Natural, Informative And Educative

Natural, Informative And Educative
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 75, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA, MARHABAN YA MUHARRAM. SELAMAT MEMASUKI TAHUN BARU ISLAM 1442 H" Mohon maaf lahir batin

Senin, 31 Desember 2012

INFO SNMPTN TAHUN 2013

Share

Panduan Pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa SNMPTN Tahun 2013

Sesuai dengan Prosedur Operasional Baku (POB) SNMPTN Tahun 2013, setiap sekolah harus melalui 2 (dua) tahap yaitu pengisian PDSS dan pendaftaran.

Pengisian PDSS

  • Kepala Sekolah mengisi data sekolah dan siswa di PDSS melalui laman http://pdss.snmptn.ac.id.
  • Kepala Sekolah mendapatkan password setiap siswa yang akan digunakan untuk melakukan verifikasi.
  • Siswa melakukan verikasi data rekam jejak prestasi akademik yang diisikan oleh Kepala Sekolah dengan menggunakan NISN dan password yang diberikan oleh Kepala Sekolah.
  • Bagi siswa yang tidak melaksanakan verifikasi maka data rekam jejak prestasi akademik yang diisikan oleh Kepala Sekolah dianggap benar dan tidak dapat diubah setelah waktu verifikasi berakhir.

Pendaftaran

  • Siswa Pelamar, menggunakan NISN dan password, yang diberikan oleh Kepala Sekolah pada waktu verifikasi data di PDSS, login ke laman SNMPTN http://www.snmptn.ac.id untuk melakukan pendaftaran.
  • Siswa Pelamar mengisi biodata, pilihan PTN, dan pilihan program studi, serta mengunggah (upload) pasfoto resmi terbaru dan dokumen prestasi tambahan. Siswa pelamar harus membaca dan memahami seluruh ketentuan yang berlaku pada PTN yang akan dipilih.
  • Kepala Sekolah harus memberi rekomendasi kepada siswa yang sudah mendaftar SNMPTN.
  • Pelamar program studi keolahragaan dan seni harus mengunggah portofolio atau dokumen bukti keterampilan yang diisi oleh Kepala Sekolah dan/atau siswa menggunakan pedoman yang dapat diunduh pada laman http://www.snmptn.ac.id.
  • Siswa pelamar mencetak Kartu Bukti Pendaftaran sebagai tanda bukti peserta SNMPTN.

Untuk memberikan kemudahan dalam proses pendaftaran PDSS SNMPTN Tahun 2013, berikut ini disertakan panduan pengisian PDSS:

Kamis, 27 Desember 2012

Draft Lengkap Kurikulum Baru 2013

Share

Cukup lama kami menanti. Kapan kira-kira draft lengkap kurikulum baru 2013 dapat diketahui oleh publik. Tentu, kita berharap bukan informasi seputar draft kurikulum baru yang hanya diketahui melalui media massa.
Akhirnya, suatu hal yang ditunggu-tunggu itu datang juga. Meski cukup terlambat, namun kehadiran draft lengkap kurikulum baru 2013 ini patut kita sambut dengan baik.

Adalah seorang rekan guru, Pak Urip (biasa disapa Pak Urip Kalteng), Guru Kimia MAN di PangkalanBun, Kalimantan Tengah (Kalteng) yang mememberikan informasi mengenai  hal tersebut. Terima kasih, Pak Urip.
Inilah draft kurikulum baru 2013 selengkapnya, silakan untuk langsung diunduh dengan cara diklik pada kalimat tautan di bawah ini.
Jika ingin mengunduh per bagian untuk kurikulum 2013 SD, silakan unduh dengan meng-klik tautan berikut ini:
§  Agama
Sementara itu, untuk draft selengkapnya Kurikulum 2013 untuk SMP, SMA, dan SMK akan DIUNGGAH MENYUSUL.
Selamat mengunduh, membaca dan mengkritisi draft tersebut untuk dapat memberikan masukan, saran atau kritik demi perbaikan kurikulum yang kini sedang memasuki tahap uji publik.
Semoga, peringkat pendidikan Indonesia tidak terus menempati salah satu yang terendah di dunia ini sebagaimana yang diberitakan di sini.
Semoga bermanfaat.

Minggu, 23 Desember 2012

UJI PUBLIK KURIKULUM 2013

Share

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Disamping kurikulum, terdapat sejumlah faktor diantaranya: lama siswa bersekolah; lama siswa tinggal di sekolah; pembelajaran siswa aktif berbasis kompetensi; buku pegangan atau buku babon; dan peranan guru sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan.
Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan Pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Hal ini sejalan pula dengan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan Kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran [dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu] dan proses penilaian [dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output] memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) Kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran [KIPP dan MELT di AS, Korea Selatan]; (c) Perbandingan dengan negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran di Finlandia relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial
Sementara itu, Kurikulum 2006 memuat sejumlah permasalahan diantaranya: (1) Kurikulum belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (2) Kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (3) Beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan) belum terakomodasi di dalam kurikulum; (4) Kurikulum belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (5) Standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (6) Standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (proses dan hasil) dan belum secara tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; dan (7) Dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multi tafsir.
Tiga faktor lainnya juga menjadi alasan Pengembangan Kurikulum 2013 adalah, pertama, tantangan masa depan diantaranya meliputi arus globalisasi, masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi informasi, konvergensi ilmu dan teknologi, dan ekonomi berbasis pengetahuan.
Kedua, kompetensi masa depan yang antaranya meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang efektif, dan kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda.
Ketiga, fenomena sosial yang mengemuka seperti perkelahian pelajar, narkoba, korupsi, plagiarisme, kecurangan dalam berbagai jenis ujian, dan gejolak sosial (social unrest). Yang keempat adalah persepsi publik yang menilai pendidikan selama ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, beban siswa yang terlalu berat, dan kurang bermuatan karakter.
Selanjutnya, seperti yang akan Anda temukan nanti, berbagai aspek dalam Pengembangan Kurikulum 2013 dapat Anda beri tanggapan melalui laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id ini. Anda dapat menggunakan kesempatan baik ini untuk memberi masukan, kritik, dan saran hingga tanggal 24 Desember 2012.
Untuk memaksimalkan uji publik serta agar setiap tanggapan dapat kami rekam dengan baik guna pengolahan lebih lanjut, pelaksanaan uji publik ini dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
  1. Anda diminta mengunduh rancangan Kurikulum 2013 yang tersedia dalam bentuk PDF pada laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id ini (klik disini untuk mengunduh).
  2. Dalam setiap halaman rancangan Kurikulum 2013 tersebut, terdapat ruang untuk Anda memberi tanggapan.
  3. Bilamana Anda hendak memasukkan tanggapan melalui laman http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id, kami minta Anda terlebih dahulu mengisi identitas diri dalam lembar isian yang tersedia.
Jika ada hal-hal yang ingin disampaikan lebih lanjut bisa melalui email: ujipublik.kurikulum@kemdikbud.go.id
Atas partisipasi Anda dalam Pengembangan Kurikulum 2013 kami sampaikan terima kasih. Untuk melanjutkan klik disini.


Salam,
Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber: http://kurikulum2013.kemdikbud.go.id/main/pengantar

Sabtu, 22 Desember 2012

Pelajaran dari Alek Porprov 12-12-12-12

Share

PEKAN Olahraga Provinsi (Porprov) Sumbar XII/2012 di Kabupaten Limapuluh Kota, telah usai dua hari lalu. Seiring dengan itu, obor api Porprov yang disulut Nil Maizar, pesepakbola nasional kebanggaan masyarakat Sumbar umumnya, dan kebanggaan Luhak nan Bungsu khususnya, pun dipadamkan dari kaldron di Gelanggang Olahraga (GOR) Singo Harau, Limapuluh Kota.

Ya, hinggar binggar alek olahraga terakbar Ranah Minang yang disebut-sebut kwartet 12; karena merupakan Porprov ke 12, ditabuh pada tanggal 12, bulan 12, dan tahun 2012 telah usai. Tidak ada lagi sorak-sorai penonton di pinggir lapangan. Tidak ada lagi tetesan keringat para atlet dari dalam arena. Tidak ada lagi, senyum sumringah atlet dan anggota kontingen yang menang, dan sebaliknya tak ada lagi raut kekecewaan bagi mereka yang kalah.

Kendati Ketua Umum Porprov Asyirwan Yunus mengaku terdapat kekurangan, tapi apresiasi layak  diberikan kepada Limapuluh Kota. Mereka mampu menyelenggarakan Porprov sesuai waktu yang direncanakan. Tidak terjadi pengunduran seperti yang terjadi pada pelaksanaan beberapa Porprov sebelumnya.

Lalu, puaskah kita? Jawabannya, jelas belum. Bukan  bermaksud mencari-cari kesalahan, Porprov kali ini jauh dari kata memuaskan. Tiga pilar penting yang mendorong lahirnya prestasi olahraga, seperti diharapkan Wakil Gubernur Sumbar Muslim Kasim saat penutupan Porprov, Kamis (20/12) lalu, yakni  pembinaan atlet secara konsisten dan berjenjang, kompetisi yang sehat dan teratur serta sinergisitas antar instansi terkait masih jauh dari harapan.

Di antara faktanya adalah, demi mengejar prestise, sebagian daerah masih banyak menurunkan atlet yang bukan binaan mereka. Bahkan naifnya, atlet tersebut dicatut dari luar Sumbar.  Kalau sudah begini, pembinaan atlet secara konsisten dan berjenjang yang diharapkan masih jauh panggang dari api. Jangan berharap Porprov bisa melahirkan atlet yang muncul dari daerah untuk bisa berprestasi di kancah regional, nasional, apalagi internasional.

Masalah lainnya adalah, ada sejumlah Pengurus Provinsi (Pengprov) cabang olahraga  (cabor) yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Setidaknya hal itu tergambar dari desakan sejumlah pengurus KONI se-Sumbar yang meminta Pelaksanaan Porprov di Limapuluh Kota harus dievaluasi sedemikian rupa. Ketidakberesan Pengprov beberapa cabang dalam mengurus pertandingan, menjadi catatan tersendiri bagi pengurus KONI se-Sumbar. Bahkan ada yang menyebutkan, ada cabang yang setiap Porprov selalu bermuara pada masalah yang lebih dari sekadar protes.

Di antara persoalan tersebut, Pengprov tidak konsisten pada regulasi pertandingan, adanya “kepedulian” untuk menjaga marwah ibukota provinsi dan tuan rumah, adanya kecenderungan mengabaikan usia produktif pada cabang yang dipertandingkan, serta sejumlah persoalan lainnya.

Persoalan ini jelas membikin kita risau. Ke depan, perlu langkah-langkah konkret untuk menetapkan cabang-cabang yang akan dipertandingkan. Tegasnya, terhadap cabang yang bermasalah, patut dipertimbangkan untuk tidak dipertan­dingan di kemudian hari. Tak ada gunanya banyak cabang, jika cabang tersebut bermasalah dan tak bisa dimenej secara baik oleh Pengprov. Jika dibiarkan terus, maka kejadiannya akan terulang pada iven-iven berikutnya.

Kita berharap, segala kelemahan ini tidak terulang pada pelaksanaan Porprov berikutnya. Kabupaten Dharmasraya yang menjadi tuan rumah Porprov XIII/2014 bisa memetik pelajaran dari semua ini. Waktu dua tahun, jelas tidak lama untuk mempersiapkan alek sebesar Porprov. Apalagi, sebagai kabupaten baru, Dharmasraya membutuhkan persiapan khusus. Selain persoalan yang muncul saat pelaksanaan, Dharmasraya juga membutuhkan tenaga dan pemikiran ekstra, menyiapkan venue. (*)

Tulisan ini di Share dari Tajuk Rencana Harian Padang Ekspres • Sabtu, 22/12/2012

Kamis, 20 Desember 2012

Porprov XII Sumbar, Lomba Dayung Berubah Jadi Lomba Tinju

Share

Beginilah mental atlet Indonesia. Dalam waktu sekejab mengubah tema pertandingan. Pelaksaan PORPROV SUMBAR yang ke XII di Lima Puluh Kota memberikan pertunjukan lomba Tinju diluar perlombaan resmi. Aksi perkelahaian yang terjadi antara Atlet Dayung Putra Limah Puluh Kota dengan Atlet Dayung Putra Kota Padang mengakibatkan dua orang atlet Lima Puluh kota dan satu orang official kota padang harus dilarikan ke rumah sakit terdekat. 

 Luka robek di kepala bagian belakang di alami oleh Hengki(20) sehingga mendapat 12 jahitan, sedangkan temannya mengalami luka ringan, lecet dibeberapa bagian tubuhnya. Tapi malang nasib Lawa, Offisial Kota padang yang mendapatkan 8 jahitan di bagian depan kepalanya karena dipukul dengan benda tumpul hingga jam 18.00 WIB masih pingsan tak sadarkan diri. 

Sebelumnya juga sudah terjadi perselisihan antara atlet dayung putra Kabupaten agam dengan Atlet dayung putra kota padang. Sejumlah saksi sudah mulai dimintai keterangan. Mereka mengakui perkelahian tersebut disebabkan Atlet Dayung Putra Limah Puluh Kota tidak puas dan tidak terima kekalahannya melawan Atlet Dayung Kota Padang yang memenangi Lomba dayung putra 500 M. 

Sebagai akibat kekisruhan pada cabang olahhraga dayung itu menyebabkan cabor dayung batal di lanjutkan pertandingannya. Padahal masih tersisa 8 medali emas lagi yang harus di perebutkan. Hal itu di sampaikan Ketua Panitia Pelaksana cabang olahraga Dayung, Syahrastani, Rabu(19/12). Pertandingan cabor dayung tidak bisa di lanjutkan pertandingannya. Sebab tidak terjamin keamanan di arena pertandingan. “Kita memutuskan untuk menutup pertandingan cabang olahraga dayung. Sebab tidak bisa menjamin keamanan pada arena pertandingan. Padahal masih tersisa 8 emas untuk di pertandingkan. Berita acara untuk menghentikan pertandingan tersebut sudah kita buat,”ungkap Syarastani. 

Penghentian pertandingan tersebut membuat warga dan sejumlah kontingen kecewa. Sebab pertandingan cabor dayung yang seharusnya sukses di laksanakan menjadi terbengkalai di tengah-tengah. Namun keputusan yang di ambil panitia pelaksana, diterima kontingen dan tidak ada protes. “Hingga saat ini tidak ada protes dari kontingen. Sebab mereka menyadari kondisi yang berbahaya untuk di teruskanya pertandingan cabor dayung di sungai Batang Sinamar. Sekarang kita sedang berkemas untuk mengangkat perahu untuk di kembalikan,”ungkap Wakil Ketua Pelaksana cabang olahraga Dayung.

 Seperti pemberitaan sebelumnya, salah seorang korban bernama Hengki, 20 yang merupakan atlet dayung Kabupaten Limapuluh Kota mengalami luka robek di bagian kepala. yang di duga akibat pukulan dari salah satu atlet yang bersiteru. Korban terpaksa harus mendapatkan 12 jahitan di bagian kepala oleh petugas medis di rumah sakit Adnand WD Payakumbuh. Sementara korban lainnya, di duga salah seorang panitia dan belum di ketahui identitasnya itu, hingga berita ini di kirimkan, masih belum sadarkan diri. Korban lainnya Riko, 23 yang merupakan rekan korban Hengki juga mengalami luka lecet di sejumlah bagian tubuhnya. Menurut informasi masyarakat yang berada di sekitar lokasi kejadian menyebutkan, perkelahian tersebut berawal di tempat pertandingan cabang olahraga Dayung di sungai Batang Sinamar, Nagari Taram, Kecamatan Harau. 

Namun hingga kini penyebab perkelahian dua kontingen dayung tersebut masih simpang siur. Salah seorang dokter, Ari, menyebutkan ” kondisi satu orang korban sudah mulai membaik. Namun harus mendapat jahitan dikepala bagian belakang,” sebutnya.

Sementara itu Kapolsek Harau mengakui terjadinya perkelahian itu, namun ia belum bisa merinci jumlah korban dari insiden tersebut.

KERANCUAN KURIKULUM 2013

Share


Meskipun pihak kementrian Pendidikan dan Kebudayaan   mengaku bahwa penyusunan Kurikulum 2013 dimulai 2010, tetapi kegiatan itu marak  setelah lontaran ide Boediono tentang relevansi dan beban pelajaran di sekolah kita.
 
Menurut Wakil Presiden Boediono, tersebab konsepsi substansi pendidikan yang sampai saat ini tak jelas, timbullah kecenderungan memasukkan segala yang dianggap penting ke dalam kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada anak didik, tetapi tak jelas apakah anak mendapatkan sesuatu yang seharusnya dari pendidikannya. Sudah waktunya, tegas Boediono, memikirkan apa yang seyogianya diajarkan agar manusia Indonesia mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsanya (Kompas, 29/8/2012).

Tak mudah menentukan apa yang selayaknya diajarkan di sekolah agar relevan dengan kebutuhan bangsa, apalagi untuk mengantisipasi perkembangan masa depan yang gaib. Menyusun kurikulum mengharuskan kita mengobyektivikasi dasar-dasar normatif kebangsaan dan pendidikan dengan memperhitungkan segenap potensi dan situasi yang senantiasa berubah. Kebermaknaan sebuah kurikulum justru terletak pada kecermatan logis menghubungkan antara hal-hal prinsipiil dengan hal-hal riil itu, kemudian mengkristalisasikannya pada mata pelajaran. Tanpa kesungguhan, perubahan kurikulum hanya mengutak-atik apa yang ada dengan dibumbui pengantar yang muluk.

Kurikulum 2013, selain dirumuskan tergopoh, sepertinya juga disusun atas dasar substansi pendidikan yang tetap tak jelas sehingga rujukan utamanya hanyalah pikiran pemerintah (baca: Kemdikbud) yang telah terobsesi gagasan keren, tetapi mengambang, yaitu pendidikan karakter dan daya saing. Alhasil, produknya tidak menunjukkan suatu koherensi yang utuh.

Ketakseimbangan orientasi


Dalam banyak kesempatan, Mendikbud dan jajarannya menyatakan bahwa perubahan ini perlu dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah agar anak-anak mampu bersaing pada masa depan. Namun, dari enam mata pelajaran sekolah dasar yang ditetapkan menunjukkan ketakseimbangan antara mata pelajaran yang berorientasi pada masa lampau, yang lebih menekankan pada pewarisan nilai-nilai, dan mata pelajaran yang membentuk pola pikir murid untuk menghadapi masa depan yang sarat dengan nalar dan konsep saintifik.

Mata pelajaran Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), serta Bahasa Indonesia selain mengawetkan ”pusaka” bangsa, bersama Matematika adalah rumpun pengetahuan yang bersifat deduktif yang menuntun berpikir aksiomatis apriori dari dalil-dalil yang umum. Sementara sains (seperti IPA dan IPS) adalah pengetahuan ”ilmiah” yang terbentuk dari model berpikir induktif aposteriori, bertolak dari fakta-fakta empirik yang partikular.
Ketakseimbangan ini akan memengaruhi alur dan kekuatan berpikir serta nalar kritis anak.

Bangsa Indonesia yang masih diliputi alam pikiran mitis dan mistis kiranya perlu pendidikan yang menumbuhkan budaya menalar secara saintifik sejak dini. Oleh sebab itu, mata pelajaran sains (IPA dan IPS) di SD, khususnya di kelas lanjut, seharusnya berdiri sendiri, tak diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain. Sementara pada kelas I-III SD semua materi dan nilai-nilai mata pelajaran cukup disampaikan dalam tiga mata pelajaran: Membaca, Menulis, dan Berhitung.

Pengintegrasian IPA dan IPS semakin menampakkan kerancuan ketika Mendikbud menyatakan—dalam pidato peringatan Hari Guru Nasional 2012—bahwa Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan berbasis sains, yaitu mendorong siswa agar mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengomunikasikan (mempresentasikan) dengan obyek pembelajaran fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Bagaimana logikanya, sesuatu (sains) yang dicantolkan dapat menjadi basis?

Ekstrakurikuler wajib

Daripada mengimplisitkan sains (IPA dan IPS) ke mata pelajaran lain, akan lebih baik jika mengeluarkan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan Seni Budaya, kemudian menjadikannya sebagai ekstrakurikuler wajib. Dua mata pelajaran ini (juga keterampilan) tak jelas tujuan institusional dan kurikulernya sehingga perlu dirumuskan kembali.

Misalnya, tujuan penjaskes/olahraga di sekolah umum? Apakah agar murid sehat, segar, dan mengapresiasi kesehatan atau supaya jadi olahragawan, atau pengamat olahraga? Faktanya, para olahragawan ulung kita, seumpama Rudy Hartono, Bambang Pamungkas, Chris John, tidak mendapatkan kemahirannya dari sekolah. Bila tujuan pendidikan olahraga agar murid segar dan sehat, cukuplah kepada mereka diberikan senam pagi dan bermain- main seperlunya ketika waktu istirahat, tak perlu semua murid mendapatkan penjaskes yang seragam.

Seharusnya setiap murid mendapatkan penjaskes dan seni budaya sesuai bakat dan minat yang mereka miliki, karena itu tak layak diberikan secara klasikal. Pendidikan olahraga dan seni budaya di sekolah mestinya berkelindan dengan strategi pembangunan keolahragaan dan kebudayaan (punyakah strategi itu?). Pemerintah/pemerintah daerah bersama sekolah bersinergi memfasilitasi berbagai kebutuhan sehingga, misalnya, pada setiap kecamatan atau kelurahan terdapat minimal satu lapangan bola kaki, kolam renang, sanggar/gedung kesenian standar yang dapat dipergunakan oleh masyarakat dan sekolah sekitar. Sekolah dan guru penjaskes serta kesenian mengoordinasi dan bertanggung jawab atas terselenggaranya berbagai program dan kegiatan ekstrakurikuer tersebut. Dengan demikian, aktivitas olahraga dan seni budaya akan berakar, bertumbuh, dan berkembang dalam masyarakat secara terarah.

Dengan masuk kurikulum, semua murid dipaksa dapat materi dan kegiatan penjaskes, kesenian, dan keterampilan seragam. Sementara itu, karena keterbatasan fasilitas dan kemampuan guru, pembelajaran pun menjadi teoretis. Sejak kelas I SD, murid lebih banyak membaca, mencatat, dan menghafal, kemudian diuji tentang berbagai definisi seperti ”berenang gaya kupu-kupu” tanpa berenang dan bermacam teori musik tanpa bernyanyi.

Menghadapi Kurikulum 2013 tak perlu antusiasme tinggi karena tak menjanjikan banyak kemajuan seperti diharapkan Boediono. Bahkan dengan mengetengahkan konsep pembelajaran tematik dan intergratif bukan saja akan makin merumitkan para guru, yang juga harus mengejar target UN, tetapi juga memperluas kemungkinkan beberapa nilai pokok dan penting dari mata pelajaran terbengkalai.

Kegaduhan Kurikulum 2013 segera lindap seiring berlalunya tahun anggaran dan—seperti biasanya—para guru akan melanjutkan saja yang lama meski dengan merek baru.
Tulisan ini ditulis Oleh: Mohammad Abduhzen, Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina, Jakarta; Ketua Litbang PB PGRI.


Di Share dari:  http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/13/16344050/Kerancuan.Kurikulum.2013