Berikut ini, penelurusan saya di Internet, tentang sejarah dan bagaimana sebenarnya Jemaah ahmadiyah, sehingga dinyatakan terlarang di Indonesia. Informasi lengkap tentang jemaah ini dapat diperoleh di :
- http://ahmadiyya.or.id/
- http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmadiyyah
“Huwallazii arsala rasulahuu bilhudaa wa diinilhaqqi, liyuzh-hirahuu alad-diini kullihi walaw karihal-musyrikuwn“
Dialah [Allah] yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia menyebabkannya menang atas semua agama, betapapun orang-orang musyrik tidak akan menyukai (As-Shaf:10).
Ayat ini mengisyaratkan pada kemenangan Islam atas seluruh agama lainnya. Dan kemenangan tsb. dipakukan dibawah bendera Tauhid. Sebab Tauhid lah yang dapat mempersatukan seluruh umat manusia. Dan Tauhid itu sendiri merupakan ruh Islam. Kesempurnaan Syariat Islam telah terjadi di masa dan di tangan Rasulullah saw. 14 abad yang silam. Namun kesempurnaan penyebaran Syariat Islam, seperti yang diisyaratkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulullah saw., adalah pada masa dan di tangan tokoh yang dijanjikan sebagai Masih Mau’ud dan Imam Mahdi
“Huwallazii ba’atsa fil-ummiyyina rasulanm-minhum yatluw alaiihim aayaatihii wayuzakkiihim wayu’allimuhumul-kitaaba wal-hikmah, wain kaanuw min-qoblu lafii dholalinm-mubiin. Wa’aakhoriina minhum lammaa yalhaqquw bihim wahuwal-aziizul hakiim“
Dialah [Allah] yang telah mengutus di tengah-tengah bangsa yang buta huruf seorang rasul dari antara mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walaupun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya di tengah-tengah suatu golongan lain dari antara mereka, yang belum pernah bergabung dengan mereka. Dan, Dia-lah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (Al-Jumu’ah:3-4).
Ayat ini mengisyaratkan pada kebangkitan rohaniah Rasulullah saw. (the second spiritual advent) dalam wujud seseorang yang menyatu sepenuhnya dengan beliau dan merupakan cerminan rohaniah atau bayangan kamil Rasulullah saw., namun belum pernah tergabung dalam para pengikut semasa beliau hidup. Isyarat di dalam ayat ini dan di dalam hadis Nabi saw. yang termasyhur tertuju kepada pengutusan Rasulullah saw. sendiri untuk kedua kali dalam wujud Masih Mau’ud di akhir zaman.
Jemaat Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta’ala. Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Kalimah Syahadat “Laa ilaha Illallah, Muhammadur-rasulullah“. Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah rasul Allah.
Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat.
Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa’aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiyn yang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri’i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw..
Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. — Ahmad (yang terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta’ala. Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw.. (Da’watul Amir, M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, edisi terj.Bhs.Indonesia, 1989,h.2)
Tujuan Jemaat Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-syariah. Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat Qur’aniah.
Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk menghimbau ummat manusia kepada Allah Ta’ala dengan memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah saw., dan menciptakan perdamaian serta persatuan antar berbagai kalangan manusia. Ahmadiyah berusaha menghapuskan segala kendala yang timbul karena perbedaan ras dan warna kulit sehingga umat manusia dapat bersatu dan mengupayakan perdamaian semesta.
Kami beriman bahwa Allah itu Mahaesa dan tidak mempunyai sekutu dalam zat-Nya maupun dalam sifat-sifat-Nya, dan tidak dilahirkan maupun melahirkan. Dia bebas dari segala jenis kekurangan dan kelemahan dan sempurna di dalam segala sifat-Nya. Dia mengabulkan doa-doa para hamba-Nya dan membantu mereka dalam memenuhi segala keperluan mereka. Nikmat-nikmat-Nya, baik secara materi ataupun rohani, tidak terbatas, dan tidak hanya dilimpahkan kepada suatu bangsa atau kaum tertentu. Jemaat Ahmadiyah menganggap sebagai kewajibannya untuk mengimbau umat manusia menerima Tauhid Ilahi, sebab, penerimaan Tauhid Ilahi dapat mewujudkan perdamaian dan persatuan diantara umat manusia.
Kami percaya bahwa semua agama besar pada awalnya mempunyai landasan kebenaran dan masih mengandung banyak nilai keindahan. Kami menolak dan menyangkal sikap yang menyatakan bahwa tidak ada agama selain agamanya sendiri yang mengandung suatu kebenaran atau nilai keindahan. Kendatipun demikian, kami menganggap sebagai kewajiban kami untuk mengumandangkan bahwasanya Islam mengandung tuntunan Samawi dengan bentuknya yang utuh dan sempurna guna membimbing umat manusia mencapai hubungan kedekatan dengan Allah Ta’ala.
Kami menjunjung tinggi kebebasan suara hati lebih dari segala kemerdekaan dan sebagai hak-hidup setiap makhluk manusia. Kami memandang tidak ada dosa yang begitu keji seperti tindakan paksa atau kekerasan dalam urusan agama. Kami memandang haram untuk berperang atau memerangi pemerintah atau bangsa yang memberi kemerdekaan penuh kepada penyuaraan kata hati dan agama orang-orang yang menghuni wilayah-wilayahnya. Kami memandang orang-orang Islam yang mensahkan perang disebabkan perbedaan dalam urusan agama adalah sebagai kesalahan besar dalam memegang akidah yang sama-sekali tidak sesuai dengan jiwa agama Islam yang hakiki ini.
Kami menganggap sebagai kewajiban agama yang pokok untuk mentaati sepenuhnya undang-undang dan peraturan pemerintah tempat kami bernaung. Kami memandang pemberontakan dan pembangkangan terhadap pemerintah yang berkuasa sebagai sesuatu yang sama-sekali tidak dibenarkan dan bertentangan dengan ajaran Islam. Kami memegang prinsip ini dengan seteguh-teguhnya dimana pun kami berada.
Kami percaya bahwa janji Tuhan yang diberikan-Nya kepada umat manusia melalui semua agama besar mengenai turunnya seorang nabi di akhir zaman telah menjadi kenyataan di dalam diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as., pendiri Jemaat Ahmadiyah. Beliau adalah Almasih yang ditunggu-tunggu oleh umat Kristen; Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam; dan Krishna yang dinanti-nantikan oleh umat Hindu. (Dikutip dari: Akidah Dan Tujuan Jemaat Ahmadiyah; Suvenir Peringatan Seabad Gerhana Bulan & Gerhana Matahari 1894-1994, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1994, h.46-47).
Hz.Mirza Ghulam Ahmad berasal dari suatu rumpun keluarga yang merupakan pendatang dari Samarqand, sebuah kota di Asia Tengah. Nenek-moyang beliau hijrah dari Samarqand menuju Punjab, India pada awal abad keenambelas, di masa kekuasaan Emperor Babar dari Dinasti Moghul. Mereka memohon untuk dapat berkhidmat kepada dinasti tsb. dan mendapat kepercayaan di kawasan Punjab. [Lihat karangan-karangan Lepel H. Griffin: The Punjab chiefs (Lahore,1865),h.380-381; The Panjab chiefs (edisi baru, Lahore,1890),vol.2,h.49-50; Chiefs and families in the Panjab..., dikoreksi dan direvisi oleh W.L.Conran dan H.D.Craik (Lahore,1910),vol.2,h.40-41. Tentang silsilah keturunan keluarga tsb. lihat: Revised pedigree tables of the families mentioned in Griffin's "Punjab chiefs" and Massy's "Chiefs and families of note in the Punjab" (Lahore,1899),h.76. Sumber:Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989,h.2]
Beliau adalah keturunan dari Haji Barlas, yang merupakan paman Amir Timur. Timur berasal dari suku Barlas yang terkenal dan yang menguasai kawasan Kish selama 200 tahun. Kawasan ini pada zaman dahulu dikenal dengan nama Sogdiana, yangmana ibukotanya adalah Samarkand. Mereka adalah suku yang berakar dari Persia. Kata Samarkand itu sendiri berasal dari Bhs.Farsi. Barlas juga demikian, artinya: pemuda gagah berani dari kalangan terhormat. Mirza Hadi Beg memimpin hijrah dari Samarkand tsb. menuju Punjab, India, dengan membawa rombongan sekitar 200 orang. Mereka membangun sebuah perkampungan yang tidak begitu jauh dari sungai Bias, dan menamakannya Islampur. Emperor Babar memberikan kepada beliau kawasan yang mencakup ratusan perkampungan. Dan beliau ditunjuk sebagai Qazi disana. Sehingga kampung kediaman beliau itu dikenal dengan nama Islampur Qazi. Akhirnya nama ini tinggal Qazi dan lebih dikenal dengan sebutan Qadi yang kemudian menjadi Qadian. (Lihat: Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.7-8)
Hz.Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan kembar di Qadian pada tahun 1835. Saudara kembar beliau (perempuan) wafat beberapa hari setelah lahir. (Lihat: Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.27)
Semenjak kecil beliau tidak pernah belajar di sekolah/madrasah ataupun suatu institusi pendidikan formal. Pada usia sekitar 7 tahun (sekitar thn.1841) beliau dididik oleh seorang guru privat yang bernama Fazl Ilahi. Ia seorang penduduk Qadian dan penganut mazhab Hanafiah. Ia mengajarkan Al-Quran dan beberapa dasar buku pelajaran bahasa Farsi. Pada usia 10 tahun Hz.Mirza Ghulam Ahmad dididik oleh guru privat bernama Fazl Muhammad. Ia berasal dari Feroze-wala, Gujran-wala, dan dari kelompok Ahli-Hadis. Ia mengajarkan dasar-dasar tata-bahasa Arab. Dan pada usia 17 atau 18 tahun beliau dididik oleh seorang guru Shiah, bernama Gul Ali Shah. Guru ini mengajarkan lebih lanjut tata-bahasa Arab dan juga mantik/logika. Selain itu ayah beliau adalah seorang tabib yang mahir, maka beliau pun memperoleh pendidikan dalam bidang ilmu ketabiban ini. Dan beliau mempunyai kecenderungan banyak menelaah buku-buku. Terutama dari perpustakaan keluarga yang masih terpelihara sejak turun-temurun. (Lihat: Sirrul-Khilafa, Mirza Ghulam Ahmad, Amritsar,1894,h.7; Life ofAhmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.29; Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989,h.3)
Banyak perubahan dan pergolakan sosio-politik dunia pada masa-masa itu. Imperialisme Barat menampakkan warnanya. Inggris Raya sedang jaya-jayanya hampir di seluruh belahan bumi ini. Namun sejauh yang berkaitan dengan masalah agama Kerajaan Inggris memberikan jaminan kebebasan beragama, khususnya dalam toleransi beragama. Yaitu dengan disahkannya rancangan undang-undang Emansipasi Katolik (Catholic Emancipation Bill) pada tahun 1829, yangmana dasarnya adalah penghapusan diskriminasi dalam perkara-perkara sipil dan kesama-rataan dalam hak-hak politis.
Banyak hal yang merubah pola pikir dan cara hidup dunia. Rancangan pembuatan terusan Suez sudah mulai dijajaki semenjak tahun 1833. Dan Terusan Suez itu selesai dibuat pada tahun 1865. Mesin cetak plat baja sudah ditemukan pada akhir abad ke-18. Dan mesin cetak praktis yang menggunakan tenaga uap pertama kali diproduksi dan digunakan pada tahun 1814. Kenderaan-kenderaan atau alat-alat transportasi praktis yang menggunakan tenaga uap dirancang pada tahun 1802, dan pada tahun 1824 sudah banyak yang beredar dengan sukses. Daimler menemukan internal-combustion-motor pada tahun 1885 yang menggunakan minyak/petroleum spirit. Kapal uap pertama mulai menjelajahi jarak antara Liverpool dan Glasgow pada tahun 1815. Jaringan kereta-api pun mulai dibuka di Inggris pada tahun 1825. Electric telegraphy mulai digunakan pada tahun 1820 sebagai sarana komunikasi antar berbagai tempat di seluruh dunia. Mesin elektro-magnetik mulai digunakan pada tahun 1832. Pada tahun 1846 telah ditemukan sistim anaesthetik. Dan sistim antiseptik dalam perawatan luka mulai diakui pada tahun 1867. Penelitian Pasteur tentang teori kuman pada penyakit-penyakit infeksi dimulai pada tahun 1850. Dan malaria serta tuberculosis ditemukan pada tahun 1880. Penggunaan listrik secara komersial untuk sarana penerangan telah dimulai pada tahun 1879. Dan telephone ditemukan pada tahun 1876. Demikian pula X-ray ditemukan pada tahun 1895. Ringkasnya banyak sekali penemuan-penemuan baru yang mengubah pola pikir dan pola hidup manusia. (Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.20-24)
Selain itu di bidang keagamaan, missi-missi Kristen mulai bergerak dengan gencarnya di seluruh dunia semenjak tahun 1804, khususnya ketika British & Foreign Bible Society terbentuk. (Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.20-24)
Bahkan kurun waktu antara tahun 1815 hingga 1914 telah ditetapkan oleh kelompok Kristen sebagai The Great Century of World Evangelization (Abad Agung Penginjilan Dunia). Dan anak-benua India merupakan sebuah sasaran yang dijadikan sebagai proyek besar bagi gerakan penginjilan/kristenisasi itu. Dan jutaan orang masuk ke dalam agama Kristen melalui gerakan-gerakan missionaris Kristen disana. Misalnya: missi-missi Kristen dari Inggris antara lain Methodists masuk ke India pada tahun 1819; Scottish Presbyterians masuk pada tahun 1823. Sedangkan missi-missi Kristen dari Amerika antara lain: Congregationalist (American Board) masuk ke India pada tahun 1810; Presbyterians pada tahun 1834; Baptists pada tahun 1836; Lutherans pada tahun 1840; dan Methodists pada tahun 1856. Kemudian German Gossner Mission masuk pada tahun 1839. Dan Scandinavian Lutherans pada tahun 1867. Dan uniknya Ratu Victoria memproklamirkan kebebasan beragama serta sikap tidak memihak Kerajaan Inggris Raya pada suatu agama, di India pada tahun 1858. (Lihat: World Christian Encyclopedia, David B.Barrett, Oxford,1982,p.23-30)
Bersamaan dengan itu di anak-benua India pun bermunculan kelompok-kelompok Neo-Hindu yang gencar menghadapi perkembangan zaman. Diantaranya yang paling militan dan agressif adalah sekte Arya Samaj(Aryan Society) yang didirikan pertama kali pada tahun 1875 di Bombay oleh Swami Dayananda Saraswati (1824-1883). Ini adalah suatu gerakan yang ingin mengembalikan kemurnian agama Hindu dan menampilkannya sebagai suatu kebanggaan nasional India. Swami Dayananda Saraswati ini mulai mengembangkan ajaran Neo-Hindu-nya sejak tahun 1865. Alirannya banyak menentang pemahaman-pemahaman Hindu Brahma yang ortodox. Selain itu mereka melancarkan serangan besar-besaran terhadap Kristen maupun Islam. Swami Dayananda Saraswati yang digelari “Hindu Luther” oleh penentangnya, juga menulis sebuah ‘Bible’ Arya Samaj yang bernama Satyarth Prakash, yang berisikan penafsiran/terapan-terapan ayat Veda yang menggambarkan sikap Hindu terhadap agama-agama lainnya dan terhadap permasalahan-permasalahan sosial kontemporer. Sekte ini berkembang menjamur di India dengan cepat, khususnya di wilayah Punjab. (Lihat:The Raj, India & the British 1600-1947, C.A.Bayly, National Potrait Gallery Publications, London,1990,p.305-306; Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.61; Arya Dharm: Hindu consciousness in 19th century Punjab, Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989,foot note p.4)
Kondisi Islam pada saat itu benar-benar menyedihkan. Di satu sisi gerakan Kristenisasi sedang gencar-gencarnya berjalan di India dan menarik ratusan ribu orang masuk ke dalam agama Kristen dan di sisi lain serangan-serangan pihak Hindu terhadap Islam, Al-Quran dan terhadap wujud suci Nabi Muhammad Mustafa saw..
Kondisi inilah yang banyak mewarnai kehidupan awal daripada Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Beliau banyak menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan agama-agama tersebut. Beliau secara personal banyak terlibat dalam upaya-upaya untuk membela Islam dari serangan-serangan di kedua arah tsb.. Disamping itu beliau sendiri mengalami perkembangan rohaniah.
Sejak tahun 1872 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sudah giat membela Islam membalas serangan-serangan dari kelompok Kristen dan kelompok Hindu khususnya Arya Samaj dan Brahmu Samaj. Beliau banyak menulis artikel-artikel berkenaan dengan itu di berbagai media massa. Antara lain jurnal Manshur Muhammadi yang terbit dari Bangalore, Maysore, India Selatan, setiap 10 hari sekali. Kemudian pada beberapa surat-kabar yang terbit dari Amritsar a.l: Wakil; Safir Hind; Widya Prakash; dan Riaz Hind. Demikian pula pada Brother Hind (Lahore), Aftab Punjab (Lahore), Wazir Hind (Sialkot), Nur Afshan (Ludhiana) dan Isyaatus-Sunnah (Batala). Begitu juga pada Akhbar-e-Aam (Lahore). (Lihat: Ahmadiyyat, The Renaissance of Islam, Muhammad Zafrullah Khan, Tabshir Publications, London,1978,h.16; Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.63)
Melihat serangan terhadap Islam semakin menjadi-jadi, dan tidak ada upaya berarti yang dilakukan oleh pemuka-pemuka Islam, maka berdasarkan bimbingan dari Allah Ta’ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. mulai menulis buku Barahiin Ahmadiyya. Jilid 1 dan 2 diterbitkan pada tahun 1880; jilid 3 terbit pada tahun 1882; dan jilid 4 pada tahun 1884. Intinya beliau memaparkan bukti-bukti keunggulan dan hidupnya agama Islam serta ketinggian/kemuliaan Kitab Suci Al-Quran dan Rasulullah saw. sebagai perbandingan dengan agama Hindu, Kristen dan agama-agama lainnya.
Pada jilid pertama beliau lebih memfokuskan pada balasan serangan terhadap ajaran Arya Samaj yang menghina Rasulullah saw., Nabi Isa as., dan Nabi Musa as. serta yang menuduh kitab-kitab suci para nabi tsb. adalah palsu. Disamping itu beliau menyerang akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan, melainkan telah ada dengan sendirinya sejak awal-permulaan. (Barahiin Ahmadiyyah, Rohani Khazain vol.1,h.72; Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.70)
Jilid kedua masih berkenaan dengan akidah-akidah Arya Samaj. Kemudian mengenai kedudukan dan perlunya wahyu. Mengenai keunggulan Kitab Suci Al-Quran atas kitab-kitab agama lainnya. Dan juga beliau menekankan kaidah dasar pembuktian kebenaran suatu agama yang harus berdasarkan pada kitab suci yang diakui oleh agama itu sendiri. Pada jilid ketiga beliau merinci keindahan dan kemuliaan Al-Quran. Beliau menjawab serangan-serangan yang ditujukan kepada Al-Quran. Dan beliau menyatakan bahwa beliau menerima wahyu-wahyu dari Allah Ta’ala dan beliau bersedia untuk membuktikan kebenarannya. Pada jilid keempat beliau membahas tentang bentuk asli bahasa umat manusia; tentang kedudukan mukjizat dan pentingnya nubuatan-nubuatan/ khabar-ghaib seorang nabi berkenaan masa mendatang. Beliau memaparkan konsep-konsep agama Budha, Kristen dan Hindu Arya Samaj tentang Tuhan, dan membuktikan keunggulan ajaran Islam. Dan kitab-kitab Yahudi pun beliau paparkan sebagai perbandingan dengan Al-Quran. (Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.70-76)
Salah satu aspek yang sangat beliau tekankan dan beliau tampilkan sebagai bukti tetap hidupnya agama Islam hingga hari Kiamat adalah adanya hubungan komunikasi yang hidup antara Tuhan dengan hamba-hamba-Nya. Beliau paparkan sendiri pengalaman-pengalaman rohaniah beliau dalam bentuk wahyu, ilham, rukya-rukya, maupun kasyaf.
Sebelumnya, Hz.Mirza Ghulam Ahmad tidak begitu dikenal. Dan beliau berjuang sendirian. Namun setelah penerbitan buku Barahiin Ahmadiyyah, keadaan menjadi berubah dan beliau mulai dikenal dan tampil secara terbuka. Barahiin Ahmadiyyah mendapat sambutan yang sangat besar dari kalangan umat Islam. Buku ini telah menimbulkan suatu kejutan dan gejolak revolusi besar bagi pihak-pihak non-Islam maupun bagi kalangan Islam sendiri. Para pemuka Islam yang tadinya telah kehilangan nyali, seolah-olah mendapatkan seorang pembela Islam yang ulung sehingga mereka serentak berdiri di belakang beliau mendukung, dalam menghadapi serangan-serangan pihak non-Islam. Berikut ini beberapa kutipan sambutan dan dukungan tokoh-tokoh Islam India pada masa itu.
Mlv.Muhammad Hussein Batalvi, seorang tokoh terkemuka dari kelompok Ahli Hadis di India, banyak memberikan sanjungan terhadap buku Barahiin Ahmadiyyah maupun terhadap penulisnya. Beliau ini adalah seorang tokoh yang sangat mendukung perjuangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada mulanya, namun pada akhirnya beliau berubah menjadi penentang keras beliau as.. Di dalam salah satu risalahnya, Mlv.Muhammad Hussein Batalvi menuliskan kesaksian beliau tentang buku Barahin Ahmadiyah:
“Menurut pendapat saya — pada zaman sekarang dan sesuai kondisi yang berlaku — buku ini adalah sedemikian rupa, yangmana sampai saat ini di dalam Islam tidak ada bandingannya yang telah ditulis, dan tidak pula ada khabar di masa mendatang…. Penulisnya pun — dalam hal memberikan bantuan kepada Islam dari segi harta, jiwa, tulisan maupun lisan — sangat teguh dan kukuh pada langkah-langkahnya. Sehingga sangat sedikit ditemukan contoh yang seperti beliau, walau dari kalangan umat Islam terdahulu sekali pun…” (Risalah Isyaatus-Sunnah jld.7, no.6-11; Swanah Fazl Umar, Jld.I, hal.20)
Kemudian berikut ini ulasan dari seorang tokoh sufi terkenal di India yang berasal dari Ludhiana. Yaitu Hz.Sufi Ahmad Jaan r.a.. Banyak murid maupun pengikut beliau yang menjadi tokoh-tokoh pemuka agama Islam saat itu. Sang sufi ini menuliskan ulasan tentang buku Barahiin Ahmadiyyah di dalam sebuah selebaran beliau yang berjudul Isytihar Wajibul Izhar:
“Di zaman abad ke empatbelas telah berkecamuk sebuah tofan kebobrokan di dalam setiap agama. Seperti yang dikatakan orang: orang-orang kafir baru banyak bermunculan, dan orang-orang Islam baru pun banyak bermunculan. Tidak diragukan lagi, diperlukan sebuah buku dan seorang mujaddid seperti Barahiinn Ahmadiyah serta penulisnya Maulana Mirza Ghulam Ahmad Sahib. [Yaitu] yang dengan berbagai cara siap untuk membuktikan da’wah Islam atas para penentang. Beliau bukanlah berasal dari kalangan ulama maupun cendekiawan umum. Melainkan secara khusus [datang] untuk tugas ini sebagai utusan dari Allah; penerima ilham dan yang bercakap-cakap dengan Allah…. Sang penulis adalah mujaddid, mujtahid, muhaddats bagi abad-keempat belas ini, dan merupakan seorang yang kamil dari kalangan umat ini. Hadis Nabawi ini pun mendukung beliau: ‘Ulama ummati kalanbiyaa Bani Israil’… Wahai para penelaah! Dengan niat yang benar serta dengan semangat kebenaran yang sempurna saya menyampaikan hal ini, bahwa tidak diragukan lagi bahwasanya Mirza Sahib adalah mujaddid era ini. [Beliau merupakan] ‘pedoman’ bagi para pencari jalan [kebenaran]; matahari bagi orang-orang yang berhati batu; penunjuk jalan bagi orang-orang yang sesat; pedang nyata bagi para pengingkar Islam; hujjah sempurna bagi para pendengki. Yakinilah bahwa tidak akan datang lagi masa yang seperti ini. Ketahuilah, bahwa masa ujian telah tiba. Dan Hujjah Ilahi telah tegak. Dan bagaikan matahari jagat raya, telah diutus seorang Haadi Kamil (pemberi petunjuk yang sempurna), supaya ia menganugerahkan nur kepada orang-orang yang benar dan mengeluarkan [mereka] dari kegelapan dan kesesatan. Serta akan menghujjat para pendusta”. (Swanah Fazl Umar, jld.I, hal.21-22)
Banyak dari kalangan umat Islam yang berkeinginan untuk menjadi murid beliau dan meminta agar beliau mau menerima bai’at mereka.
Pada bulan Maret 1882 pertama kali Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperoleh perintah dari Allah Ta’ala bahwasanya beliau dijadikan Ma’mur Minallah (Utusan Allah). Dari itu juga beliau menyatakan diri sebagai Mujaddid. Wahyu ini beliau terbitkan di dalam Barahiin Ahmadiyyah jilid I edisi pertama pada cat.kaki pd.cat.kaki hal.238. (Adapun bunyi wahyu tsb. adalah: “Qul inny umirtu wa’anaa awwalul-mu’miniyn — [Katakanlah, aku telah diutus/diperintahkan, dan akulah yang pertama beriman]“. (Lihat: Tazkirah, Bhs.Urdu, Al-Syirkatul Islamiyah, Rabwah, 1969,h.44; Rohani Khazain jld.1,h.265)
Semenjak awal tahun 1883 sudah banyak orang yang mengutarakan keinginan mereka untuk bai’at di tangan beliau. Namun beliau belum dapat menerimanya sebab belum ada petunjuk dari Allah Ta’ala.
Akhirnya setelah ada petunjuk dari Allah Ta’ala pada bulan Februari atau Maret 1888, maka pada akhir tahun 1888 beliau menyebarkan selebaran undangan untuk bai’at, yang beliau tujukan kepada para pencahari kebenaran.
Dan pengambilan bai’at yang pertama berlangsung di Ludhiana pada tanggal 23 Maret 1889. Pada bai’at pertama ini sebanyak 40 orang menyatakan ikrar bai’at mereka di tangan Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Inilah yang dinyatakan sebagai peletakan fondasi pertama dari Jemaat Ahmadiyah (Life of Ahmad, A.R.Dard, Tabshir Publication, 1948,vol.1,h.139-140, 151-159)
Sebaliknya, Barahiin Ahmadiyyah telah membangkitkan reaksi keras dari kalangan non-Islam, terutama Hindu Arya Samaj, yang kemudian diikuti oleh kelompok Kristen. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mulai menghadapi mereka langsung dengan mengadakan perdebatan-perdebatan.
Yang pertama berlangsung adalah perdebatan beliau dengan seorang guru dan anggota Arya Samaj, Lala Murli Dhar, pada bulan Maret 1886 di Hosyiarpur. Dhar menyerang pendapat Islam berkenaan dengan mukjizat Syaqqul-Qamar, sedangkan Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengecam akidah Arya Samaj yang menyatakan bahwa ruh tidak diciptakan oleh Tuhan melainkan telah ada dari sejak awal. (Lihat: Surmah Chasm Arya & Rohani Khazain jld.2,h.49-308; Arya Dharm: Hindu consciousness in 19th century Punjab, Kenneth W.Jones, Univercity of California Press, Berkeley and Los Angeles, 1976; Prophecy Continuous, Yohanan Friedmann, University of California Press, 1989,p.4-5)
Kemudian pada tahun 1886 itu juga Pandit Lekh Ram dari Arya Samaj menyerang Hz.Mirza Ghulam Ahmad. Ia menerbitkan buku dan selebaran-selebaran yang mencaci maki Rasulullah saw. dan Islam serta menghina diri Hz.Mirza Ghulam Ahmad as.. Terjadi polemik keras antara keduanya. Pandit Lekh Ram mengalami kematian yang tragis dan misterius pada tahun 1897 setelah adanya nubuatan-nubuatan dari Hz.Mirza Ghulam Ahmad.
Pada akhir tahun 1890 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menerima wahyu yang menyatakan bahwa Nabi Isa as. telah wafat dan Almasih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman itu beliau lah orangnya. (Yakni: “Masih Ibnu Maryam Rasulullah faot hocuka he, aor uske rangg me ho kar wa’dah ke muwafiq tu aya he — [Masih ibnu Maryam rasul Allah, telah wafat. Sesuai dengan janji, engkau datang dengan menyandang warnanya.” (Lihat: Tazkirah, Bhs.Urdu, Al-Syirkatul Islamiyah, Rabwah, 1969,h,183; Izalah Auham, Mirza Ghulam Ahmad,jld.2,h.561-562; Rohani Khazain, Add.Nazir Ishaat, London, jld.3,h.402)
Dan pada awal tahun 1891 beliau menda’wakan diri beliau sebagai Almasih yang dijanjikan atau Masih Mau’ud, dan juga sebagai Imam Mahdi. (Da’watul Amir, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989, hal.xii)
Semenjak itu gelombang penentengan semakin marak. Yakni dari kalangan umat Islam sendiri dan juga dari kalangan Kristen. Semenjak itu banyak terjadi perdebatan-perdebatan seputar hidup matinya Nabi Isa. Beberapa perdebatan penting antaranya adalah sbb..
Dari kalangan umat Islam yang menentang justru bekas sahabat beliau yang memberikan dukungan sepenuhnya terhadap karya beliau Barahiin Ahmadiyyah, yaitu Muhammad Hussein Batalwi, seorang tokoh Ahli Hadis terkemuka di India pada masa itu. Sebab Muhammad Hussein Batalwi berakidah bahwasanya Nabi Isa as. masih hidup di langit dan akan turun ke bumi. Perdebatan ini berlangsung di Ludhiana pada bulan Juli 1891.
Kemudian masih mengenai Nabi Isa, berlangsung perdebatan di Delhi pada bulan Oktober 1891 antara Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. dengan Muhammad Nazir Hussein dan Abu Muhammad Abdul Haq.
Dari kalangan Kristen yang tampil adalah Henry Martin Clark, seorang tokoh Kristen yang mendirikan missi kesehatan dari Church Missionary Society di Amritsar pada tahun 1892. Pada bulan April 1893 Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. menerima tantangannya untuk mengadakan perdebatan. Perdebatan itu sendiri berlangsung selama 15 hari pada bulan Mei 1893. Dalam perdebatan tsb. Clark dibantu oleh Abdullah Atham, seorang tokoh Kristen yang berasal dari Islam. Inti perdebatan adalah tentang ketuhanan Jesus.
Pada tahun 1891 Hz.Mirza Ghulam Ahmad menulis buku Izalah Auham dimana beliau memaparkan sebanyak 30 dalil Al-Quran berkenaan dengan telah wafatnya Nabi Isa as..
Pada tahun 1898 diperoleh informasi bahwasanya kuburuan Nabi Isa ada di Srinagar, Kashmir, India. Hz.Mirza Ghulam Ahmad mengirimkan expedisi untuk menyelidiki hal itu. Dan pada tahun 1899 beliau menulis buku Masih Hindustan Me (Almasih di India). Di dalam buku ini beliau memaparkan kesaksian-kesaksian Bible bahwa Nabi Isa itu tidak mati di tiang salib, melainkan selamat dari kematian di tiang salib yang terkutuk itu. Dan dari bukti-bukti sejarah Hz.Mirza Ghulam Ahmad memaparkan bahwasanya setelah peristiwa penyaliban itu Nabi Isa pergi mencari domba-domba Bani Israil yang hilang ke kawasan Asia tengah. Mulai dari Syiria, Iraq, Iran, Afghanistan, sampai ke India. Dan akhirnya wafat dan dikebumikan di Srinagar, Kashmir, India.
Pada tahun 1901 Hz.Mirza Ghulam Ahmad memperjelas penda’waan beliau sebagai nabi zilli (bayangan) dan ummati (selaku umat Nabi Muahammad saw.) yang merupakan berkat mengikuti dan mematuhi sepenuhnya Syariat dan Sunnah Rasulullah saw.. (Lihat: Da’watul Amir, Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, terj.Bhs.Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia, 1989, hal.xiii)
Disamping beliau menghadapi polemik-polemik tsb. dengan berbagai kalangan tokoh agama, Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. sangat giat menulis buku-buku. Tercatat sebanyak 88 judul buku yang beliau tulis di dalam beberapa bahasa, antara lain Bhs.Urdu, Arab, dan Farsi. Kumpulan karya tulis beliau ini kini diterbitkan dalam satu set dengan nama Rohani Khazain yang terdiri dari 23 volume.
Selain itu Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. di masa hidup beliau juga menerbitkan media-media massa untuk menyebar-luaskan misi pertablighan Islam. Mingguan Al-Hakam (Urdu) mulai terbit sejak tahun 1897. Kemudian Al-Badr mulai terbit sejak tahun 1902, juga dalam Bhs.Urdu. Sedangkan The Review of Religions dalam Bhs.Inggris mulai terbit pada tahun 1902.
Pada tahun 1905, berdasarkan petunjuk Allah Ta’ala, Hz.Mirza Ghulam Ahmad mencanangkan suatu gerakan yang dinamakan Al-Wasiyyat. Yakni suatu gerakan pengorbanan harta dalam bentuk wasiyat, untuk memajukan dan menyebar-luaskan Islam ke seluruh dunia. Beliau membentuk sebuah badan utama yang dinamakan Sadr Anjuman. Yaitu yang akan mengelola segala permasalahan sekular missi tsb.. Dan beliau mewasiatkan tentang akan adanya silsilah khilafat yang akan menggantikan beliau dan akan memimpin missi tsb..
Dan Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. wafat di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908. Jenazah beliau dibawa ke Qadian dan dikebumikan disana.
Setelah Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. wafat, beliau digantikan oleh Khalifatul Masih I, yaitu Hz.Mlv.Hafiz Hakim Nuruddin ra.. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke Eropa sudah dimulai pada masa beliau ini.
Khalifatul Masih I wafat pada tahun 1914 dan digantikan oleh Khalifatul Masih II, yaitu Hz.Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad ra.. Pertablighan Islam dan pengembangan missi Ahmadiyah ke seluruh dunia lebih terorganisir. Pengorganisiran itu beliau wujudkan pada tahun 1935 dalam bentuk suatu gerakan yang dikenal dengan nama Tahrik Jadid (Gerakan Baru). Di dalam gerakan ini beliau menghimpun dana sukarela dari para anggota dan mengumpulkan tenaga-tenaga sukarela yang mewakafkan diri mereka untuk pengembangan Islam ke seluruh dunia. Pada masa Khalifatul Masih II ini Jemaat Ahmadiyah telah berkembang di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika.
Setelah memimpin selama lebih-kurang 50 tahun, Khalifatul Masih II wafat pada tahun 1965 dan digantikan oleh Khalifatul Masih III, yaitu Hz.Mirza Nasir Ahmad. Beliau wafat pada tahun 1982 dan digantikan oleh Hz.Mirza Tahir Ahmad sebagai Khalifatul Masih IV yang memimpin Jemaat Ahmadiyah di seluruh dunia pada saat sekarang ini.
Kini Jemaat Ahmadiyah telah tersebar di lebih dari 140 negara di dunia. Program-program penyebaran Islam ke seluruh dunia dan pengkhidmatan kepada umat manusia dalam bentuk penghimbauan kepada Allah Ta’ala (Da’wah Ilallah), dijadikan sebagai prioritas utama. Misalnya pengiriman muballigh-muballigh ke manca-negara; penerjemahan Al-Quran dan tafsirnya ke dalam berbagai bahasa (target:100 bahasa dunia). Pembangunan mesjid-mesjid dan sarana-sarana lainnya. Pengembangan literatur-literatur yang menyinggung berbagai aspek. Pengembangan sarana dakwah Islam melalui satelit dalam program MTA (Muslim Television Ahmadiyya) dsb..
Missi Jemaat Ahmadiyah pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1925. Latar-belakangnya adalah sikap keingin-tahuan beberapa pemuda Indonesia yang berasal dari pesantren/madrasah Thawalib, Padang Panjang, Sumatra Barat.
Thawalib yang beraliran modern, berbeda dengan institusi-institusi Islam ortodox pada masa itu. Misalnya, para santrinya tidak hanya mendalami Bhs.Arab maupun Arab Melayu tetapi juga sudah diperkenankan membaca tulisan Latin.
Beberapa santrinya membaca di dalam sebuah surat-kabar tentang orang Inggris yang masuk Islam di London melalui seorang da’i Islam berasal dari India, Khwaja Kamaluddin. Hal ini sangat menarik perhatian mereka. Dan inilah yang mendorong beberapa santri tsb. untuk mencari tokoh itu. Zaini Dahlan, Abu Bakar Ayyub, dan Ahmad Nuruddin adalah tiga orang santri Thawalib yang berangkat untuk tujuan tsb.. Mereka sampai di Lahore (masa itu masih India, kini masuk wilayah Pakistan) pada tahun 1923.
Dari Lahore mereka lebih dalam masuk ke Qadian dan berdialog dengan pimpinan Jemaat Ahmadiyah pada saat itu, Khalifatul Masih II ra.. Dan akhirnya mereka bai’at dan belajar di Qadian mendalami Ahmadiyah.
Atas permohonan mereka kepada Khalifatul Masih II, maka dikirimlah utusan pertama Jemaat Ahmadiyah ke Indonesia pada tahun 1925. Yaitu Hz.Mlv.Rahmat Ali ra..
Pertama-tama beliau masuk dari Aceh ke Tapaktuan. Tahun 1926 beliau menuju Padang. Dan tahun 1929 Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri di Padang. Pada tahun 1930 beliau menuju Batavia/Jakarta, dan tahun 1932 Jemaat Ahmadiyah telah berdiri di Batavia/Jakarta. Mulai dari itu banyak jemaat/cabang-cabangnya berdiri di Jawa Barat dan kawasan-kawasan lainnya. Saat ini Jemaat Ahmadiyah Indonesia dengan 181 jemaat-lokalnya (cabang) telah berdiri di seluruh provinsi di Indonesia.
Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia sejak tahun 1935 berada di Jakarta. Dan pada tahun 1987 pindah ke Parung, Bogor.
Penyusun: MI & Ir.Syarif Ahmad Lubis MSc
Revisi: 1994
sumber : http://www.alislam.org/indonesia/latar.html