Natural, Informative And Educative

Natural, Informative And Educative
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 75, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA, MARHABAN YA MUHARRAM. SELAMAT MEMASUKI TAHUN BARU ISLAM 1442 H" Mohon maaf lahir batin

Rabu, 27 April 2011

KETIDAK ADILAN

Share


        KEADILAN menjadi dambaan, harapan dan tujuan bagi setiap umat manusia secara pribadi atau masyarakat secara umum. Lebih-lebih jika pranata sosial kehidupan masyarakat termasuk yang menyangkut masalah keadilan diabaikan dan dilanggar, sudah barang tentu akan terjadi kesemrawutan dalam kehidupan.
Kesewenang-wenangan merajalela dimana-mana, si kuat menindas yang lemah, pepatah jawa menyebutkan “asu gedhe menang kerahe” (anjing yang besar menang bertengkarnya). Dalam situasi demikian yang lemahlah yang selalu menjadi korban, dalam keadaan terpojok dan menderita mereka sangat mengharapkan datangnya “dewa penolong” yang membawa pengadilan, seperti yang diharapkan dan dimitoskan oleh masyarakat Jawa akan datangnya “ratu adil”.
Apakah keadilan itu? Adil itu imbang, tidak berat sebelah, maka juga dapat diartikan tegak atau benar, sedangkan benar itu juga berarti nyata, nyata itu jujur (Sasangka Jati, bab Sangkan Paran). Disebut pula, lanjutan tulisan sabda tersebut, bahwa adil atau tegak dalam kehidupan bermasyarakat, seperti yang telah diketahui oleh para cerdik cendekiawan, adil atau tegak itu ada tiga hal, yaitu :
  • Tegaknya atasan terhadap bawahan, seperti raja terhadap rakyatnya, lurah terhadap bawahannya; mengayomi dengan undang-undang atau peraturan yang adil.
  • Tegaknya bawahan terhadap atasan, seperti rakyat terhadap rajanya, bawahan terhadap lurahnya; seimbang, harus patuh menurut, atau tulus setia terhadap semua perintah yang benar lagi baik, yang telah ditetapkan dalam peraturan dan undang-undang, supaya atasan dan bawahan dapat bersatu padu, saling mengasihi, atau satu tujuan, menjaga keselamatan pekerjaan dan kesejahteraan negara seisinya.
  • Tegak dalam berperikemanusiaan. Tolong menolong atau saling memperlakukan dengan baik, dalam menghadapi kerepotan kebutuhan hidup dengan saling menghargai, serta tindakan-tindakan lain yang dapat menarik ke kasih persaudaraan, keutamaan dan kesejahteraan.
Situasi dan kondisi sekarang ini seperti yang terjadi di negara kita yang kita cintai yang konon kaya dan makmur ini sangat ironis, seakan-akan, sepertinya rakyat (rakyat kecil) bingung untuk mencari keadilan, kepada siapa harus mencari pengayoman. Mereka mencari dan sangat mengharapkan akan datangnya figur pemimpin yang tegas, adil dan bijaksana, dan kepada sosok pemimpin seperti itulah yang diharapkan dan didambakan orang Jawa sebagai ratu adil dan kepadanya mereka akan mencari pengadilan.
Sebetulnya adil itu sudah ada dalam tiap pribadi manusia, karena jiwa manusia yang sejati adalah sinar cahaya Tuhan sebagai pelita dalam kehidupannya, dan sesungguhnya semua manusia itu memiliki dan mengemban sifat keadilan Tuhan, cuma berbeda wewenangnya dalam menerapkan keadilan tersebut, dan sejatinya sifat serta keadaan jiwa manusia itu suci, jujur, dan adil.
Jadi keadilan yang dicari dan diharapkan manusia itu bisa terwujud, bila benih-benih keadilan yang sebetulnya telah ada di dalam tiap pribadi manusia itu bisa tumbuh, yaitu sejalan dengan timbulnya kesadaran dari tiap-tiap pribadi atau secara kolektif bisa dengan jujur memilah-milahkan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dijauhi dan sebagainya. Serta bisa menempatkan letak kebenaran dan keadilan dengan sesungguhnya dan sesuai dengan porsi dan posisinya masing-masing, sehingga tidak mudah terjerumus ke dalam kesesatan dan kenistaan.
Tumbuhnya kesadaran dari suatu masyarakat, atau suatu bangsa untuk berlaku jujur dan adil, dengan sendirinya juga akan melahirkan “Purusatama” atau figur-figur pemimpin yang jujur, adil, bijaksana dan berjiwa “Satriya Pinandhita”. Semoga. ***

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar,namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.