan monoton dan membosankan.
Untuk memecahkan permasalahan ini, pelatih harus mampu membimbing berbagai latihan dalam tiap sesi latihan. Mempedomani aktifitas yang sama yang didapat dari aktifitas lain dari petunjuk latihan yang digunakan. Mereka juga dapat melakukan latihan pengembangan kemampuan motorik untuk olahraga yang spesifik, seperti kecepatan, power, dan daya tahan. Sebagai contoh, pelari jarak menengah yang mengalami kelelahan otot berlebihan (overuse) yang lebih komplet. Latihan cross country juga membantu mengembangkan daya tahan, tanpa mengalami ketegangan yang sama pada engsel kaki. Seorang pelatih yang kreatif dan memiliki pengetahuan mempunyai kelebihan dalam merancang program latihan, sebab pelatih dapat mendisain setiap variasi program latihan. Dalam kondisi sesi latihan yang normal akan dapat merangsang atlit yang muda tertarik dan dalam beberapa hal lebih termotivasi.
Pelatih dapat juga memberikan sesi pelatihan yang seperti dalam lingkungan berbeda atau dapat melakukan pemanasan dengan atlit dari cabang olahraga yang berbeda. Sebagai contoh, pemain sepak bola dapat melakukan pemanasan dengan atlit lari, yang mempunyai ketangkasan yang lebih dalam pemanasan, atau pemain bolabasket dapat pemanasan bersama pelari jarak menengah di atas lapangan rumput, di mana interval training dapat juga dilakukan (e.g., 6 x 60 detik atau 60 sampai 70 persen percepatan), dengan istirahat jog ringan 4 sampai 5 menit. Dengan cara yang sama, pemain baseball dapat pemanasan dengan atlit lari dan atlet lempar, menggunakan bola medicine. Ini juga mungkin untuk mendisain sepanjang sesi latihan yang mendorong atlit untuk melatih kemampuan motorik dengan bantuan olahraga lain. Sebagai contoh, jarak tempuh lari dapat mengembangkan daya tahan mereka melalui latihan cross country, bersepeda, atau berenang. Melakukan berbagai variasi latihan juga dapat mengembangkan otot-otot yang lain yang dipergunakan secara khusus dalam olahraga yang dipilih. Banyak latihan yang spesifik dapat mengakibatkan kelelahan otot berlebihan. Selain itu, dapat menyebabkan ketidak seimbangan antara otot yang agonistis(searah), otot yang secara rinci digunakan dalam olahraga yang berbeda (yang mempertentangkan bergeraknya otot yang agonistic). Ketika ada ketidak seimbangan antara kedua otot ini, tarikan otot agonistic menjadi sangat kuat yang memungkinkan menyebabkan cedera di urat daging dan jaringan otot yang berlawanan. Oleh karena itu, berbagai latihan yang menggunakan banyak otot megakibatkan kerusakan pada jaringan otot. Dengan cara yang sama, variasi pergerakan mencakup praktek olahraga lain akan meningkatkan koordinasi dan ketangkasan. Atlit yang dikoordinir dengan baik akan cepat belajar ketrampilan yang sulit.
Pelatih yang kreatif menyertakan berbagai variasi ke dalam program latihannya yang akan bermanfaat bagi atlit yang bermotivasi tinggi sehingga lebih sedikit untuk mengalami overuse.
Pemahaman Karakteristik Individu
Setiap atlit mempunyai kepribadian yang unik, karakteristik phisik, perilaku sosial, dan kapasitas intelektual. Di bawah keadaan khusus, struktur program pelatihan individu dapat bermakna dimana atlit secara obyektif dan subyektif diamati. Secara efektif menyusun program latihan untuk atlit, adalah penting untuk memahami kekuatan individu dan batasannya. Kapasitas kerja atlit yang terbatas bervariasi dengan signifikan. Pelatih harus mempertimbangkan perbedaan individu, seperti langkah pengembangan, latar belakang pelatihan dan pengalaman, status kesehatan, pemulihan latihan dan mengikuti kompetisi, serta jenis kelamin.
Penting bagi kita sebagai pelatih untuk memenuhi kebutuhan individu setiap atlit. Tidak lagi pantas atau bisa diterima, untuk menggolongkan anak-anak dan atlet muda dengan keras berdasarkan usia, sebab usia anak-anak yang sama dapat berbeda dalam hal pematangan anatomis mereka. Mempertimbangkan usia anatomis, usia biologis dan usia atlet adalah rumit.
Usia Anatomis
Usia anatomis mengacu pada beberapa tahap-tahap dari pertumbuhan anatomis yang dapat kita kenali dengan mengidentifikasi karakteristik tertentu. Walaupun sangat banyak perbedaan individu mengenai karakteristik, tabel 1.3 meringkas tahap-tahap perkembangan kaum muda dan anak-anak tertentu.
Usia anatomis dengan jelas menunjukkan kompleksitas pertumbuhan dan perkembangan. Itu membantu menjelaskan mengapa beberapa anak-anak perkembangkan ketrampilan dan kemampuan motorik yang lebih cepat atau lebih lambat dibanding yang lakukan orang lain. Seorang anak menjadi lebih baik perkembanganya secara anatomis akan lebih cepat belajar ketrampilan dari seorang anak yang tertinggal perkembangan anatomisnya. Walaupun banyak anak-anak mengikuti pola pertumbuhan serupa, ada variasi. Sebagai contoh, iklim, letak geografis, lingkungan tempat tinggal (kota/pedesaan) sangat jelas mempengaruhi tingkat perkembangan kaum muda. Sebagai contoh, anak-anak di negara-negara dengan iklim panas lebih cepat dewasa secara seksual, secara emosional, dan secara phisik. Sebagai hasilnya, prestasi atlet dapat meningkat lebih cepat pada umur 14 sampai 18 dibanding negara-negara dengan iklim lebih dingin. Dengan cara yang sama, anak-anak yang tinggal di ketinggian cenderung lebih baik kemampuan daya tahan dibanding anak-anak yang berada pada dataran rendah. Pelari dari Kenya, sebagai contoh, mendominasi lari jarak jauh. Tinggal di daerah ketinggian menggunakan oksigen lebih rendah dibanding dengan mereka yang ditinggal di daerah pantai.
Sebagai konsekwensi, secara genetika mereka mempunyai kemampuan lebih baik menggunakan oksigen secara efektif, dibanding atlit yang berasal dari dataran rendah. Dari perspektif pengembangan atlet, tahap yang ketiga (16 sampai 18 tahun) adalah yang paling baik. Selama tahap ini, atlit mungkin pada tingkat yang berbeda dari banyak orang. Dalam beberapa cabang olahraga mereka akan mengembangkan berbagai ketrampilan dan kemampuan motorik, dan menetapkan suatu pondasi dasar untuk perkembangan masa depan. Di dalam olahraga lain seperti olahraga senam, atlit akan memaksimalkan pencapaian mereka.
Sepanjang pelajaran dari tahun yang telah berlalu, banyak atlit yang sudah mengembangkan suatu pondasi dasar dan menginginkan untuk mengejar keunggulan dalam olahraga yang spesifik.
Usia Biologi
Usia biologis mengacu pada perkembangan organ fisiologis dan sistem jaringan tubuh, baik dalam latihan dan kompetisi, untuk menjangkau prestasi terbaik. Ketika pengelompokan pemilihan atlit, kamu harus mempertimbangkan usia biologis. Permulaan pengelompokan usia dalam sistem olahraga akan menghasilkan misjudg ments, kesalahan evaluasi, dan keputusan yang lemah. Dua atlet dengan usia anatomis yang sama, menurut anatomi dalam tinggi, berat, dan perkembangan otot, akan dapat berbeda usia biologis dan penguasaan kemampuan berbeda untuk melaksanakan suatu tugas pelatihan. Seorang anak yang jangkung, dan kuat tidak dapat kamu pandang apakah dia lebih cepat. Sebaliknya, terutama di dalam olahraga beregu, seorang anak yang sedikit lebih kecil mungkin lebih tangkas pada posisi tertentu dalam regu/tim mu. Sedangkan usia anatomis adalah dapat dilihat, pengembangan usia biologis tidak. Efisiensi jantung, efektivitas pemanfaatan oksigen, tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Sebuah bentuk fisik dapat menggambarkan jantung yang efisien dan kuat, yang mana sedemikian penting di dalam olahraga daya tahan. Inilah alasan kenapa kamu harus menilai usia biologis secara obyektif melalui test sederhana, untuk menemukan perbedaan potensi latihan antara anak-anak.
Tanpa mempertimbangkan usia biologis, sangat sukar untuk menentukan apakah anak-anak terlalu muda untuk melaksanakan ketrampilan tertentu atau untuk menerima pelatihan spesifik. Ini juga sukar untuk menilai potensi dari atlit yang lebih tua, banyak orang mungkin mempertimbangkan untuk menjadi atlit senior untuk mencapai prestasi tinggi.
Kekeliruan, di dalam banyak program olahraga, pelatih masih menggunakan kronologi usia sebagai ukuran yang utama untuk pengelompokan. Sebagai contoh, banyak studi sudah menunjukkan bahwa anak-anak lahir pada bulan Desember adalah lebih sedikit mengalami sukses di dalam program olahraga dibanding mereka yang telah dilahirkan pada bulan Januari. Dalam banyak kesempatan, kapan divisi ditentukan oleh usia menurut kelompok usia, anak-anak yang lahir pada tahun yang sama adalah di dalam kategori yang sama. Sebagai hasilnya, anak-anak yang lahir di awal tahun mungkin akan mempunyai anatomis dan keuntungan biologis melebihi anak-anak yang lahir pada bulan Desember.
Adalah penting bagi kita untuk mempertimbangkan perbedaan individu di dalam usia biologis. Daftar berikut ini akan menggambarkan beberapa perbedaan luar biasa di dalam usia biologis dari juara olahraga internasional:
· Murray wood, dari Australia, adalah peraih medali Perak olimpic untuk nomor rowing pada tahun 1956 pada usia 39 tahun
· Tahun 1964 pada Olimpiade di Tokyo, M. Takemoto, dari Jepang, menerima medali perak di cabang senam pada usia 44 tahun.
· Tahun 1976 pada Montreal Olympic Games, Nadia Comaneci, usia 14 tahun dari Romania, pemenang medali emas di dalam cabang senam artistik.
· L. Ceapura, dari Romania, menerima medali perak di dalam cabang rowing pada tahun 1980 di Moscow Olympic Games pada usia 39 Tahun.
· Tahun 1988, pada usia 15 tahun, Allison Higson, dari Canada, memecahkan rekor dunia di dalam nomor 100 meter gaya bebas.
· Tahun 1991, pada usia 12 tahun, A. Yeu, dari Negeri China, adalah seorang juara dunia di dalam cabang menyelam.
· Gordie Howe, dari Canada, masih bermain hoki di Liga nasional Hoki pada usia 52 tahun (dari tahun 1946-1971 dan 1979-1980).
Usia Atlet
Pelatih sering menentukan usia biologis dan usia anatomis secara subyektif karena kesukaran di dalam melaksanakan penilaian yang akurat. Sebagai hasilnya, juga sulit untuk menentukan kesiapan anak-anak dan kaum muda untuk mengambil bagian pada kompetisi level tinggi. Banyak organisasi olahraga nasional dan internasional melakukan riset ilmiah mengenai potensi biologis pada usia yang ditentukan. Walaupun terjadi kontroversi mengenai keputusan tersebut, banyak organisasi sudah menetapkan kebutuhan usia minimum untuk kompetisi. Di dalam tabel 1.4, aku menyajikan berbagai usia minimum untuk kompetisi internasional, seperti kejuaraan dunia atau Pertandingan Olimpiade.
Usia Atlet, pada usia minimum dan usia pada level kompetisi senior, mempunyai implikasi penting pada perancangan rencana latihan jangka panjang. Program pelatihan harus tersusun sehingga difokuskan untuk anak-anak dan kaum muda, pada tingkatan olahraga, adalah pada pengembangan keseluruhan dan bukan awal spesialisasi. Jika kita memusatkan pengembangan atlit dalam beberapa tahun, kita mungkin akan menghasilkan beberapa juara internasional.
Peningkatan Beban Latihan yang sewajarnya
Pemahaman metoda penggunakan peningkatan beban latihan adalah penting bagi program pelatihan. Sejumlah anak-anak dimasa muda akan meningkatkan kemampuan phisik mereka di dalam olahraga tertentu, hasil yang langsung dalam jumlah dan mutu pekerjaan yang mereka capai dalam pelatihan mereka. Dari tahap awal pengembangan tingkatan pencapaian yang tinggi, atlit harus meningkatkan beban kerja di dalam pelatihan secara berangsur-angsur, menurut kebutuhan individu mereka.
Atlit yang berkembang secara berangsur-angsur akan mungkin lebih mampu untuk melakukan menyelenggarakan suatu periode jangka panjang. Selama adaptasi beban pelatihan tertentu, atlit meningkatkan kapasitas mereka untuk mengatasi menghadapi latihan dan kompetisi.
Untuk meningkatkan pencapaian prestasi atlit muda tergantung pada metoda dan tingkat pembebanan tekanan latihan, Jika mereka mempertahankan beban pada tingkatan yang sama dalam jangka panjang, peningkatan pencapaian hampir tidak kelihatan jika mereka meningkatkan beban itu terlalu banyak, beberapa manfaat segera mungkin kelihatan, tetapi mereka pada hakekatnya meningkatkan prestasi namun kemungkinan akan mengalami cedera. Oleh karena itu penting untuk atlit muda untuk pelan-pelan meningkatkan beban latihan itu. Walaupun hasil jangka pendek akan sukar untuk mencapainya, namun untuk tujuan potensi jangka panjang jauh lebih besar dan penting.
Pada tahap awal pengembangan sulit untuk memonitor beban latihan, sebab pencapaian latihan kekuatan, kecepatan, dan daya tahan untuk beberapa atlit muda mungkin hasil dari perkembangan dan pertumbuhan normal. Bagaimanapun, adalah penting untuk semakin meningkatkan beban latihan. Atlit usia 10 sampai 15 tahun yang mengambil bagian pada suatu regu baseball yang praktek dua kali dalam seminggu dan main sebuah game setiap akhir pekan semua musim tidak mungkin mengalami peningkatan yang signifikan sepanjang musim sebagai hasil latihan. Mereka boleh meningkatkan hasil pengembangan dan pertumbuhan mereka, tetapi tanpa sebuah peningkatan di dalam keseluruhan volume latihan, akan jadi lebih sulit mengembangkan ketrampilan baseball dan kemampuan motorik spesifik. Kamu dapat meningkatan program pengembangan latihan untuk atlit muda pada tahap berikutnya.
Durasi Sesi Latihan
Lama pelatihan masing-masing sesi dapat meningkat dari awal sampai akhir, sebagai contoh, dari satu jam ke dua jam, seperti tabel 1.5.
Ketika durasi meningkat kepada 1 jam 30 menit, adalah penting untuk mempertahankan minat anak-anak untuk menikmati variasi latihan, dan mempunyai interval istirahat lebih lama antara latihan ke latihan selanjutnya, sehingga anak-anak dapat dengan mudah mengatasi kelelahannya.
Catatan: Suatu sesi latihan yang dilakukan pada cuaca panas dan kondisi lembab perlu di persingkat durasinya sebab anak-anak lebih cepat lelah.
Jumlah Latihan
Sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan beban latihan, atlit dapat juga memperbanyak latihan dan latihan yang mereka laksanakan tiap sesi pelatihan melebihi mingguan dan tahunan. Ditingkatkan jumlah pengulangan dari latihan teknik atau latihan untuk pengembangan phisik menuju peningkatan penampilan atlit. Aku harus mengatakan lagi bahwa, ketika banyaknya latihan dan peningkatan latihan, pelatih harus secara hati-hati memonitor waktu istirahat antar mereka. Istirahat lebih panjang akan memberi anak-anak banyak energi untuk melaksanakan semua pekerjaan yang direncanakan untuk sesi latihan berikutnya.
Frekwensi Sesi Pelatihan
Secara konstan dalam menghadapi tantangan atlit muda ke arah peningkatan pencapaian terbaik, kamu harus secara teratur meningkatkan frekwensi latihan, atau jumlah sesi pelatihan tiap minggu. Ini sangat penting sebab pengembangan ketrampilan sesi latihan dan bukan selama permainan dan kompetisi. Karena atlit muda untuk secara konstan menguasai ketrampilan olahraga dan pengembangan kemampuan motorik untuk kompetisi masa yang akan datang, mereka harus mempunyai lebih banyak sesi latihan dibanding permainan. Oleh karena itu, orang tua memerlukan pelatih dan instruktur, terutama di dalam olahraga beregu, mempunyai suatu perbandingan dua sampai empat sesi latihan untuk satu game. Pendekatan seperti itu akan melunasi keterlambatan pencapaian karier atlet, karena atlit akan memperoleh ketrampilan yang pokok di usia yang ideal.
Latihan Mingguan
Seorang Pelatih yang menambah sesi latihan mingguan dari persiapan sebelum kompetisi di mulai, akan mungkin melihat hasilnya. Ini benar untuk olahraga individu, seperti nomor lintasan dan nomor lapangan dan bidang renang, dibandingkan olahraga beregu. Sering anak-anak dalam sepakbola, baseball, mengalami sedikit latihan mingguan sebelum permainan dimulai.
Situasi yang ideal untuk praktek banyaknya bulan dalam setahun, ini akan mendorong kearah pengembangan kemampuan motorik dan ketrampilan yang lebih baik. Pelatih Atau orang tua dapat mengambil keuntungan dari persiapan yang panjang sebelum latihan atlit, disini tidak ada tekanan dalam permainan untuk bermain sepanjang akhir pekan.
Jika pelatih dan instruktur tidak bisa mengorganisir program pelatihan seperti itu, orang tua perlu melakukannya. Landasan, garasi, lapangan terbuka, atau halaman belakang adalah tempat yang besar untuk pelatihan ketrampilan sederhana, dan terutama kemampuan motorik. Untuk mengembangkan dasar kekuatan kamu tidak memerlukan fasilitas yang mesti canggih.
Latihan Bulanan
Atlet muda hanya sedikit menggunakan waktu selama sebulan untuk latihan khusus dan dilakukan dimasa bulan kompetisi akan dapat menghasilkan atlit muda menjadi lebih berpengalaman, bagaimanapun mereka terikat lebih banyak bulan untuk pelatihan olahraga spesifik jika mereka menginginkan hasil penampilan yang tinggi. Ketika atlit muda membuat komitmen untuk mengkhususkan olahraga tertentu, mereka mungkin menjalani pelatihan 10 bulan atau lebih dalam satu tahun.
Aku juga menyarankan untuk kemajuan di dalam area ini. Pada mulanya, meningkatkan lama waktu latihan dari dua kali seminggu selama 1 jam, untuk dua kali seminggu selama 1 jam 15 menit, kemudian untuk dua kali seminggu selama 1 jam 30 menit. Jika kamu mempertimbangkan bagian atas ini, kamu dapat meningkatkan frekwensi sesi latihan setiap minggu dari dua kali selama 1 jam 30 menit, tiga kali selama 1 jam 30 menit. Untuk langkah pengembangan potensi atlit, kamu dapat meningkatkan frekwensi empat atau lima sesi pelatihan setiap minggu dan untuk beberapa jenis olahraga bahkan jumlahnya lebih tinggi.
Ketika frekwensi sampai ambang batas untuk tahap pengembangan itu, yaitu tiga kali selama 1 jam 30 menit, kamu sekarang dapat meningkatkan banyaknya latihan setiap sesi latihan. Ada dua metoda untuk dapat dipertimbangkan:
1. Meningkatkan banyaknya latihan sebelum mengambil istirahat ( yaitu, dari 1 set menjadi 8 kali, satu set menjadi 10, 12, atau bahkan 14 pase latihan).
2. Meningkatkan waktu istirahat (yaitu dari 1 menit sampai 1.5 menit dan kemudiannya 2 menit).
Langkah Yang memuat
Sangat penting untuk semakin meningkatkan beban latihan, sebab atlit dengan beban tetap terutama pada usia muda, akan mungkin berhenti meningkat. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan beban pelatihan adalah dengan memahami dan menggunakan metoda langkah-langkah ini. Dengan metoda ini, meningkatkan beban untuk dua atau tiga minggu; kemudian berkurang untuk satu minggu untuk memberikan regenerasi atau kesembuhan (recovery). Gambar 1.3 dan 1.4 menggambarkan dua pilihan. Aku menyarankan pilihan yang pertama untuk anak-anak muda, dan aku merekomendasikan model yang kedua untuk atlit pada usia belasan tahun selanjutnya mereka dan atlit muda yang berolahraga cabang tertentu. Kedua model mengacu pada latihan mingguan ketika atlit tidak berada dalam masa kompetisi.
Seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.3, yang semakin meningkatkan beban pelatihan. Dari kedua-dua langkah-langkah itu, masing-masing mewakili seminggu, beban yang meningkat merupakan tantangan bagi atlit muda untuk menyesuaikan jumlah pekerjaan yang lebih berat. Ketika mereka merasa sangat kelelahan, kurangi bebannya dalam 3 minggu untuk memberikan kesembuhan (recovery) sebelum lebih lanjut meningkatkan beban latihan.
Seperti gambar 1.4 menunjukkan, kita harapkan atlit anak belasan tahun dan atlit muda untuk mengatasi suatu program yang lebih menantang. Selama tiga minggu pertama pelatihan, peningkatan beban dari minggu ke minggu, antarkan sampai beradaptasi ke tingkat beban yang lebih tinggi dan akhirnya mecapai beban superior. Kita berasumsi bahwa pada akhir langkah yang ketiga, tingkat kelelahan akan tinggi, maka kurangi sedikit beban itu untuk memberikan kesembuhan (recovery). Untuk melanjutkan peningkatan latihan itu setelah minggu yang ketiga akan mengakibatkan kelelahan lebih besar, yang dapat mendorong kearah tingkatan kelelahan yang kritis atau sampai overtraining. Jika kamu tidak menyertakan seminggu untuk regenerasi ke dalam rencana latihan ketika atlit sedang mengalami kelelahan, beberapa atlit dapat mengalami cedera dan mereka akan kehilangan minat untuk berlatih dan secepatnya akan mengundurkan diri.
Tabel 1.6 menawarkan mengenai unsur-unsur pelatihan yang dapat kamu gunakan untuk meningkatkan beban latihan dari langkah ke langkah, atau untuk mengurangi masa seminggu regenerasi dari empat minggu yang beredar. Tabel 1.6 tidak menuntaskan semua unsur-unsur pelatihan. Sebagai contoh, kamu harus meningkatkan yang lain, seperti jarak, kecepatan, atau banyaknya latihan dan pengulangan, di dalam pertunjukan yang sama.
Tolong catat bahwa pada tabel 1.6 banyaknya sesi pelatihan mencapai puncak 3 sampai 4. Jika kamu menggunakan ke tiga metoda langkah untuk anak-anak (digambar 1.3), kemudian kemajuan mungkin hanyalah dua untuk langkah yang pertama dan tiga untuk langkah yang kedua. Banyaknya jam pelatihan meningkat dengan cara yang sama. Mengenai sisanya interval, alat baku periode yang normal yang digunakan instruktur. Setelah langkah 3 (digambarkan 1.4) dan langkah 2 (digambarkan 1.3), menggunakan suatu periode istirahat yang sedikit lebih pendek sehingga tubuh atlit muda akan semakin ditantang.
Regenerasi mingguan adalah metoda langkah yang rumit. Pada langkah yang paling tinggi, atlit sangat kelelahan, dan untuk melanjutkan pelatihan di tingkatan yang sama adalah sebuah kekeliruan. Karena kesehatan atlit muda, berkurang dalam pelatihan selama minggu ini. Ini akan menyebabkan kelelahan dari tubuh, relax pikiran, dan mengisi keseluruhan energi. Sampai akhir minggu, atlit akan merasakan beristirahat dan dalam suasana hati yang baik untuk lebih lanjut menaikan tingkat beban latihan.
Ketika minggu regenerasi berakhir langkah-langkah metoda itu dapat diterapkan lagi tetapi pada pelatihan yang sedikit lebih tinggi tuntutannya. Pada tahap sebelum season awal kamu dapat menggunakan 5 sampai 10 persen kenaikan dalam beban kerja. Ketika atlit melakukan penyesuaian pada beban kerja ini, terutama di dalam bagian kedua tahap awal season, kenaikan beban dari tahap ke tahap dapat meningkat 10 sampai 20 persen.
Seperti yang telah sebutkan, langkah-langkah metoda ini adalah yang paling sah sebelum awal season. Ketika melatih atlit untuk kompetisi yang akan datang, itu tidaklah sah sepanjang musim kompetisi, terutama untuk olahraga beregu, ketika atlit bermain pada akhir minggu. Sepanjang musim, oleh karena itu, banyak sekali pelatihan tiap minggu adalah sangat bagus, dan kamu akan mengorganisir suatu periode regenerasi untuk menghilangkan kelelahan selama mengikuti suatu permainan. Atlit kebanyakan melaksanakan pelatihan sepanjang pertengahan minggu dan rencana pelatihan ringan untuk satu hari (atau maksimum untuk dua hari) sebelum permainan, sehingga mereka tidak akan mengalami kelelahan yang bisa merusak penampilan yang baik (tabel 1.7).
Pasti ada pilihan lain untuk mengorganisir program mingguan itu. Seorang pelatih boleh mengorganisir hanya dua sesi pelatihan seminggu, katakanlah Selasa dan Kamis, masing-masing dari intensitas yang mantap. Pelatihan atlit muda harus dipandang sebagai suatu dalil jangka panjang di mana jika kenaikan beban dan keseluruhan phisik, teknik, taktik, dan mental diterapkan secara berangsur-angsur sepanjang tahap pertumbuhan dan perkembangan.
Pondasi dasar pelatihan selama masa kanak-kanak sampai pengembangan multilateral, pelatihan olahraga spesifik, akan memberi atlit muda suatu pondasi lebih baik untuk mencapai penampilan tinggi. Variasi di dalam pelatihan, pengaturan perbedaan individu antar atlit, dan sewajarnya merencanakan peningkatan beban itu dari tahap ke tahap juga mengakibatkan program pelatihan lebih efektif.
Bab 2 mendiskusikan bagaimana cara menerapkan konsep di dalam bab ini kepada ke tiga langkah-langkah dari inisiasi pengembangan atlet muda, formasi atlet, dan spesialisasi. Karakteristik Phisik dan emosional dari tiap tahap yang sebagian besar mendikte suatu potensi pelatihan atlit muda dan oleh karena itu harus diperhitungkan ketika merancang suatu program pelatihan.
(http://eriyantoni.blogspot.com)
Rabu, 15 Juni 2011
UJIAN NASIONAL HARUS DIBUAT SEPERTI SEPAK BOLA
22.45.00
ERIYAN TONI
Share
Jakarta- Ujian Nasional di sekolah harus dibuat menyenangkan seperti bermain sepak bola. "Seperti main sepak bola, kapan dong finalnya," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, Rabu, 15 Juni 2011.
Menurut Arist, ujian nasional seharusnya ditunggu-tunggu siswa, bukan justru ditakuti seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Arist menyatakan tak akan menolak ujian nasional, asalkan beberapa syarat dipenuhi. Pertama, ujian nasional boleh dilaksanakan tapi tidak menjadi penentu kelulusan. "Ujian nasional seharusnya hanya sebagai evaluasi belajar siswa, bukan penentu kelulusan," kata Arist.
Kedua, ujian nasional boleh dilaksanakan asalkan ada kurikulum wajib dan pilihan. "Karena kemampuan anak beragam, tidak semua anak pintar di matematika," kata Arist. "Anak harus diarahkan sesuai dengan minatnya."
Menurut Arist, ujian nasional seharusnya ditunggu-tunggu siswa, bukan justru ditakuti seperti yang terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Arist menyatakan tak akan menolak ujian nasional, asalkan beberapa syarat dipenuhi. Pertama, ujian nasional boleh dilaksanakan tapi tidak menjadi penentu kelulusan. "Ujian nasional seharusnya hanya sebagai evaluasi belajar siswa, bukan penentu kelulusan," kata Arist.
Kedua, ujian nasional boleh dilaksanakan asalkan ada kurikulum wajib dan pilihan. "Karena kemampuan anak beragam, tidak semua anak pintar di matematika," kata Arist. "Anak harus diarahkan sesuai dengan minatnya."
Sumber: http://www.tempointeraktif.com
Senin, 13 Juni 2011
JUJUR ITU MAHAL (Kasus Ny. Siami dan SDN Gadel 2 Surabaya)
22.53.00
ERIYAN TONI
Share
Diusir Warga karena Lapor Contek Massal
Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur
Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.
Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.
Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.
Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.
Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.
Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.
Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.
Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.
Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.
Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.
Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.
”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.
Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.
Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.
Budaya sakit
Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.
Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.
Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.
Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.
Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.
Akhirnya Ny Siami benar-benar mengosongkan rumahnya, pergi mengungsi ke Solo setelah tidak tahan diusir warga sekitarnya. Begitulah nasib orang jujur yang oleh warga sekitar tindakan Ny Siami itu dianggap berlebihan. Pertanda masyarakat kita memang sedang sakit.
Tahu ‘kan pengantar tulisan yang saya ungkapkan di atas? Jadi ceritanya begini, ada peristiwa contekan massal yang melibatkan siswa-siswa SD Negeri Gadel 2 Surabaya. Seorang anak pintar, putra Ny Siami, dipaksa wali kelasnya memberikan contekan secara massal kepada teman-temannya pada saat Ujian Nasional SD baru-baru ini. Bahkan sebelum UN ada simulasi pencontekan massal segala. Tidak setuju dengan tindakan guru sekolah tersebut, Ny Siami melaporkan kasus ini ke Dinas Pendidikan Surabaya. Akibat perbuatan guru wali kelas tersebut, Dinas Pendidikan kemudian memberi hukuman mutasi dan penurunan pangkat kepada oknum guru dan kepala sekolah (yang dianggap ikut bertanggung jawab). Eh, warga sekitar sekolah yang tidak lain orangtua murid-murid SDN Gadel 2 tidak terima dengan hukuman tersebut, mereka marah kepada Ny Siami dan keluarganya. Warga berunjuk rasa dan mengecam Ny Siami yang dianggap sok pahlawan, dan puncaknya warga mengusir keluarga Ny Siami keluar dari kampung (baca deh lebih lengkapnya pada berita ini, tapi kalau tidak bisa mengaksesnya saya kutipkan pada akhir tulisan).
Seperti yang saya tulis pada paragraf pertama, keluarga Ny Siami akhirnya benar-benar pergi dari rumahnya, entah sementara atau selamanya (ini beritanya). Siapa pula orang yang bisa tahan dengan tekanan warga yang terus menerus mengancam pengusiran. Ny Siami hanyalah seorang wanita biasa yang akhirnya bobol juga kekuatannya untuk bertahan.
Bagi warga sekitar, perilaku contek itu adalah hal yang lumrah dan tidak perlu dipermasalahkan. Seperti dikutip dari situs berita tadi, rata-rata mereka tetap menyalahkan keluarga Siami. Menurut warga, menyontek adalah hal biasa untuk anak kecil. Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus.
Sekali lagi saya ulang menuliskannya ya, menurut warga (yang mungkin potret dari masyarakat kita sesungguhnya) mencontek adalah hal yang biasa untuk anak kecil. Jika anggapan seperti itu sudah begitu tertanam sehingga anak didik tidak merasa bersalah melakukan perbuatan mencontek, jangan heran kalau perilaku mencontek itu akan berlanjut terus hingga tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Padahal mencontek adalah awal dari perbuatan korupsi dan manipulasi lainnya. Perilaku korupsi bermula dari anggapan bahwa mengambil sedikit tidak apa-apa, lama kelamaan menjadi banyak dan akhirnya menjadi penyakit yang sudah mendarah daging pada bangsa ini. “Teladan” dari perilaku elit politik dan pejabat yang sering melakukan korupsi semakin menambah keyakinan masyarakat bahwa perilaku mencontek dalam ujian itu hal yang lumrah saja.
Sedih sekali melihat potret suram dunia pendidikan di tanah air kita. Ini preseden buruk bagi whistleblower. Orang jujur dianggap salah, sedangkan berbuat curang dianggap biasa. Sungguh mahal harga kejujuran Ny Siami, ia sampai terusir dari rumahnya sendiri. Mau jujur malah buntung. Tapi percayalah, Tuhan tidak pernah tidur.
Ny Siami, Si Jujur yang Malah Ajur
Ny Siami tak pernah membayangkan niat tulus mengajarkan kejujuran kepada anaknya malah menuai petaka. Warga Jl Gadel Sari Barat, Kecamatan Tandes, Surabaya itu diusir ratusan warga setelah ia melaporkan guru SDN Gadel 2 yang memaksa anaknya, Al, memberikan contekan kepada teman-temannya saat Unas pada 10-12 Mei 2011 lalu. Bertindak jujur malah ajur!
Teriakan “Usir, usir…tak punya hati nurani” terus menggema di Balai RW 02 Kelurahan Gadel, Kecamatan Tandes, Surabaya, Kamis (9/6) siang. Ratusan orang menuntut Ny Siami meninggalkan kampung. Sementara wanita berkerudung biru di depan kerumunan warga itu hanya bisa menangis pilu. Suara permintaan maaf Siami yang diucapkan dengan bantuan pengeras suara nyaris tak terdengar di tengah gemuruh suara massa yang melontarkan hujatan dan caci maki.Keluarga Siami dituding telah mencemarkan nama baik sekolah dan kampung. Setidaknya empat kali, warga menggelar aksi unjuk rasa, menghujat tindakan Siami. Puncaknya terjadi pada Kamis siang kemarin. Lebih dari 100 warga Kampung Gadel Sari dan wali murid SDN Gadel 2 meminta keluarga penjahit itu enyah dari kampungnya.
Padahal, agenda pertemuan tersebut sebenarnya mediasi antara warga dan wali murid dengan Siami. Namun, rembukan yang difasilitasi Muspika (Musyarah Pimpinan Kecamatan Tandes) itu malah berbuah pengusiran. Mediasi itu sendiri digelar untuk menuruti tuntutan warga agar keluarga Siami minta maaf di hadapan warga dan wali murid.
Siami dituding sok pahlawan setelah melaporkan wali kelas anaknya, yang diduga merancang kerjasama contek-mencontek dengan menggunakan anaknya sebagai sumber contekan.
Sebelumnya, Siami mengatakan, dirinya baru mengetahui kasus itu pada 16 Mei lalu atau empat hari setelah Unas selesai. Itu pun karena diberi tahu wali murid lainnya, yang mendapat informasi dari anak-anak mereka bahwa Al, anaknya, diplot memberikan contekan. Al sendiri sebelumnya tidak pernah menceritakan ‘taktik kotor’ itu. Namun, akhirnya sambil menangis, Al, mengaku. Ia bercerita sejak tiga bulan sebelum Unas sudah dipaksa gurunya agar mau memberi contekan kepada seluruh siswa kelas 6. Setelah Al akhirnya mau, oknum guru itu diduga menggelar simulasi tentang bagaimana caranya memberikan contekan.
Siami kemudian menemui kepala sekolah. Dalam pertemuan itu, kepala sekolah hanya menyampaikan permohonan maaf. Ini tidak memuaskan Siami. Dia penasaran, apakah skenario contek-mencontek itu memang didesain pihak sekolah, atau hanya dilakukan secara pribadi oleh guru kelas VI.
Setelah itu, dia mengadu pada Komite Sekolah, namun tidak mendapat respons memuaskan, sehingga akhirnya dia melaporkan masalah ini ke Dinas Pendidikan serta berbicara kepada media, sehingga kasus itu menjadi perhatian publik.
Dan perkembangan selanjutnya, warga dan wali murid malah menyalahkan Siami dan puncaknya adalah aksi pengusiran terhadap Siami pada Kamis kemarin. Situasi panas sebenarnya sudah terasa sehari menjelang pertemuan. Hari Rabu (8/6), warga sudah lebih dulu menggeruduk rumah Siami di Jl Gadel Sari Barat.
Demo itu mendesak Ny Siami meminta maaf secara terbuka. Namun, Siami berjanji menyampaikannya, Kamis.
Pertemuan juga dihadiri Ketua Tim Independen, Prof Daniel M Rosyid, Ketua Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dindik Tandes, Dakah Wahyudi, Komite Sekolah, dan sejumlah anggota DPRD Kota Surabaya. Satu jam menjelang mediasi, sudah banyak massa terkonsentrasi di beberapa gang.
Pukul 09.00 WIB, tampak Ny Siami ditemani kakak dan suaminya, Widodo dan Saki Edi Purnomo mendatangi Balai RW. Mereka berjalan kaki karena jarak rumah dengan balai pertemuan ini sekitar 100 meter. Massa yang sudah menyemut di sekitar balai RW langsung menghujat keluarga Siami.
Mereka langsung mengepung keluarga ini. Beberapa polisi yang sebelumnya memang bersiaga langsung bertindak. Mereka melindungi keluarga ini untuk menuju ruang Balai RW. Warga kian menyemut dan terus memadati balai pertemuan. Ratusan warga terus merangsek. Salah satu ibu nekat menerobos. Namun, karena yang diizinkan masuk adalah perwakilan warga, perempuan ini harus digelandang keluar oleh petugas.
Mediasi diawali dengan mendengarkan pernyataan Kepala UPT Tandes, Dakah Wahyudi. Ia menyatakan bahwa seluruh kelas VI SDN Gadel 2 tidak akan kena sanksi mengulang Unas. Ucapan Dakah sedikit membuat warga tenang. Namun, situasi kembali memanas. Apalagi Ny Siami tidak segera diberi kesempatan menyampaikan permintaan maaf secara langsung.
Kemudian warga diminta kembali mendengarkan paparan yang disampaikan Prof Daniel Rosyid. Ketua tim independen pencari fakta bentukan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini ini berusaha menyejukkan warga dengan menyebut dirinya asli Solo. Dikatakan bahwa Solo, Surabaya adalah juga Indonesia, sehingga setiap warga tidak berhak mengusir warga Indonesia.
Kemudian dia berusaha berdialog santai dengan warga. Ada salah satu warga menyeletuk. “Kalau kita dikatakan menyontek massal. Lantas, kenapa saat menyontek pengawas membiarkannya,” ucap salah satu ibu yang mendapat tepukan meriah warga lain.
Warga juga menyatakan bahwa menyontek sudah terjadi di mana-mana dan wajar dilakukan siswa agar bisa lulus. Mendengar hal ini, Daniel kemudian memperingatkan bahwa perbuatan menyontek adalah budaya buruk. Di masyarakat manapun, perbuatan curang dan tidak jujur ini tidak bisa ditoleransi.
”Menyontek adalah awal dari korupsi. Jika perbuatan curang ini sudah dianggap biasa, maka ini akan membuka perilaku yang lebih menghancurkan masyarakat. Tentu tidak ada yang mau demikian,” sindir Daniel.
Kemudian mediasi dilanjutkan dengan menghadirkan Kepala SDN Gadel 2, Sukatman. Akibat kasus contekan massal di sekolahnya, Sukatman dan dua guru kelas VI dicopot. Sukatman menyampaikan permintaan maaf kepada wali murid.
Namun wali murid menyambut dengan teriakan bahwa Sukatman tidak salah. Yang dianggap salah adalah keluarga Siami karena membesar-besarkan masalah. Warga pun kembali berteriak “usir… usir”. Namun warga mulai tenang karena Sukatman tempak menghampiri Ny Siami dan suaminya. Mantan Kasek ini langsung meraih tangan ibunda Al dan saling meminta maaf. Namun, setelah itu warga kembali riuh rendah.
Setelah Siami diberi kesempatan berbicara, keributan langsung pecah. Suara massa di luar balai RW terus membahana, menghujat keluarga Siami. Padahal saat itu, Siami sedang menyiapkan mental dengan berdiri di hadapan warga.
Meski sudah berusaha tegar, namun ibu dua anak ini mulai lemah. Dia tampak berdiri merunduk sementara kedua matanya sudah mengeluarkan air mata. “Saya minta maaf kepada semua warga…” ucap Siami yang tak sanggup lagi meneruskan kalimatnya.
Namun, sang suami terus membimbing, membuat perempuan ini kembali melanjutkan pernyataan maaf. Namun, suasana kian ricuh karena massa terus berteriak “usir”. Baik petugas polisi dan tokoh masyarakat berusaha menenangkan situasi. Baru kemudian kembali terdengar suara Siami.
Dengan tangan gemetar dan ketegaran yang dipaksakan, Siami kembali berucap, “Saya tidak menyangka permasalahan akan seperti ini. Saya hanya ingin kejujuran ada pada anak saya. Saya sebelumnya sudah berusaha menyelesaikan persoalan dengan baik-baik.”
Pernyataan tulus Siami tidak juga membuat massa tenang, sampai akhirnya polisi memutuskan untuk mengevakuasi Siami dan keluarganya. Siami diarahkan ke mobil polisi dengan pengamanan pagar betis. Namun massa tetap berusaha merangsek, ingin meraih tubuh Siami. Sejumlah warga bahkan sempat menarik-narik kerudung Siami hingga hampir terlepas. Siami akhirnya berhasil diamankan ke Mapolsek Tandes.
Baik Ny Siami dan suaminya enggan memberi komentar usai kericuhan. Namun, kakak kandung Siami, Saki, mengakui bahwa adiknya saat ini dalam tekanan yang luar biasa. “Dia tak tahan lagi dengan tekanan warga. Sampai tidak mau makan hari-hari ini. Nanti kami akan merasa tenang jika di Gresik,” kata Saki. Benjeng, Gresik adalah daerah asal Siami. Saat ini Al, anak Siami yang dipaksa memberi contekan, juga diungsikan ke Benjeng setelah rumahnya beberapa kali didemo warga.
Sementara itu, Ny Leni, perwakilan warga menyatakan bahwa pihaknya masih akan terus menuntut agar tiga guru yang dicopot tetap mengajar di SDN Gadel 2 dan menuntut Siami bertanggung jawab.
Budaya sakit
Prof Daniel M Rosyid yang juga Penasihat Dewan Pendidikan Jatim, menyesalkan tindakan warga Gadel yang berencana mengusir keluarga Siami, ibunda Al. “Tuntutan warga untuk mengusir keluarga Al tidak masuk akal. Itu tidak bisa dituruti,” katanya.
Daniel menilai tuntutan warga tersebut sudah tidak rasional. Perbuatan benar yang dilakukan ibu Al, Siami, dinilai warga justru malah salah. Tindakan menyontek rupanya sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bahkan budaya di masyarakat. “Warga ternyata sakit,” katanya.
Lagi pula Kepala Sekolah Sukatman dan dua guru kelas VI, Fatkhur Rohman dan Prayitno, sudah legowo dan menerima keputusan sanksi yang diberikan. “Saya kira ini kalau dibiarkan masyarakat akan sakit terus. Orang jujur malah ajur, ini harus kita cegah,” papar Daniel.
Sebelumnya, hasil tim independen pimpinan Daniel Rosyid menyampaikan temuannya bahwa Al, anak Siami, memang diintimidasi guru sehingga mau memberikan contekan. Namun, tim tidak menemukan cukup bukti sehingga Unas di SDN Gadel 2 perlu diulang. Alasannya tim independen tidak menemukan hasil jawaban Unas yang sistemik sama, dan nilai Unas pun hasilnya tidak sama. Al ternyata membuat contekan yang diplesetkan. Al tidak seluruhnya memberikan jawaban yang benar. Dan kawannya pun tidak sepenuhnya percaya dengan jawaban Al. Sehingga hasil ujian tidak sama.
Selain itu tim juga mempertimbangkan Unas ulang akan memberatkan siswa dan wali murid. Sanksi yang direkomendasikan yakni sanksi administratif dari Pemkot Surabaya kepada guru yang melakukan intimidasi kepada Al.
Berdasarkan temuan tim independen ditambah pemeriksaan Inspektorat Pemkot Surabaya itulah, Wali Kota Tri Rismaharini akhirnya mencopot Kepala Sekolah SDN Gadel 2 Sukatman dan dua guru kelas VI Fatkhur Rohman dan Prayitno.