Natural, Informative And Educative

Natural, Informative And Educative
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA YANG KE 75, SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA, MARHABAN YA MUHARRAM. SELAMAT MEMASUKI TAHUN BARU ISLAM 1442 H" Mohon maaf lahir batin

Senin, 29 Agustus 2011

IDUL FITRI

Share

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.... 
Bismillahirrahmaanirrahiim.... 

Rasulullah.saw bersabda : “Puasa dan Al-Qur'an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata, 'Ya Rabbi, aku mencegahnya makanan dan syahwat, maka berilah aku syafaat karenanya.' Al-Qur'an berkata, 'Aku mencegahnya tidur pada malam hari, maka berilah aku syafaat karenanya'. Beliau bersabda, 'Maka keduanya diberi syafaat',” (Diriwayatkan Ahmad)

Ketika mendengar kata Idul Fitri, tentu dalam benak setiap orang yang ada adalah kebahagiaan dan kemenangan. Dimana pada hari itu, semua manusia merasa gembira dan senang karena telah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.

Dalam Idul Fitri juga ditandai dengan adanya ”mudik (pulang kampung)” yang notabene hanya ada di Indonesia. Selain itu, hari raya Idul Fitri juga kerap ditandai dengan hampir 90% mereka memakai sesuatu yang baru, mulai dari pakaian baru, sepatu baru, sepeda baru, mobil baru, atau bahkan istri baru (bagi yang baru menikah tentunya...). Maklum saja karena perputaran uang terbesar ada pada saat Lebaran. Kalau sudah demikian, bagaimana sebenarnya makna dari Idul Fitri itu sendiri. Apakah Idul Fitri cukup ditandai dengan sesuatu yang baru, atau dengan mudik untuk bersilaturrahim kepada sanak saudara dan kerabat?.

Idul Fitri, ya suatu hari raya yang dirayakan setelah umat Islam melaksanakan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh. Dinamakan Idul Fitri karena manusia pada hari itu laksana seorang bayi yang baru keluar dari dalam kandungan yang tidak mempunyai dosa dan salah.

Idul Fitri juga diartikan dengan kembali ke fitrah (awal kejadian). Dalam arti mulai hari itu dan seterusnya, diharapkan kita semua kembali pada fitrah. Di mana pada awal kejadian, semua manusia dalam keadaan mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan. Dalam istilah sekarang ini dikenal dengan ”Perjanjian Primordial” sebuah perjanjian antara manusia dengan Allah yang berisi pengakuan ke Tuhan-nan.
Allah.swt berfirman :

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ

"(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”)"
. (al-A’raf  7 :172)

Seiring dengan perkembangan itu sendiri, banyak di antara manusia dalam perjalanan hidupnya yang melupakan Allah serta telah melakukan dosa dan salah kepada Allah dan kepada sesama manusia. Untuk itu, memahami kembali makna Idul Fitri (kembali ke fitrah) dengan membangun kembali pengabdian hanya kepada Allah adalah sebuah keharusan sehingga kita semua dapat menjadi hamba-hamba muttaqin dan hamba yang tidak mempunyai dosa. Dosa kepada Allah terhapus dengan jalan bertaubat dan dosa kepada sesama manusia dapat terhapus dengan silaturrahim.

Idul Fitri atau kembali ke fitrah akan sempurna tatkala terhapusnya dosa kita kepada Allah diikuti dengan terhapusnya dosa kita kepada sesama manusia. Terhapusnya dosa kepada sesama manusia dengan jalan kita memohon maaf dan memaafkan orang lain.

(Dari al-Hasan bin Ali dan Muhammad bin al-Mutawakkil keduanya dari Abd al-Razaq dari al-Ma’mar dari al-Hasan dan Malik bin Anas dari al-Zuhri dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW senang melaksanakan Qiyam Ramadhan (Tarawih) meskipun tidak mewajibkannya. Kemudian bersabda : ”Barangsiapa melaksanakan Qiyam ramadhan (tarawih) karena Allah dan mencari pahala dari Allah akan diampuni dosanya yang telah lalu". Kemudian Rasulullah wafat, sedang masalah Qiyam Ramadhan tetap seperti sediakala pada pemerintahan Sayyidina Abu Bakar.ra dan pada awal pemerintahan Sayyidina Umar bin Khattab.ra).

(Dari Muhammad bin Salam dari Muhammad bin Faudhail dari Yahya bin Sa’id dari Abi Salamah dari Abi Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan ramadhan dengan kepercayaan bahwa perintah puasa itu dari Allah dan hanya mengharap pahala dari Allah akan diampuni dosanya").

Dosa merupakan catatan keburukan di sisi Allah yang telah dilakukan oleh setiap manusia karena mereka tidak menjalankan perintah atau karena mereka melanggar larangan Allah dan RasulNya.

Bulan Ramadhan merupakan bulan khusus yang dikhususkan Allah untuk Umat Islam. Di bulan ini terdapat maghfirah, rahmah dan itqun minan nar. Selain itu, bulan Ramadhan juga menjadi sarana umat manusia untuk memohon dan meminta pengampunan dari Allah dengan jalan melaksanakan ibadah puasa dan shalat tarawih

Syeikh Abdul Qadir al-Jailany dalam al-Gunyah-nya berpendapat, merayakan Idul Fitri tidak harus dengan baju baru, tapi jadikanlah Idul fitri ajang tasyakur, refleksi diri untuk kembali mendekatkan diri pada Alah Swt. Momen mengasah kepekaan sosial kita. Ada pemandangan lain yang harus kita cermati, betapa disaat kita berbahagia , saudara-saudara kita di tempat-tempat lain masih banyak menangis menahan lapar. Bersyukurlah kita!

Semoga semua artikel dan eBook di blog "Artikel Islami - Free Download Ebook Islami" bermanfaat untuk kita semua. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh....

Senin, 22 Agustus 2011

KEPOMPONG RAMADHAN

Share

    Semua amal anak Adam dapat dicampuri kepentingan hawa nafsu, kecuali shaum. Maka sesungguhnya shaum itu semata-mata untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya (Hr. Bukhari Muslim).
     Pernahkan Anda melihat seekor ulat bulu? Bagi kebanyakan orang, ulat burlu memang menjijikkan bahkan menakutkan. Tapi tahukah Anda kalau masa hidup seekor ulat ini ternyata tidak lama. Pada saatnya nanti ia akan mengalami fase dimana ia harus masulk ke dalam kepompong selama beberapa hari. Setelah itu ia pun akan keluar dalam wujud lain : ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang sangat indah. Jika sudah berbentuk demikian, siapa yang tidak menyukai kupu-kupu dengan sayapnya yang beraneka hiasan indah alami? Sebagian orang bahkan mungkin mencari dan kemudian mengoleksinya bagi sebagai hobi (hiasan) ataupun untuk keperluan ilmu pengetahuan.
    Semua proses itu memperlihatkan tanda-tanda Kemahabesaran Allah. Menandakan betapa teramat mudahnya bagi Allah Azza wa Jalla, mengubah segala sesuatu dari hal yang menjijikkan, buruk, dan tidak disukai, menjadi sesuatu yang indah dan membuat orang senang memandangnya. Semua itu berjalan melalui suatu proses perubahan yang sudah diatur dan aturannya pun ditentukan oleh Allah, baik dalam bentuk aturan atau hukum alam (sunnatullah) maupun berdasarkan hukum yang disyariatkan kepada manusia yakin Al Qur'an dan Al Hadits.
    Jika proses metamorfosa pada ulat ini diterjemahkan ke dalam kehidupan manusia, maka saat dimana manusia dapat menjelma menjadi insan yang jauh lebih indah, momen yang paling tepat untuk terlahir kemabli adalah ketika memasuki Ramadhan. Bila kita masuk ke dalam 'kepompong' Ramadhan, lalu segala aktivitas kita cocok dengan ketentuan-ketentuan "metamorfosa" dari Allah, niscaya akan mendapatkan hasil yang mencengangkan yakni manusia yang berderajat muttaqin, yang memiliki akhlak yang indah dan mempesona.

     Inti dari badah Ramadhan ternyata adalah melatih diri agar kita dapat menguasai hawa nafsu. Allah SWT berfirman, "Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya." (QS. An Nazii'at [79] : 40 - 41).
    Selama ini mungkin kita merasa kesulitan dalam mengendalikan hawa nafsu. Kenapa? Karena selama ini pada diri kita terdapat pelatihan lain yang ikut membina hawa nafsu kita ke arah yang tidak disukai Allah. Siapakah pelatih itu? Dialah syetan laknatullah, yang sangat aktif mengarahkan hawa nafsu kita. Akan tetapi memang itulah tugas syetan. apalagi seperti halnya hawa nafsu, syetan pun memiliki dimensi yang sama dengan hawa nafsu yakni kedua-duanya sama-sama tak terlihat. "Sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu karena syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala," demikian firman Allah dalam QS. Al Fathir [25] : 6).
     Akan tetapi kita bersyukur karena pada bulan Ramadhan ini Allah mengikat erat syetan terkutuk sehingga kita diberi kesempatan sepenuhnya untuk bisa melatih diri mengendalikan hawa nafsu kita. Karenanya kesempatan seperti ini tidak boleh kita sia-siakan. Ibadah shaum kita harus ditingkatkan. Tidak hanya shaum atau menahan diri dari hawa nafsu perut dan seksual saja akan tetapi juga semua anggota badan kita lainnya agar mau melaksanakan amalan yang disukai Allah. Jika hawa nafsu sudah bisa kita kendalikan, maka ketika syetan dipelas kembali, mereka sudah tunduk pada keinginan kita. Dengan demikian, hidup kita pun sepenuhnya dapat dijalani dengan hawa nafsu yang berada dalam keridhaan-Nya. Inilah pangkal kebahagiaan dunia akhirat. Hal lain yang paling utama harus kita jaga juga dalam bulan yang sarat dengan berkah ini adalah akhlak. Barang siapa membaguskan akhlaknya pada bulan Ramadhan, Allah akan menyelamatkan dia tatkala melewati shirah di mana banyak kaki tergelincir, demikianlah sabda Rasulullah SAW.
     Pada bulan Ramadhan ini, kita dianggap sebagai tamu Allah. Dan sebagai tuan rumah, Allah sangat mengetahui bagaimana cara memperlakukan tamu-tamunya dengan baik. Akan tetapi sesungguhnya Allah hanya akan memperlakukan kita dengan baik jika kita tahu adab dan bagaimana berakhlak sebagai tamu-Nya. Salah satunya yakni dengan menjaga shaum kita sesempurna mungkin. Tidak hanya sekedar menahan lapar dan dahaga belaka tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh kita ikut shaum.
     Mari kita perbaiki segala kekurangan dan kelalaian akhlak kita sebagai tamu Allah, karena tidak mustahil Ramadhan tahun ini merupakan Ramadhan terakhir yang dijalani hidup kita, jangan sampai disia-siakan.
    Semoga Allah Yang Maha Menyaksikan senantiasa melimpahkan inayah-Nya sehingga setelah 'kepompong' Ramadhan ini kita masuki, kita kembali pada ke-fitri-an bagaikan bayi yang baru lahir. Sebagaimana seekor ulat bulu yang keluar menjadi seekor kupu-kupu yang teramat indah dan mempesona, amiin.***
(Dari Kumpulan Tausyiah K.H. Abdullah Gymnastiar, Manajemen Qalbu)

Jumat, 19 Agustus 2011

Kritik Jingle Iklan Ramadhan PERTAMINA

Share

 
       Iklan dengan latar belakang suatu kampong di ranah Minang ini sangat menyentuh sekali. Diceritakan seorang ayah sedang menasehati anaknya yg bernama Hakim
Ayah : “Pusako ko warisan ninik mamak, jadi waang nan tapek manaruihkannyo”
Hakim : Tapi yaah……”
Ayah : Kalau itu pilihan waang, pailah….”

       Lalu Hakim pergi meninggalkan rumah gadang untuk pergi merantau. Ketika kakinya melangkah hendak meninggalkan rumah, sang adik mengejar dan memberikan kacio (Celengan) kepada Uda Hakim-nya. Namun uda Hakim menolak dan berpesan pada adiknya, “Kau jago ayah yoo…”

      Adegan selanjutnya sang ayah bersama adiknya kesepian di rumah gadang. Berbuka puasa hanya mereka berdua. Tidak tampak sosok ibu diantara mereka.
Sedangkan Hakim sudah sukses di rantau dengan usaha rumah makannya. Sampai suatu saat ketika Hakim membuka laci meja kerjanya,  sebuah foto terjatuh. Foto Hakim, Ayah, dan sang Adik. Semakin jelas tidak ada sosok ibu diantara mereka.

        Iklan ini ditutup dengan adegan adik Hakim menerima paket kiriman Hakim dari rantau yang ternyata adalah selembar kain sarung untuk sang ayah. Lalu sebuah pesan penutup, “Keikhlasan mengantar kita pada keberkahan”

       Dari cerita di iklan ini digambarkan bagaimana seorang laki-laki di Minang cenderung memilih untuk merantau ketika muda. Sesuai dengan pantun adat yang berbunyi
Karatau madang dihulu,
Babuah babungo balun.
Marantau bujang dahulu,
Dirumah paguno balun.

Artinya :
Keratau medang dihulu,
Berbuah berbunga belum.
Merantau bujang dahulu,
Dirumah berguna belum.

        Keteguhan untuk memilih pergi merantau kadang tidak mengindahkan romantisme kampong halaman. Walau belum ada kepastian masa depan di rantau, tapi “pergi” dari kampong halaman adalah semacam pertaruhan harga diri. Ada pameo di ranah Minang, lebih baik melarat di rantau daripada melarat di kampong.
          Kondisi ini didorong oleh posisi laki-laki dalam adat Minangkabau. Sebab status anak laki-laki di Minang yang pada dasarnya tak punya apa-apa. Dia bisa saja berusaha di kampungnya diatas harta pusaka yang ada, akan tetapi harta itu jatuhnya kepada anak yang perempuan. Anak laki-laki tak akan dapat mewariskan harta itu untuk anaknya sendiri, sebab anaknya itu adalah suku lain atau orang lain. Kalau dia mau membuka usaha  ditanah ulayat, yang bebas dilakukan hanyalah menanam tanaman muda, tapi kalau menanam tanaman tua yang berarti memakai secara permanen, akan banyak persoalan.
    Seorang lelaki Minang hanya akan memiliki dasar hukum yang kuat bila berusaha diatas tanah yang dia beli , jelas dia berkuasa disitu dan bias diwariskan kepada anaknya. Akan tetapi membeli tanah di Minangkabau tidaklah mudah. Sebab status tanah adalah milik bersama, tanah ulayat, jadi yang menjual tanah itu adalah banyak orang. Sementara kalau membeli tanah dirantau orang, tidak banyak prosedur, asal ada uang.

          Kembali ke iklan edisi Ramadhan dari Pertamina tadi. Ada beberapa kejanggalan ditemui dalam iklan tersebut.
1.      Diceritakan sang ayah meminta anaknya, Hakim, untuk meneruskan PUSAKO warisan Ninik Mamak. Pusako yang diwariskan dari Ninik Mamak adalah Pusako Tinggi, yaitu harta ulayat seperti rumah gadang dan tanah/sawah. Pusako ini tidak diturunkan ke kamanakan laki-laki, tetapi ke kamanakan perempuan. Jadi adalah janggal jika Hakim (kamanakan laki-laki) diminta meneruskan pusako dari ninik mamak. Kaum laki-laki dalam adat Minang tidak mewarisi Pusako tinggi tetapi Sako, yaitu gelar adat yang berfungsi sebagai pengontrol dan penjaga pusako.
2.      Ayah Hakim dan adiknya tinggal di rumah gadang. Di Ranah Minang, yang berhak mendiami rumah gadang adalah kaum perempuan. Sedangkan suami adalah tamu di rumah gadang tersebut. Posisinya sangat lemah, ibarat abu diatas tunggul, kata kiasan adat. Di iklan tersebut sosok sang ibu sama sekali tidak terlihat, dan dipertegas dengan foto yang dilihat oleh Hakim. Bisa diartikan bahwa sang ibu sudah tidak ada (meninggal?). Jika dalam kondisi sang ibu sudah tidak ada, maka sang ayah tidak lazim tinggal di rumah gadang sang ibu. 

Jadi ada dua hal yang menjadi topic kejanggalan dalam iklan tersebut.
Harta Pusaka/Pusako
Rumah Gadang

Mari kita coba bahas satu persatu

Harta Pusaka/Pusako, harta warisan komunal (harta ulayat) yang diwariskan secara matrilineal. Hak milik secara ulayat jatuh ke tangan kamanakan perempuan. sedangkan kamanakan laki2 mendapat Sako, yaitu gelar adat dan berfungsi untuk menjaga Pusako tinggi tersebut. Pusako tinggi ini tidak bisa diperjualbelikan atau digadaikan kecuali 4 kondisi berikut, 
a. Mambangkik batang tarandam. Mengangkat kembali Sako (gelar adat Datuk). Untuk pengangkatan gelar Datuk harus diadakan dalam upacara adat yang memakan biaya cukup besar.
b. Gadih gadang indak ba laki. Jika ada seorang kamanakan perempuan yang sudah cukup umur tidak bisa menikah karena kendala biaya, maka pusako tinggi bisa digadaikan.
c. Rumah Gadang katirisan. Jika Rumah Gadang ada kerusakan dan butuh biaya untuk renovasinya.
d. Mayik tabujua ditangah rumah. Jika ada mayat harus dikuburkan, namun tidak ada biaya untuk penyelenggaraannya, maka pusako bisa digadaikan.

      Sistem ulayat pada pusako ini meminimalisir terjadinya kemiskinan atau kelaparan bagi kamanakan, karena setiap kamanakan perempuan punya hak untuk mengolah sawah pusako dan wajib membagi hasilnya kepada kerabat kaum yang membutuhkan.
     Tentang Sako, ini adalah gelar adat seperti sutan atau Datuk. Diwarisi dari mamak (saudara laki-laki ibu) ke kamanakan. Fungsinya adalah untuk menjaga Pusako Tinggi. Setiap laki-laki Minang yang sudah menikah maka akan diberikan gelar adat dan nama kecilnya tidak akan dipanggilkan lagi. Seperti kata pepatah adat, Ketek banamo, gadang bagala (kecil bernama, besar bergelar). Contohnya nama saya adalah Yudi. Ketika menikah oleh ninik mamak diberikan gelar Rajo Mangkuto.
      Lalu ada gelar Datuak, yaitu gelar untuk Penghulu (pimpinan adat). Ada beberapa tingkatan gelar Datuak. Mulai dari Datuak untuk kaum (satu nenek), Datuak kepala Suku, sampai ke Datuak Pucuak atau Datuak yang mengepalai seluruh Datuak di Nagari tersebut.
     Untuk Harta pencaharian orang tua disebut Pusako randah dan dapat diwariskan kepada anak laki-laki dan perempuan sesuai dengan hukum Islam.

Rumah Gadang, adalah rumah komunal tempat berdiamnya kerabat satu nenek atau satu kaum. Biasanya terdiri atas beberapa ruang/kamar yang berjajar memanjang. Kebanyakan terdiri atas 9 ruang tapi ada juga yang sampai puluhan ruang. Setiap perempuan yang sudah menikah berhak menempati satu ruang dengan membawa suaminya. Dahulu, baik suami maupun anak laki-laki datang ke rumah gadang ini hanya untuk makan dan tidur. Selebihnya mereka hidup di luar mencari pendapatan atau belajar agama dan silat di surau.
       Jika suatu saat sang istri meninggal, maka suami “harus” meninggalkan rumah gadang istrinya. Jika ia masih punya rumah gadang dari kaumnya, maka bisa menumpang sementara.  Namun jika ia tak punya rumah gadang atau sanak saudara kadang terpaksa harus menumpang tinggal di surau atau tempat-tempat lain. Kondisi inilah salah satunya yang mendorong kaum laki-laki di Minang untuk berjuang memperoleh harta sendiri.
Terlepas dari kejanggalan tersebut, iklan ini cukup berhasil mengangkat tema-tema budaya dan menyentuh sisi humanis hubungan anak dan ayah.

   

Rabu, 17 Agustus 2011

SUDAHKAH KITA MERDEKA?

Share

   Dibalik semarak penyambutan hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 66, fakta yang tak terbantahkan adalah kemerdekaan belum sepenuhnya dialami rakyat. Sesungguhnya yang benar-benar merdeka adalah negara Indonesia. Indonesia sudah merdeka dari tangan penjajah. Kita tidak lagi dijajah Belanda juga Jepang.. namun sebagian warga negara Indonesia belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Bahkan, sebenarnya banyak warga Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan dan keterisolasian.
Merdeka? Upss...tunggu dulu. Ya, kemerdekaan bagi rakyatnya, tidak terasa aromanya. Hanya segelintir rakyat saja yang telah merasakan hakekat merdeka, terlepas dari penindasan dan penjajahan. Mereka yang punya kedudukan, punya kekuasaan, punya banyak uang. Merekalah yang telah meneguk dengan serakah kemerdekaan ini. Mereka tidak akan merasakan lagi adanya penjajahan, penindasan, perampasan ataupun kekejaman penjajah. Mereka sudah bebas melakukan segala. Mereka bebas hidup, bebas berbuat, bebas mengatur, bebas berkolusi, bebas korupsi, bebas menindas sesama, dan bebas mempermainkan hukum.
Fakta ini memang ada dihadapan kita. Lihatlah wajah mereka berbinar-binar, mereka terlihat sibuk mengekspresikan kebahagiaan, Lomba-lomba mereka gelar dengan kelebihan uang dan makanan. Hiburan-hiburan ditampilkan meriah dan mahal. Tak peduli uang rakyat yang dihamburkan. Bahkan tak jarang pejabat yang berani berkorban membakar uang rakyat dengan membelanjakannya untuk pesta kembang api yang spectakuler. Sesungguhnya sebuah negara pantas disebut merdeka jika di dalamnya setiap orang sungguh merdeka dari kebutuhan, kemiskinan (freedom from needs or want), merdeka dari ketakutan (freedom from fear), merdeka untuk beribadah (freedom of every person to worship God), dan merdeka untuk berpendapat dan berekspresi (freedom of speech and expression).
Padahal sebagian rakyat kita masih banyak yang belum tahu bagaimana rasa manisnya kemerdekaan. Bahkan mereka lupa kapan hari kemerdekaan itu. Mereka tidak bisa menikmati berbagai hiburan, atau perlombaan yang disajikan. Mereka tidak akan bisa khusuk upacara dan menghormat bendera. Mereka justru masih disibukan dengan usaha mencari sesuap nasi. Mereka masih sibuk memikirkan apakah esok anak dan istri dirumah mendapat makanan. Lihatlah, para kaum miskin,  para pengangguran dan korban-korban gusuran..
Peringatan ulang tahun kemerdekaan RI ke-66 yang kita peringati pada hari ini yang bertepatan pula dengan bulan puasa Ramadhan(bulan penuh rahmat dan ampunan), sesungguhnya moment yang tepat, bagi para penguasa negeri ini untuk merefleksi diri. Jurang pemisah yang ada di masyarakat kita saat ini sudah sangat mengangah. Tidak hanya perbedaan antara si mikin dengan yang si kaya saja. Tetapi antara orang yang sudah merdeka dengan mereka yang belum merdeka. Semoga moment ini dapat membuka mata hati para penguasa yang ditangannya tergantung nasib jutaan rakyat Indonesia yang mendambakan kemerdekaan yang sesungguhnya. MERDEKA!!!!

Kamis, 04 Agustus 2011

Tips Berolahraga di Bulan Ramadhan

Share

   Membaca postingan dari mas Vavai tentang peningkatan kinerja di kala puasa, saya setuju sekali dengan pendapat ini. Puasa bukan berarti bermalas-malasan dan menghilangkan aktivitas rutin kita dengan alasan berpuasa. Seperti misalnya, berolahraga. Banyak teman saya yang lantas meliburkan aktivitas berolahraganya hanya karena berpuasa. Memang ini sebuah pilihan. Saya sendiri meski berpuasa, aktivitas rutin berolahraga seminggu dua sekali (adakalanya setiap sore), yakni bermain Tenis Lapangan masih tetap jalan terus di sore hari. Alhamdulillah...
    Meski demikian, agar aktivitas berolahraga di bulan puasa ini tetap dapat berjalan dengan baik dan tidak mengganggu dari ibadah puasa itu sendiri, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan :

Berolahragalah di sore hari menjelang waktu berbuka
Jangan memilih waktu berolahraga di pagi atau siang hari. Pilihlah waktu di sore hari menjelang waktu berbuka. Saya sendiri memilih waktu 2 jam sebelum waktu berbuka untuk berolahraga Tenis Lapangan. Jadi begitu selesai bermain, dapat langsung berbuka pada saat sudah masuk waktunya berbuka.

Tidur, makan & minum yang cukup waktu malam sebelumnya
Aktivitas berolahraga adalah aktivitas yang banyak menguras energi. Agar tetap fit dan tidak lemas berolahraga di kala puasa, tidur makan dan minum haruslah cukup. Kalau saya sedniri karena gampang mengeluarkan keringat, porsi minum saya perlebih di bulan puasa ini supaya tidak terlalu merasa haus ketika sedang berolahraga.

Berolahraga mulai dari porsi yang sedikit demi sedikit
Di hari pertama berolahraga di bulan puasa, porsi latihan atau aktivitasnya sebaiknya dimulai dari porsi yang ringan, sedikit demi sedikit. Jangan langsung digenjot dengan aktivitas fisik yang berat. Misal biasanya jogging sejauh 3 km. Di bulan puasa ini, mulailah dari 1 km saja terlebih dahulu. Saya sendiri, di puasa hari pertama kemarin, hanya bermain 2 set saja untuk bermain Tenis Lapangan (dimulai Jam 16.30 WIB). Jika memang anda kuat dan merasa mampu, boleh saja porsi ditambah terus. Tentu, yang bisa menilai sejauhmana anda kuat ya anda sendiri. Kalau memang tidak kuat dengan porsi normal seperti pada saat tidak berpuasa, janganlah dipaksakan.

Segera berbuka bila sudah waktunya
Bila sudah masuk waktunya berbuka, jangan menunda untuk berbuka. Segera minum dan makan secukupnya dengan asupan makanan yang bergizi untuk mengganti energi tubuh yang hilang pada saat berolahraga di saat puasa tadi.

Jadi, berolahraga tapi tetap berpuasa? Siapa takut....
Tubuh bugar, puasa lancar.... ;-)